Liputan6.com, Jakarta - Unit truk dan bus Toyota Motor Corp, Hino Motor akan menghentikan produksi sejumlah truk kelas menengah (medium-duty) dan kelas berat (heavy-duty) selama satu tahun. Hal tersebut, menyusul skandal pemalsuan data mesin yang meluas, demikian laporan Asia Nikkei, Senin (5/9/2022).
Truk Ranger yang merupakan kelas menengah dan Profia, yang merupakan jenis truk kelas berat tidak akan diproduksi hingga Agustus 2023.
Advertisement
Penghentian produksi model truk Hino ini, menjadi penanda dari memburuknya skandal Hino sejak produsen asal Jepang tersebut pertama kali mengumumkan pemalsuan daya yang memengaruhi beberapa truk berukuran besar, pada Maret 2022.
Sejak itu, Hino mengatakan telah memalsukan data pada beberapa mesin sejak 2003, setidaknya satu dekade lebih awal dari yang ditunjukan dari. Sekitar 640 ribu unit kendaraan terpengaruh, atau lebih dari lima kali lipat dari angka awal yang dipublikasikan.
Hino mengatakan pada Agustus 2022, akan menangguhkan pengiriman truk kecil setelah penyelidikan kementerian transportasi mengungkapkan bahwa sekitar 76.000 unit truk kecilnya yang dijual sejak 2019 belum menjalani jumlah tes mesin yang diperlukan.
Sementara itu, Toyota dan pihak lain yang terlibat dalam kemitraan kendaraan komersial tersebut, telah mengeluarkan Hino dari grup, karena pemalsuan data mesin tersebut.
Skandal yang melebar di Hino Motors Jepang atas pemalsuan data mesin telah mengguncang induk Toyota yang memiliki 50,1 persen saham pengendali di Hino. Pembuat truk itu menjadi anak perusahaan Toyota pada 2001 dan hampir semua pemimpin Hino sebelumnya bekerja untuk Toyota.
Hino Dikeluarkan dari Kemitraan Kendaraan Komersial Ramah Lingkungan
Hino Motors tengah tersandung masalah pemalsuan data mesin. Buntut dari masalah tersebut, pabrikan asal Jepang ini dikeluarkan dari konsorsium kendaraan ramah lingkungan di Jepang, yang berada di bawah kepemimpinan Toyota.
Dilansir Reuters, Jumat (26/8/2022), kemitraan yang disebut Commercial Japan Partnership Technologies (CJPT) telah memutuskan untuk mengeluarkan Hino. Langkah ini dianggap yang paling tepat, agar tidak memperburuk langkah dan tujuan konsorsium terkait pengembangan kendaraan komersial ramah lingkungan.
Toyota sendiri, merupakan pemegang saham besar di Hino, atau menguasai sebesar 50,1 persen.
"Kami percaya bahwa partisipasi Hino akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi pemangku kepentingan, dan kami telah memutuskan bahwa pantas untuk mengeluarkan Hino dari CJPT," kata Presiden Toyota Akio Toyoda dalam sebuah pernyataan.
Sebagai informasi, CJPT ini didirikan pada April 2021 oleh Toyota, Hino, dan Isuzu Motors. Kemudian, Suzuki dan Daihatsu ikut bergabung pada Juli 2021.
Advertisement