Kala Aksi Awak KRI Bima Suci Naik Tiang Kapal 53 Meter Pukau Warga Australia

Penduduk di kawasan Queensland utara dikejutkan dengan kedatangan kapal laut KRI Bima Suci Indonesia. Sebab para taruna memanjat dan duduk di tiang kapal setinggi 53 meter.

Oleh ABC Australia diperbarui 02 Sep 2022, 10:58 WIB
Para awak kapal melakukan aksi "dress the yards" di tiang kapal perahu saat datang dan meninggalkan pelabuhan.(Foto: Koleksi Port of Townsville)

, Queensland - Penduduk di kawasan Queensland utara dikejutkan dengan kedatangan kapal laut KRI Bima Suci Indonesia. Sebab para taruna memanjat dan duduk di tiang kapal setinggi 53 meter.

Aksi ini adalah bagian perayaan pelayaran perdana KRI Bima Suci ke Australia, yang juga bagian dari latihan taruna angkatan laut Australia dan Indonesia.

"Ketika kita memasuki pelabuhan ... semua taruna naik tiang, dari yang tertinggi hingga yang terendah," kata taruna Carmine Rjocco.

"Kami naik hingga 50 meter ke puncak tiang."

Kedatangan dan kepergian kapal laut besar di pelabuhan Townsville ini memukau warga setempat yang menontonnya.

Tradisi yang dikenal sebagai 'dressing the yards' dilakukan oleh kapal-kapal laut besar di seluruh dunia saat meninggalkan dan memasuki pelabuhan untuk pertama kalinya.

"Ada juga drum band yang melantunkan musik untuk membangkitkan semangat para awak kapal dan taruna, menunjukkan kami sangat senang melihat kota yang dikunjungi," kata Komandan Kapal, Sati Lubis seperti dikutip dari ABC Australia, Jumat (2/9/2022).

Sati juga meluapkan rasa leganya bisa berlabuh di Townsville setelah perjalanan mereka diterpa angin kencang dan ombak tinggi saat berlayar melalui Selat Torres.

"Ketika kami sampai di Townsville, kami benar-benar bahagia, sangat bersemangat ... dan kami berdoa mengucapkan rasa syukur atas kedatangan kami," katanya.

Kedatangan kapal laut mungkin mengejutkan penduduk setempat, tapi ratusan warga yang penasaran sudah berbondong-bondong ke pelabuhan Townsville untuk menyaksikan keberangkatan perahu hari Rabu 31 Agustus.

 


Perjalanan 91 Hari Dipandu Bintang-Bintang

Warga lokal merayakan kedatangan KRI Bima Suci ke Townsville untuk pertama kalinya.(Foto: Koleksi Port of Townsville)

KRI Bima Suci menempuh perjalanan sekitar 91 hari yang dimulai di Indonesia, Singapura, dan Malaysia sebelum berhenti di Townsville, Sydney, Cairns, dan Darwin.

Ada 209 awak kapal dalam perlayaran tersebut, lebih dari setengahnya adalah taruna yang diharapkan mempelajari keterampilan bernavigasi secara tradisional saat berlayar, yakni dengan melihat dan mengamati bintang.

Cadet Rjocco mengatakan mereka menentukan posisi kapal setiap pagi dan malam menggunakan sextant, atau instrumen angkatan laut analog yang digunakan untuk menghitung sudut objek astronomi dan cakrawala.

"Navigasi dengan astronomi penting bagi kami saat ada kemungkinan masalah dengan perahu," katanya. "Mungkin jika kita terdampar di laut dan kita tidak tahu di mana posisi kita, kita bisa menggunakan bintang untuk menavigasi pelayaran."


Laut Bukanlah Pemisah

Ilustrasi kapal laut

Mereka juga dilengkapi dengan peralatan navigasi darat begitu mereka tiba di pelabuhan, salah satunya adalah sepeda lipat untuk setiap anggota.

Oka Wirrayundha, Atase Pertahanan Dubes RI untuk Indonesia, mengatakan tersedianya sepeda lipat menjadi salah satu cara awak kapal untuk mengeksplorasi dan berinteraksi dengan penduduk setempat.

"Kalau bisa, setiap hari kami ingin membuka kapal laut ini sehingga mereka bisa mengunjungi kami," kata Komodor Wirrayundha, seraya menambahkan bahwa kapal ini memiliki ruangan yang luas, atau 'ballroom' sebagai fitur utama.

"Kami hanya ingin menunjukkan jika laut bukanlah pemisah, laut adalah penghubung, karena melalui laut kita bisa saling mengenal."

"Jadi ini adalah hubungan antarwarga dan menunjukkan betapa hebatnya hubungan kita, kemitraan strategis kita, antarangkatan laut, antarmanusia, antarnegara."


KRI RE Martadinata 331, Kapal Perang Tercanggih TNI AL

KRI Raden Eddy Martadinata 331 (dok: PAL)

Sementara itu, TNI AL patut bangga, PT PAL Indonesia (Persero) telah berhasil membangun kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) SIGMA pertama. Pembangunan kapal perang canggih ini dari hasil kerjasama dengan perusahaan kapal Belanda Damen Schiede Naval Ship Building (DSNS).

Kapal ini telah diserahterimakan ke TNI AL pada 2017 oleh Menteri Pertahanan kala itu yaitu Ryamizard Ryacudu. Kapal ini kini beroperasi dengan nama KRI Raden Eddy Martadinata 331. Tahukah kalian bahwa KRI REM 331 ini kini menjadi salah satu kapal perang tercanggih yang dimiliki TNI AL?

Melansir dari laman resmi PT PAL, Selasa (7/9/2021), KRI RE Martadinata-331 dengan panjang total 105,11 meter dan berat 2.365 ton merupakan kapal perang kelas light fregat.

Kapal tersebut dilengkapi dengan system persenjataan meriam utama Otomelara 76 mm dan dipersenjatai dengan sistem rudal permukaan ke udara (SAM), sistem pertahanan diri (CIWS) 35 mm, sistem torpedo, dan rudal permukaan ke permukaan (SSM) Exocet MM-40 Block 3.

KRI RE Martadinata 331 memiliki kemampuan peperangan elektronik melalui system electronic counter measure (ECM) Scorpion 2L dan electronic support measure (ESM) Vigile 100 S. Dengan kecanggihan ini, KRI REM 331 mampu bergerak tanpa terdeteksi radar lawan. Bahkan kini KRI ini dikukuhkan sebagai kapal pimpinan (flagship).

 

 

Infografis Hilangnya Kapal Selam KRI Nanggala 402. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya