Liputan6.com, Jakarta Kenaikan harga BBM subsidi disebut akan mempersempit pasar dari Pertamina. Apalagi selisih harga dengan BBM yang dijual oleh perusahaan swasta tak berbeda jauh.
Konsultan Pemasaran Yuswohady menilai Pertamina, Shell, Vivo, dan BP AKR kini berada di satu tingkatan yang hampir sama dengan harga BBM-nya. Ini membuka peluang SPBU swasta mencaplok konsumen-konsumen Pertamina.
Advertisement
"Menarik mengamati kenaikan BBM kemarin dari sisi peta persaingan antar SPBU. Yaitu Pertamina sebagai INCUMBENT di satu sisi dan Shell cs sebagai CHALLENGERS. Singkatnya, kenaikan harga ini semakin memperkecil disparitas harga antara Pertamina dengan para challengers-nya," ujarnya, mengutip unggahan Instagram @yuswohady, Minggu (4/9/2022).
"Dan serunya, menyempitnya disparitas harga ini bakal menjadi PELUANG EMAS bagi para challengers untuk pelan tapi pasti MENGGEROGOTI dominasi sang incumbent," tambahnya.
Sebagai informasi, setelah kenaikan, harga Pertalite Rp 10.000 per liter, dan Pertamax Rp 14.500 per liter. Sementara, Shell Super Rp 15.420 dan Shell V-Power Rp 16.130.
Selanjutnya, produk dari Vivo, Revvo 89 Rp 8.900 dan Revvo 92 Rp 15.400. Serta BP 90 Rp 15.320 dan BP 92 Rp 15.420.
Dari angka itu, ada perbedaan kisaran Rp 1.000-5.000 untuk BBM setara Pertalite. Di sisi lain, hanya ada perbedaan Rp 1.000-2.000 untuk BBM setara Pertamax.
Dua Segmen Konsumen
Menurut dia, setidaknya ada dua segmen pasar yang peta persaingannya akan berubah. Pertama, segmen BBM Subsidi dengan Pertalite milik Pertamina. Kedua, segmen BBM non-subsidi dimana Pertamina punya Pertamax dan Pertamina Dex.
Di segmen bawah, merupakan konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Sehingga, konsumen dengan mudah akan beralih ke SPBU swasta yang bisa menjual dengan harga lebih murah.
"Sehingga begitu harga Pertalite naik (Rp 10.000), maka mereka mulai mencari alternatif BBM yang lebih murah yaitu Revvo 89 milik Vivo (Rp 8.900). Tak heran jika kini brand Vivo menjadi favorit dan viral menyusul pengumuman kenaikan BBM kemarin," terang dia.
Bisa dibilang Vivo bakal jadi pesaing tangguh Pertamina di sisi murahnya harga BBM. Meski ada perbedaan sedikit dari sisi kandungan oktan di bahan bakar tersebut.
"Menyusul kenaikan BBM, Vivo bakal menjadi challenger tangguh bagi Pertamina dan brand-nya mulai hadir di hati konsumen. Hanya sayang, dari sisi channel, jumlah SPBU Vivo sangat sedikit," kata dia.
Advertisement
Segmen Atas
Pada poin kedua, ada persaingan di segmen atas atau pengonsumsi BBM non subsidi. Domain ini akan menjadi lebih menarik dengan selisih harga yang tidak begitu jauh, cenderung sangat sedikit.
"Kini harga Pertamax Rp 14.500 sementara Shell Super Rp 15.420; Revvo 92 Rp 15.400; dan BP 92 Rp 15.420, cuma beda sekitar seribu perak," ujar dia.
Konsumen pada golongan ini cenderung memperhatikan pelayanan ketimbang melihat perbedaan harga yang terjadi. Lagi-lagi, pasar ini juga bisa dicaplok oleh SPBU swasta sebagai pesaing Pertamina.
"Konsumen segmen ini relatif tidak price sensitive, Mereka lebih mencari pelayanan. Karena itu, di segmen ini pasar Pertamina bakal digerogoti Shell cs dengan menggunakan senjata ampuh PELAYANAN," tutupnya.
BBM Subsidi Naik
Pemerintah akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi. Hal tersebut disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Istana Negara.
"Pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM subsidi," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter
"Harga BBM naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.
Kenaikan harga BBM ini berlaku mulai hari ini 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.
Advertisement