Liputan6.com, Jakarta - Adanya wabah 'pneumonia misterius' di Argentina yang berkaitan dengan penyakit Legionnaire, Indonesia rupanya pernah ada kasus tersebut. Kasus Legionnaire yang disebabkan bakteri Legionella, di antaranya dilaporkan terjadi di Bali, Tangerang, dan beberapa kota lain.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Maxi Rein Rondonuwu, temuan kasus Legionnaires di Indonesia terjadi rentang tahun 1990-an. Setelah kejadian itu, diterbitkan pula Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1538/MENKES/SK/XI/2003.
Advertisement
"Indonesia sudah pernah ada kasus pertama (Legionnaire) di Bali tahun 1996 dan Tangerang 1999 serta kota lainnya," kata Maxi dalam keterangannya melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 5 September 2022.
"Sudah ada Keputusan Menteri Kesehatan-nya soal penyakit itu yang termasuk new emerging (penyakit emerging baru)."
Kategori penyakit infeksi emerging adalah penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kalinya atau telah ada sebelumnya, tapi meningkat dengan sangat cepat, baik dalam jumlah kasus baru di dalam satu populasi ataupun penyebarannya ke daerah geografis yang baru (re-emerging infectious disease).
Legionnaire adalah penyakit infeksi bakteri akut yang bersifat new emerging diseases. Secara keseluruhan baru dikenal 20 spesies dan penyebab Legionnaire adalah Legionella pneumophila.
Data Kemenkes dalam salinan Kepmenkes Tahun 2003 menyebut, Legionnaire di Indonesia terjadi pada sejumlah tempat antara lain, di Bali (1996), Karawaci Tangerang (1999) dan di beberapa kota lainnya.
Hasil survei tahun 2001 pada air menara sistem pendingin di hotel-hotel yang ada di Jakarta dan Denpasar ditemukan, hampir 20 persen dari petugas pengelola air menara sistem pendingin tersebut pernah terpajan bakteri Legionella.
Tempat Hidup Bakteri Legionella
Informasi Kemenkes RI mencatat, bakteri Legionella penyebab penyakit Legionnaire biasa hidup di air laut, air tawar, sungai, lumpur, danau, mata air panas, genangan air bersih, air menara sistem pendingin di gedung bertingkat, hotel, dan spa.
Kemudian ditemukan pula di pemandian air panas, air tampungan sistem air panas di rumah-rumah, air mancur buatan yang tidak terawat baik, adanya endapan, lendir, ganggang, jamur, karat, kerak, debu, kotoran atau benda asing lainnya.
Bakteri ini juga terdapat pada peralatan rawat di rumah sakit seperti alat bantu pernafasan.
Bakteri Legionella pneumophila termasuk bakteri Gram negatif, berbentuk batang, tidak meragi D glukosa, tidak mereduksi nitrat menjadi nitrit. Koloni bakteri ini hidup subur menempel pada pipa-pipa karet dan plastik yang berlumut dan tahan terhadap kaporisasi dengan konsentrasi klorin 2-6 mg/l.
Bakteri Legionella dapat hidup pada suhu antara 5,7 derajat Celsius sampai 63 derajat Celsius dan hidup subur pada suhu 30 derajat Celsius sampai 45 derajat Celsius.
Advertisement
Timbulkan Infeksi Nosokomial
Penularan bakteri Legionella penyebab Legionnaire pada manusia antara lain melalui aerosol di udara atau karena minum air yang mengandung bakteri Legionella. Penularan dapat pula melalui aspirasi air yang terkontaminasi, inokulasi langsung melalui peralatan terapi pernapasan dan pengompresan luka dengan air yang terkontaminasi. Masa inkubasi penyakit 1 – 10 hari.
Tempat keberadaan bakteri Legionella sangat erat dengan kehidupan manusia, sehingga kemungkinan dapat terjadi kejadian luar biasa di masyarakat. Keberadaan bakteri Legionella di sarana rumah sakit yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit. Seseorang dikatakan mengalami infeksi nosokomial, jika infeksinya terjadi ketika sedang berada atau menjalani perawatan di rumah sakit.
Infeksi nosokomial bisa terjadi pada pasien, perawat, dokter, serta pekerja atau pengunjung rumah sakit. Beberapa penyakit yang dapat terjadi akibat infeksi nosokomial misal, infeksi aliran darah, pneumonia, infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi luka operasi (ILO).
Kemenkes RI juga menekankan, berkembangnya penyakit Legionnaire di objek-objek wisata akan berdampak negatif terhadap perkembangan pariwisata tersebut. Untuk mencegah berkembangnya bakteri Legionella, maka minimal seminggu sekali dilakukan pemeriksaan penampungan air terhadap kerusakan fisik, bau dan zat organik, dan adanya serbuk-serbuk yang mengandung bakteri Legionella.
Wabah Legionnaires di Argentina
Kemunculan wabah 'pneumonia misterius' di Argentina yang dikaitkan dengan penyakit Legionnaire dilaporkan pada Sabtu (3/9/2022). Ada laporan 11 kasus dari klinik kesehatan swasta di kota barat laut San Miguel de Tucuman.
Gejala yang dialami pasien meliputi pneumonia di paru-paru, sesak napas, demam, nyeri otot dan perut.
Berdasarkan data Pan American Health Organization (PAHO) yang diperoleh dari Argentina Ministry of Health per 3 September 2022, ada 11 kasus telah diidentifikasi penyakit Legionnaire, termasuk di antaranya empat kematian pada pasien dengan penyakit penyerta (komorbid).
Mengutip Sky News, Senin, 5 September 2022, Menteri Kesehatan Argentina Carla Vizzotti mengatakan, orang yang berusia di atas 50 tahun dengan kondisi tertentu dapat sangat berisiko terinfeksi bakteri Legionella. Misal, perokok atau mantan perokok dan mereka yang memiliki masalah paru-paru juga lebih mungkin terinfeksi.
Saat ini, Pan American Health Organization (PAHO) memberikan dukungan kepada otoritas kesehatan Argentina dari Markas Besarnya dan PAHO Country Office di Argentina untuk menyelidiki dan mengkarakterisasi wabah Legionnaire.
PAHO dan World Health Organization Representative di Argentina, Eva Jane Llopis mendampingi Menteri Kesehatan Argentina Carla Vizzotti juga melakukan kunjungan lapangan untuk menyelidiki Legionnaire lebih lanjut, dikutip dari laman resmi PAHO.
Advertisement