Liputan6.com, Bandung Kementerian Kesehatan RI mengalokasikan 425.808 buah kondom ke Jawa Barat guna menekan penularan kasus HIV/AIDS. Hal ini dikatakan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jawa Barat (Jabar) Ryan Bayusantika Ristandi.
Ryan menyebutkan pembagian kondom ke kabupaten dan kota merupakan salah satu intervensi perubahan perilaku agar pencegahan HIV tidak meluas dan memutus mata rantai penularan. Bila tadinya tidak menggunakan kondom jadi menggunakan alat pengaman saat berhubungan seksual itu.
Advertisement
"Jadi, kondom merupakan alternatif selanjutnya atau terakhir bila skema A dan B tidak dapat dilakukan sebagai pencegahan kecuali pada kasus tertentu tetap harus pakai kondom," ujar Ryan ditulis Sabtu, 3 September 2022.
Data Dinas Kesehatan Jawa Barat selama 2021, tercatat penambahan HIV positif sebanyak 5.444 orang. Sebanyak 4.165 orang kini rutin menjalani pengobatan.
Sementara semester pertama 2022 (Januari-Juni), tercatat penambahan kasus sebanyak 3.744 orang. Sebanyak 2.850 orang telah menjalani pengobatan rutin.
Tahun 2021, lima besar wilayah di Jabar mencatat penambahan kasus HIV positif yakni Kota Bandung (869), Kabupaten Bogor (429), Bekasi (390), Kota Bogor (388) dan Kabupaten Indramayu (353).
Sementara selama Januari-Juni 2022, lima besarnya, Kota Bandung (410), Kabupaten Bogor (365), Kota Bekasi (365), Kabupaten Indramayu (252) dan Kabupaten Bekasi (217).
Selama tahun 2021 tes HIV dilaksanakan terhadap 576.155 orang, sementara selama Januari-Juni 2022, tes dilakukan kepada 341. 643 orang.
Tes dilakukan di seluruh wilayah Jabar, dengan konsentrasi Kota/Kabupaten Bandung, Kota/Kabupaten Bogor, Cirebon, dan Kabupaten Garut.
Kasus AIDS di Bandung pada 2021
Dinas Kesehatan Jawa Barat juga mencatat pada 2021 terdapat penambahan baru AIDS sebanyak 337 orang dan selama Januari-Juni 2022, penambahan penderita positif AIDS sebanyak 200 orang.
Sehingga secara akumulatif, hingga Juni 2022, di Jabar tercatat penderita HIV Positif sebanyak 55.069 orang, sementara AIDS sebanyak 12.223 orang.
Sementara itu, Kepala Dinkes Jabar Nina Susana Dewi, perhatian serius diberikan karena setiap tahun selalu saja ditemukan laporan baru penderita HIV positif.
Selain tindakan medis, Dewi menuturkan, kegiatan sosialisasi pencegahan juga terus dilakukan.
"Dinkes melalui fasilitas layanan kesehatan yang tersebar terus memberikan konseling dan tes HIV. Dilaksanakan di 1.289 fasilitas pelayanan kesehatan, di antaranya ada 153 lokasi pelayanan kesehatan yang memberikan pengobatan ARV (antiretroviral)," kata Nina.
Populasi kunci yang jadi target yakni wanita penjaja seks (WPS), lelaki suka lelaki (LSL), waria, pengguna narkoba suntik (penasun), ibu hamil pasien TB, serta warga binaan pemasyarakatan (WBP), serta orang dengan yang pasangannya positif HIV.
Setiap tahunnya, Dinkes Jabar memberikan fasilitas tes HIV kepada kelompok rentan tersebut, termasuk memfasilitasi pemberian pengobatan ARV kepada Orang dengan HIV/AIDS atau ODHA.
Menurut Nina, Dinkes Jabar telah mewajibkan ibu hamil trimester pertama yang mengunjungi faskes untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS.
Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling (TIPK) kepada ibu hamil untuk melakukan tes sifilis, HIV dan hepatitis B dalam rangka mencapai triple eliminasi di Jawa Barat.
"Melakukan skrining atau deteksi dini pada calon pengantin, ibu hamil, populasi kunci dan melakukan treatment pemberian obat ARV (Antiretroviral) pada orang yang didiagnosa HIV positif adalah beberapa yang telah kami lakukan dalam mencegah HIV," ucapnya.
Advertisement
Tekan HIV dengan ABCDE
Permenkes RI No 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS mengamanatkan, pencegahan HIV dilakukan dengan skema ABCDE.
Skema dimaksud adalah A (Abstinen) atau tidak berhubungan seksual sebelum menikah. B (Be Faithful) atau setia pada satu pasangan seksual (menikah).
Jika A dan B tidak bisa, maka berjalan skema C (Condom) atau menggunakan pengaman dalam melakukan hubungan seks, karena kondom senjata untuk tidak tertular HIV dan IMS.
Skema D (Drug) atau tidak menggunakan obat-obatan terlarang/narkoba. Penggunaan napza cenderung terpengaruh untuk melakukan hubungan seks dan penularan dari jarum suntik.
Skema E (Education), meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin.
Sebelumnya Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menyebut poligami sebagai solusi untuk menekan angka penularan HIV/AIDS.
Sontak hal itu memicu komentar dari berbagai kelompok masyarakat. Berselang beberapa hari usai pernyataannya itu, Ulum meminta maaf kepada masyarakat melalui media massa.