Satgas: Semakin Tua, Antibodi COVID-19 Lansia Hanya Bertahan 3 Bulan

Level antibodi COVID-19 tak bertahan lama seiring semakin tua umur seseorang seperti halnya lansia.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Sep 2022, 08:00 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat memberikan keterangan pers di Istana Merdeka Jakarta pada Selasa, 11 Januari 2022. (Dok Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman)

Liputan6.com, Jakarta Semakin tua umur seseorang, semakin singkat pula level antibodi COVID-19 baik dari pemberian vaksin COVID-19 maupun infeksi alami virus Corona dapat bertahan. Artinya, level antibodi tidak bertahan lama seiring usia yang kian menua.

Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito menerangkan, antibodi dapat bertahan secara normal pada orang dewasa yang sehat dalam jangka waktu 6 - 8 bulan. Namun, antibodi hanya bertahan kurang lebih 3 bulan pada lansia.

"Level antibodi dan imunitas populasi yang baik seperti sekarang ini merupakan hal yang perlu dijaga, bahkan terus diperkuat. Normalnya, antibodi dapat bertahan 6 sampai dengan 8 bulan pada orang dewasa yang sehat," terang Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, ditulis Sabtu (3/9/2022).

"Umumnya, semakin besar gejala yang dirasakan saat positif COVID-19, maka semakin lama rentang waktu antibodi bertahan dalam tubuh. Sementara, semakin tua umur seseorang, semakin singkat rentang waktu antibodi bertahan dalam tubuh. Misalnya, lansia yang hanya bertahan kurang lebih 3 bulan."

Oleh karena itu, bentuk komitmen Pemerintah terus melindungi masyarakat dengan percepatan laju vaksinasi  COVID-19 dosis 1, 2 dan dosis 3 atau booster pertama, serta dosis 4 atau booster kedua bagi sumber daya kesehatan.

Pemerintah juga berencana melakukan vaksinasi COVID-19 lanjutan kepada kelompok masyarakat yang memiliki imunitas rendah pada akhir tahun 2022. Upaya ini bertujuan agar mampu memperbaiki imunitas masyarakat terutama dalam menghadapi potensi munculnya gelombang COVID-19 berikutnya.

"Percepatan vaksinasi dosis 1, 2, dan booster pertama serta booster kedua terus dijalankan untuk kelompok masyarakat rentan. Kemudian, pada prinsipnya keberhasilan menuju endemi akan membuat kebutuhan vaksinasi berkurang seiring dengan transmisi (virus Corona) yang lebih terkendali," imbuh Wiku.


Survei Serologi November 2022

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 pada warga di RPTRA Taman Gajah, Cipete Selatan, Jakarta, Kamis (27/5/2021). Pemprov DKI Jakarta melakukan vaksinasi COVID-19 bagi warga usia 18 tahun ke atas yang berada di RW rentan dan padat penduduk. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Rencana pemberian vaksin COVID-19 lanjutan bagi kelompok imunitas rendah disampaikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin. Rencana tersebut dilakukan setelah adanya diskusi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Jadi, kita diskusi dengan Bapak Presiden. Nanti akhir tahun kita akan melakukan vaksinasi terutama bagi golongan yang imunitasnya rendah," ungkap Budi Gunadi saat Konferensi Pers Update PPKM di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (23/8/2022).

Sebelum rencana di atas terlaksana akhir tahun 2022, Pemerintah akan melakukan survei serologi antibodi terlebih dahulu pada November 2022. Hasil survei serologi nanti akan diperoleh data daerah mana yang imunitas masyarakatnya sudah turun.

Kemudian dapat diketahui juga mana saja orang yang berisiko tinggi imunnya rendah. Maka kelompok tersebut yang akan menerima suntikan vaksin COVID-19 kembali pada akhir tahun 2022.

"Nanti itu (sasaran vaksinasi) yang kita berikan vaksinasi agar bisa meningkatkan mempersiapkan memperbaiki kadar imunitas masyarakat tersebut. Insya Allah, jika ada varian baru, mudah-mudahan tidak, di bulan Februari, Maret 2023, maka imunitas populasi Indonesia itu tetap tinggi," lanjut Budi Gunadi.


Program Tingkatkan Imunitas

Petugas kesehatan memeriksa suhu warga penerima vaksin COVID-19 di RPTRA Taman Gajah, Cipete Selatan, Jakarta, Kamis (27/5/2021). Pemprov DKI Jakarta melakukan vaksinasi COVID-19 bagi warga usia 18 tahun ke atas yang berada di RW rentan dan padat penduduk. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Budi Gunadi Sadikin menyebut, pemberian vaksinasi COVID-19 lanjutan pada akhir tahun 2022 akan disebut 'program untuk meningkatkan imunitas populasi' menghadapi potensi gelombang berikutnya. Saat ini, masyarakat Indonesia memang memiliki level antibodi yang tinggi.

Oleh karena itu, kasus COVID-19 Omicron BA.4 dan BA.5 di Tanah Air masih relatif lebih rendah dibandingkan negara lainnya.

"Kita sudah melihat dibandingkan Desember 2021 hanya 88 persen masyarakat yang memiliki antibodi, sekarang naik ke 98,5 persen. Level antibodinya yang tadinya cuma sekitar 400-an unit per mililiter sekarang naik lebih dari 2.000 unit per mililiter," tambah Menkes Budi Gunadi.

"Akibatnya apa? Akibatnya, memang terbukti populasi masyarakat Indonesia sudah sangat terlindungi dari level antibodinya."


Jaga Level Imunitas

Sejumlah penumpang berpindah tujuan kereta saat penerapan switch over (SO) ke-5 di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (30/5/2022). Penerapan switch over (SO) atau peralihan sistem persinyalan ke-5 itu membuat terjadinya penumpukan penumpang di peron kereta karena terdapat perubahan rute perjalanan KRL. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Meski antibodi masyarakat Indonesia terbilang tinggi, kasus konfirmasi harian di berbagai negara lain perlu diwaspadai. Sebab, akan mengakibatkan terjadinya mutasi dan munculnya varian baru Corona yang diperkirakan terjadi pada awal tahun 2023.

Menkes Budi Gunadi mengimbau masyarakat untuk waspada terkait munculnya varian baru tersebut, salah satunya dengan menjaga level imunitas masyarakat.

"Sekarang, ujiannya 6 bulan lagi, sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023. Kalau kita benar-benar bisa melampaui itu sama seperti sekarang, Indonesia adalah menjadi mungkin selected few negara yang bisa menangani pandemi ini 12 bulan berturut-turut," ucapnya.

"Caranya gimana? Satu caranya, kita harus menjaga level imunitas setinggi sekarang."

Adapun hasil survei serologi ketiga yang dilakukan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia pada Juni - Juli 2022 menunjukkan, adanya peningkatan proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2, yakni dari 87,8 persen pada Desember 2021 menjadi 98,5 persen pada Juli 2022.

Infografis 3 Hormon Bahagia Jaga Imunitas Tubuh dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya