Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akhirnya mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Analis menilai, kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut dapat jadi sentimen negatif untuk pasar modal.
Analis PT Jasa Utama Capital Cheryl Tanuwijaya menuturkan, kenaikan harga BBM bersubsidi dapat menggerus laba emiten sehingga berdampak kurang baik untuk pasar modal. Hal ini lantaran dapat menekan daya beli konsumen.
Advertisement
"Bisa meningkatkan inflasi karena biaya produksi naik sehingga harga barang dan jasa naik,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (3/9/2022).
Namun, kenaikan harga BBM bersubsidi ini tidak mengejutkan sehingga diharapkan dampaknya minim.
"Kenaikan ini sesuai dengan perkiraan pasar sebesar 30-35 persen sehingga tidak mengejutkan. Diharapkan dampaknya bisa lebih minim,” ujar dia.
Ia menuturkan,sektor saham yang terdampak kenaikan harga BBM tersebut transportasi dan konsumen non primer. Saham-saham yang terdampak, Cheryl mencontohkan antara lain PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).
Sedangkan sektor saham yang tidak terganggu dengan kenaikan harga BBM bersubsidi ini, menurut Cheryl yaitu sektor perbankan dan komoditas.
Harga BBM Naik, Pertalite Jadi Rp 10.000, Solar Rp 6.800 dan Pertamax Rp 14.500 per Liter
Sebelumnya, Pemerintah akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi. Hal tersebut disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Istana Negara.
"Pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM subsidi," kata Menteri ESDM Arifi Tasrif.
Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter
"Harga BBM naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax Dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.
Kenaikan harga baru ini berlaku mulai hari ini 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
Advertisement
Harga BBM Naik Mulai Hari Ini 3 September 2022 Pukul 14.30 WIB
Sebelumnya, kenaikan harga BBM akhirnya diumumkan pemerintah. Harga BBM yang naik meliputi BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar serta BBM nonsubsidi yaitu Pertamax.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan, kenaikan harga BBM untuk ketiga jenis bahan bakar minyak ini berlaku mulai 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
"Ini berlaku 1 Jam sejak saat diumumkan penyesuaian harga dan akan berlaku pada 14.30 WIB," kata dia di Istana Kepresidenan, Sabtu (3/9/2022).
Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter
"Harga BBM Pertalite naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax Dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.
Harga BBM Naik, Apindo Yakin Inflasi Dapat Tetap Terjaga
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak membuat produsen langsung menaikkan harga produk. Adapun kenaikan harga BBM bersubsidi, Apindo mengatakan, hal tersebut sudah diperhitungkan oleh pemerintah untuk menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Kami melihat hal wajar (naikkan harga BBM subsidi-red) karena APBN tidak bisa (tahan-red) terlalu lama. Memang wajar, dari asumsi USD 60 per barel menjadi USD 109 per dolar, APBN tidak kuat,” ujar Haryadi Sukamdani saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (3/9/2022).
Ia mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi dapat pengaruhi inflasi. Namun, Haryadi melihat inflasi akan relatif terjaga karena produsen tidak dapat langsung menaikkan harga. “Inflasi relatif. Bicara menjaga daya beli, tidak bisa menaikkan harga semaunya,” kata dia.
Haryadi menambahkan, jika memang ada kenaikan harga dari produsen makanan minuman pun tidak akan terlalu besar. “Tidak bisa naikkan sembarangan. Jalur distribusi perlu diperhatikan,” kata dia.
Selain itu, ia yakin inflasi akan terjaga seiring tidak ada momentum yang dapat mendorong permintaan masyarakat lebih besar. Ia pun menekankan agar pemerintah dapat menjaga pasokan bahan baku sehingga inflasi terjaga. “Tidak ada momentum permintaan bisa besar seperti Idul Fitri. Tidak ada apa-apa. Menurut saya inflasi terkendali. Tidak ada hal yang drive harga itu menjadi naik, tidak ada momentum,” kata Haryadi.
Haryadi pun berharap pemerintah dapat menyalurkan subsidi tepat sasaran sehingga masyarakat yang rentan terhadap dampak kenaikan harga BBM dapat terjaga. Salah satunya dengan menerapkan subsidi BBM tertutup. “Selama ini subsidi terbuka. Pemerintah harus mengubah jadi tertutup, oemerintah harus lakukan ini. Ke depan kalau hal ini terjadi lagi bisa fokus,” ujar dia.
Advertisement