Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Mandar Sulawesi Barat memiliki sejumlah kuliner khas yang menjadi ikon, seperti golla kambu, loka anjoroi, dan bau peapi.
Dari ketiga ikon kuliner tersebut, golla kambu adalah kuliner yang paling banyak diminati. Sepintas bentuknya mirip seperti wajik dari Jawa dengan cita rasa manis yang sangat khas.
Kuliner Mandar itu dibuat dari tiga jenis bahan saja. Yaitu beras ketan, kelapa masih muda kemudian diparut, kacang tanah yang telah disangrai, dan gula merah. Kehadiran kelapa parut dan kacang tanah memberi sensasi rasa gurih dan menjadikan golla kambu berbeda dengan makanan lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Pembuatan golla kambu atau dikenal juga sebagai baje diawali dengan mengukus beras ketan selama 30 menit. Setelah masak, diamkan beras ketan sekitar 1 jam.
Selanjutnya untuk menghasilkan rasa manis, gula merah dilarutkan secara terpisah dengan cara merebusnya dalam air mendidih pada sebuah wajan besar. Kemudian masukkan beras ketan dan parutan kelapa ke dalam larutan gula merah dan diaduk rata hingga semua bahan tadi berpadu dan meresap.
Proses memasak dengan api kecil ini berlangsung paling lama 2 sampai 3 jam dan selama itu pula kita harus sering mengaduknya hingga membentuk adonan.
Setelah itu, kacang tanah yang sudah disangrai ditambahkan ke dalam adonan sehingga memberi cita rasa lezat yang khas pada golla kambu. Setelah berbentuk adonan padat dan semua bahan berpadu erat, maka ini saatnya untuk masuk ke proses selanjutnya.
Adonan tadi kemudian dipindahkan ke wadah seperti piring besar untuk didinginkan. Usai tidak ada lagi uap hangat yang terdapat di dalam adonan dan sudah dingin, maka kita sudah dapat mengemasnya seukuran kepalan tangan orang dewasa.
Adonan kemudian dimasukkan ke dalam wadah unik berupa daun pisang kering. Kemudian, baje atau golla kambu yang sudah mendarat di dalam daun pisang kering tadi dilipat untuk dibentuk menjadi bungkusan ukuran kecil seberat sekitar 30 sampai 40 gram.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Tahan Lama
Kendati tidak memakai bahan pengawet, golla kambu mampu bertahan tak hanya dalam hitungan minggu, melainkan hingga berbulan-bulan. Walaupun hanya menggunakan pembungkus dari daun pisang kering.
Inilah keunikan lain dari makanan dengan tekstur berseratnya yang padat. Kudapan khas suku yang berdiam di Kabupaten Polewali Mandar atau Polman di Sulawesi Barat ini disukai oleh berbagai kalangan.
Sensasi rasa manis dari golla kambu akan semakin nikmat dimakan ditemani air teh tawar atau kopi hitam. Saat Ramadan, makanan ini kerap dihidangkan sebagai pelengkap menu berbuka puasa karena rasa manisnya diyakini mampu memulihkan energi setelah seharian menahan haus dan lapar.
Karena itu pula, di bulan puasa permintaan akan golla kambu biasanya meningkat 4 sampai 5 kali lipat dibandingkan hari-hari biasa. Makanan ini dapat dijumpai dan dinikmati setiap hari di sejumlah pusat jajanan tradisional di Polewali, pusat pemerintahan Polman.
Sentra produksi golla kambu yang terkenal terdapat di daerah Botto yang berada di tepi poros jalan Polman menuju Majene. Botto adalah salah satu desa yang masuk ke dalam administrasi Campalagian, sebuah kecamatan seluas 87,85 kilometer persegi.
Di Botto, golla kambu dijual sebagai buah tangan khas Mandar. Golla kambu biasanya ditawarkan kepada pengunjung dalam bentuk kemasan pembungkus berbahan plastik berisi 8--10 bungkus kecil daun pisang kering makanan wajik ala Mandar ini.
Dalam satu kemasan plastik ini, para penjual biasanya menawarkannya dengan harga antara Rp10.000 hingga Rp15.000. Bahkan makanan ini juga telah dipasarkan di situs-situs e-dagang dengan rentang harga Rp18.500-Rp20.000 per bungkus.
Agar lebih menarik minat pembeli, para produsen gallo kambu juga sudah mulai mengkreasikan produk mereka dengan rasa durian. Kreasi ini disebut baje durian dengan rasa khas buah dari kulit berduri tersebut.
Advertisement