Konsumsi Energi Indonesia Salah Satu yang Tercepat di Dunia

Pertumbuhan energi ini harus diimbangi agar keberlangsungannya stabil dan bisa dinikmati oleh anak cucu nanti. Caranya dengan menuju pembangunan energi bersih.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Sep 2022, 13:00 WIB
Sejumlah peralatan masuk dalam revitalisasi Kilang Minyak Balongan. Foto (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Konsumsi energi di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di dunia. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ini menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia juga merupakan yang tercepat di dunia. 

Luhut menjelaskan, konsumsi energi di Indonesia salah satu yang tercepat di dunia karena ada beberapa faktor pendorong. Faktor tersebut antara lain pembangunan ekonomi yang kuat, urbanisasi yang meningkat dan pertumbuhan penduduk yang stabil.

Pertumbuhan energi ini harus diimbangi agar keberlangsungannya stabil dan bisa dinikmati oleh anak cucu nanti. Caranya dengan menuju pembangunan energi bersih.

"Tugas kami adalah menyusun transisi menuju sistem energi yang bisa melindungi kekayaan alam Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui udara yang bersih dan kesehatan yang lebih baik," kata Luhut, dalam keterangan resmi, Jumat (2/9/2022).

Menurut luhut, peluang untuk melakukan perubahan transformasi dalam bauran energi Indonesia terdapat pada sumber energi terbarukan yang belum dimanfaatkan.

Pemerintah, lanjutnya, menargetkan energi baru dan terbarukan sebesar 21 gigawatt pada 2030, oleh karena itu Indonesia membutuhkan peta jalan untuk membangun industri tersebut.

"Indonesia sedang menempuh satu jalur yaitu untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan sesuai dengan target pemerintah," jelas Luhut.

Jalur kedua yakni untuk mengembangkan rencana nasional yang akan menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, terutama batu bara di tahun-tahun mendatang.

"Indonesia akan membutuhkan teknologi dan investasi untuk energi terbarukan dan akan menyederhanakan regulasi terkait lingkungan agar bisa mewujudkan cita-cita energi terbarukan tersebut," tutur dia.

Untuk menghentikan bahan bakar fosil, Indonesia juga telah mengembangkan pendekatan blended finance untuk bahan bakar fosil yang akan ditiadakan.

"Kami mencari cara untuk melembagakan proses transfer teknologi dan pembiayaan agar kedua hal tersebut dapat berlanjut dari waktu ke waktu," kata Luhut.

Sebagai informasi, untuk blended finance, pemerintah Indonesia telah menunjukkan kemitraan nasional dan global untuk menginisiasi solusi blended finance.


Menko Airlangga: Transisi Energi Harus Adil, Teratur, dan Terjangkau

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Dok: ekon.go.id)

Sebelumnya, kinerja perekonomian nasional menunjukkan perkembangan yang kian pesat terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai angka 5,4 persen (yoy) pada Q2-2022, dengan tingkat inflasi per Juli 2022 yang masih terkendali pada angka 4,94 persen (yoy).

Perbaikan juga terus ditunjukkan oleh indikator lain seperti aliran modal masuk yang mencapai USD 866 juta dan PMI manufaktur yang menunjukkan tren ekspansi secara konstan.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi nasional yang kian impresif tersebut perlu diselaraskan dengan ketersediaan pasokan energi bagi masyarakat.

Hal tersebut karena ketahanan energi menjadi salah satu elemen penting yang terintegrasi dengan tingkat stabilitas perekonomian dan pengurangan kemiskinan, sehingga diperlukan adanya upaya Pemerintah dalam menjaga pasokan melalui transisi energi, terlebih di tengah peningkatan populasi masyarakat saat ini.

“Indonesia telah memilih transisi energi sebagai salah satu prioritas dalam Presidensi G20, dan kita perlu memastikan bahwa transisi energi dapat berjalan dengan adil, teratur, dan terjangkau,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keynote speech secara virtual dalam kegiatan B20-G20 Dialogue: Energy, Sustainability, and Climate Task Force, Selasa (30/08).

Terkait dengan transisi energi, Indonesia telah berkomitmen untuk dapat mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060. Melalui kepemimpinan pada G20 tahun 2022, Indonesia berperan dalam merumuskan Bali Common Principles in Accelerating Clean Energy Transitions (COMPACT) yang akan digunakan sebagai pendoman atau prinsip untuk mempromosikan dan mendukung implementasi transisi energi.

“Transisi ke sumber energi ramah lingkungan mampu menciptakan jutaan pekerjaan, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mendorong transfer teknologi sehingga membangun keterampilan tenaga kerja terutama di negara berkembang,” tutur Menko Airlangga.

 


Kolaborasi dengan Swasta

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto

Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga menjelaskan bahwa salah satu kunci utama dalam transisi energi adalah kemitraan antara sektor publik dan swasta.

Selain itu, dalam memperoleh pangsa pasar global bagi energi terbarukan tersebut juga didukung oleh kondisi tertentu, seperti halnya kondisi penurunan batubara dan pertumbuhan moderat gas alam yang mampu mempercepat perluasan pangsa energi terbarukan di pasar global.

Selain itu, Indonesia juga akan menggunakan modalitas strategis internasional yang dimiliki sebagai Presidensi G20, UN GCRG Champion, dan Ketua ASEAN pada 2023 guna memobilisasi solusi dan mengembangkan strategi untuk membantu negara-negara dalam mengatasi krisis pangan, energi, dan iklim yang sedang berlangsung.

Kegiatan tersebut turut dihadiri diantaranya oleh Menteri Keuangan, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kepala Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kepala Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Chair of Bussiness 20 Indonesia, Chair of B20 Energy, Sustainability, and Climate Task Force, serta Chairman CII National Council on Agriculture of India. 

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com

Infografis Hemat Listrik, Kantong Aman Bumi Senang. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya