Liputan6.com, Jakarta - Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) menyetujui perubahan susunan pengurus pada Jumat, 2 September 2022.
Direktur Utama GMF Aero Asia, Andi Fahrurrozi menuturkan, pemegang saham yang hadir menyetujui untuk menyetujui pengangkatan kembali Maria Kristi Endah Murni sebagai Komisaris.
Advertisement
Selain itu, RUPST juga memberhentikan dengan hormat Jaka Ari Triyoga sebagai Direktur Line Operation dan menunjuk Mukhtaris sebagai Direktur Line Operation yang baru dan memberhentikan dengan hormat Bapak Edward Okky Avianto sebagai Direktur Keuangan dan menunjuk Salusra Satria sebagai Direktur Keuangan yang baru.
"Ada pemberhentian Direktur Keuangan dan Direktur Line Operation,” kata Andi dalam konferensi pers, Jumat (2/9/2022).
Dengan demikian, susunan pengurus GMF sebagaimana hasil keputusan RUPST adalah sebagai berikut:
Komisaris
Komisaris Utama : Rahmat Hanafi
Komisaris Independen : Ali Gunawan
Komisaris : Maria Kristi Endahmurni
Komisaris Independen : Gatot Sulistiantoro Dewa Broto
Komisaris Independen : Agit Atriantio
Direksi
Direktur Utama : Andi Fahrurrozi
Direktur Keuangan : Salusra Satria
Direktur Human Capital & Corporate Affairs : Pudjo Sarwoko
Direktur Line Operation : Mukhtaris
Direktur Business & Base Operation : Ananta Widjaja
Selain itu, GMF mengesahkan laporan tahunan tahun buku 2021 dengan membukukan pendapatan usaha sebesar USD 210,6 juta atau sekitar Rp 3,13 triliun dan menekan kerugian hingga 70 persen dibanding tahun sebelumnya USD 94,5 juta atau Rp 1,4 triliun.
Pendapatan ini merupakan hasil dari upaya pemulihan berkelanjutan yang digalakkan dalam menghadapi pandemi COVID-19. Langkah pemulihan berkelanjutan tersebut diwujudkan dengan perbaikan kinerja fundamental melalui strategi menjaga bisnis lebih lean dan mengatur belanja modal agar lebih efektif.
Upaya diversifikasi bisnis yang telah dicanangkan pada 2020 pun mulai menunjukkan hasil pada 2021, di antaranya pada segmen industri pertahanan dan power services.
Upaya Pemulihan
Sementara itu, pada Desember 2021, GMF berhasil mendatangkan dan melakukan perawatan pada pesawat Hercules C130 pertama milik Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia. Dari sisi pendapatan, segmen power services dan industri pertahanan berhasil mencatatkan peningkatan lebih dari 100 persen dibanding tahun sebelumnya.
"Upaya pemulihan sangat ditopang dengan penetrasi pada sektor-sektor yang tidak terlalu terdampak pandemi di antaranya power services, industri pertahanan, business and private jets, serta perawatan pesawat kargo. Catatan lainnya adalah GMF mengalami peningkatan volume pekerjaan perawatan berat terutama dari pesawat kargo luar negeri,” ujar dia.
GMF yang mencanangkan visi baru yakni menjadi perusahaan MRO yang paling bernilai bagi pemangku kepentingan pun turut mencatatkan perbaikan earnings before interest, tax, depreciation, amortization (EBITDA) yang signifikan pada 2021.
"2021 adalah momentum pembenahan komprehensif untuk mempertahankan likuiditas dan meningkatkan kinerja fundamental keuangan,” jelasnya.
Advertisement
Menggeliatnya Penerbangan Sipil
Di sisi lain, kembali menggeliatnya penerbangan sipil dunia juga membuka peluang bagi GMF untuk melakukan reaktivasi pada pesawat-pesawat yang berstatus grounded selama adanya pembatasan perjalanan.
Lalu, telah selesainya proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) induk usaha, Garuda Indonesia, dan adanya komitmen Garuda Indonesia untuk merancang langkah bisnis perbaikan kinerja perlu didukung oleh GMF dengan menyiapkan armada-armada Garuda Indonesia agar dapat dioperasikan secara optimal kembali.
"Dengan bangkitnya industri penerbangan dan meningkatnya arus lalu lintas udara, GMF harus siap dengan peningkatan permintaan reaktivasi pesawat. Untuk saat ini, permintaan reaktivasi dari maskapai Garuda Indonesia Group, khususnya pesawat berbadan kecil menjadi prioritas kami dan telah memenuhi seluruh slot yang ada pada fasilitas hanggar kami,” tambah Andi.
Andi juga menyebutkan, penuhnya slot hanggar hingga akhir 2022 pun juga dikontribusikan oleh tingginya permintaan perawatan pesawat Boeing 747 yang mayoritas permintaannya datang dari customer internasional.
Garap Lahan di Bandara Sultan Hasanuddin
Sebelumnya, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) menandatangani nota kesepahaman dengan PT Angkasa Pura I (Persero) (AP I) untuk kerja sama pengelolaan lahan di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Bertempat di Kantor Angkasa Pura I, nota kesepahaman ini ditandatangani oleh Direktur Utama GMF Aero Asia Andi Fahrurrozi dan Direktur Utama AP I Faik Fahmi pada 26 Oktober 2021.
Nota kesepahaman ini menjadi landasan awal bagi GMF Aero Asia dan AP I untuk melakukan penjajakan kerja sama pengelolaan lahan milik AP I di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Yakni untuk pengembangan dan operasional hanggar ke depannya.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan, posisi Makassar tergolong strategis untuk menggarap pasar di kawasan Indonesia bagian tengah dan timur.
Ia menilai, transportasi udara di kawasan Indonesia tengah dan timur menjadi salah satu tumpuan dalam mendorong pergerakan penumpang maupun kargo. Hal itu lantaran transportasi udara menawarkan akses yang lebih mudah dan cepat dibandingkan moda transportasi lainnya.
“Ini menjadikan Makassar sebagai pasar yang potensial untuk menjangkau kawasan Indonesia tengah dan timur,” ungkap Faik dalam keterangan resmi, Rabu (27/10/2021).
Untuk menangkap potensi ini, kolaborasi antara kedua pihak dalam mengelola lahan tersebut dimaksudkan untuk menarik investor dalam pembangunan hanggar beserta fasilitas pendukungnya. Sehingga menciptakan multiplier effect seperti pembukaan lapangan kerja, akselerasi ekonomi, serta nilai tambah bagi pemangku kepentingan.
Kolaborasi ini juga sejalan dengan rencana bisnis GMF dalam menangkap peluang perawatan pesawat saat momentum industri aviasi bangkit kembali.
Advertisement
Perkuat Industri Aviasi
Direktur Utama GMF Andi Fahrurrozi mengakui, pandemi yang saat ini memukul sektor aviasi mendorong GMF untuk memastikan strategi pemulihan kinerja dapat terimplementasi secara maksimal.
"Strategi recovery memang masih menjadi fokus kami saat ini. Namun demikian, kami optimis bahwa industri aviasi dapat segera pulih dalam beberapa tahun ke depan. Kolaborasi ini menjadi kesempatan bagi kami untuk mempersiapkan diri dalam menangkap peluang dan mengantisipasi momentum tersebut,” tutur Andi.
Dengan mengoperasikan hanggar di Makassar yang memiliki kedekatan lokasi dengan customer di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur, kemudahan akses yang ditawarkan ini diharapkan dapat membantu menekan biaya operasional operator penerbangan dan memperkuat industri aviasi di kawasan domestik.