Liputan6.com, Shenzhen - Kota Shenzhen di China kini dibuka kembali mulai Senin (5/9/2022), setelah mengalami penutupan selama akhir pekan lantaran penyebaran COVID-19. Kini situasi menunjukkan tanda-tanda stabil dalam wabah terbarunya, sementara tempat hiburan dan acara besar tetap ditangguhkan.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (5/9/2022), penyebaran COVID-19 sejak akhir Agustus 2022 mendorong Shenzhen untuk sementara memerintahkan sebagian besar dari 17,7 juta penduduknya untuk sebagian besar tetap di rumah selama akhir pekan dan membuat mereka menjalani dua pengujian massal.
Advertisement
Pembatasan makan dan kunjungan taman tertentu kini telah dilonggarkan, dan banyak stasiun kereta bawah tanah kembali beroperasi. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk meminimalkan gangguan transportasi sambil tetap mengikuti kebijakan "dinamis COVID-nol" Beijing yang bertujuan untuk menahan setiap wabah.
Penyesuaian terjadi setelah pusat teknologi China menemukan lebih sedikit infeksi di antara mereka yang belum dikarantina.
Data terbaru menunjukkan 71 kasus lokal baru untuk Minggu (4/9), turun dari 89 sehari sebelumnya, sementara angka kumulatif sekitar 500 infeksi sejak akhir Agustus 2022.
Tapi, Shenzhen tetap waspada terhadap penyebaran subvarian Omicron.
Kota itu mengatakan, akan mengklasifikasikan wilayahnya ke dalam tiga kategori mulai Senin -- yang mencerminkan risiko infeksi rendah, sedang dan tinggi -- tergantung pada hasil pengujian akhir pekan.
Sebagian besar penduduk terus tunduk pada aturan yang lebih ketat dari pemerintah China. Penguncian yang ketat juga ditargetkan berlanjut di beberapa area yang dianggap berisiko lebih tinggi.
Sementara sebagian besar wilayah Shenzhen membuka kembali tempat makan pada hari Senin, restoran hanya dapat beroperasi dengan setengah kapasitas.
Aturan Nol-COVID-19
Distrik terpadat di kota itu, Baoan, dan distrik Guangming, mengizinkan taman untuk menampung pengunjung dengan kapasitas setengahnya.
China telah berpegang teguh pada kebijakan COVID-19 yang ketat bahkan ketika sebagian besar negara lain telah melonggarkan pembatasan.
Sementara itu, pada Senin pagi tingkat pembatalan penerbangan di Bandara Shuangliu Chengdu menyentuh angka 88 persen dan Bandara Tianfu berada di 95 persen, menurut data dari Flight Master.
Penerbangan di banyak kota lain juga ditangguhkan.
Tingkat pembatalan penerbangan di Bandara Gongga Lhasa, Tibet mencapai 97 persen dan Bandara Phoenix Sanya di Hainan sebesar 90 persen, sementara Bandara Caojiapu Xining di Qinghai mencapai 96 persen dan Bandara Baoan Shenzhen pada 82 persen.
Advertisement
Universitas di China Tunda Semester Baru Akibat COVID-19
Institusi pendidikan tinggi China memilih waspada ancaman COVID-19. Ada lebih dari 20 universitas yang akhirnya memilih menunda semester baru.
Lokasi universitas itu termasuk di ibu kota Beijing hingga di Pulau Hainan.
Dilaporkan Global Times, Senin (22/8/2022), penundaan semester itu diumumkan setelah Kementerian Pendidikan mengajak universitas di seantero negeri untuk melaksanakan pencegahan epidemi secara ilmiah dan tepat. Kementerian juga meminta agar proses kembalinya murid diatur dengan hati-hati.
Ada empat universitas di Provinsi Shaanxi yang memilih menunda pendaftaran bagi mahasiswa baru. Provinsi tersebut memang sedang melawan varian Omicron BA.2.76 dan BA.5.13 yang belakangan ini melonjak.
Pada Sabtu lalu, ada 156 kasus lokal dan penyebar (silent carriers) yang diidentifikasi oleh otoritas kesehatan provinsi.
Pakar menilai travel musim panas dan tahun ajaran baru memberikan risiko lebih besar bagi pihak provinsi untuk mencegah epidemi.
Provinsi Hainan juga sedang mengalami lonjakan kasus, bahkan dibayangi isu lockdown. Hainan Normal University, Hainan University, Hainan Medical University, dan Hainan Vocational University of Science and Technology memutuskan agar menunda registrasi atau tanggal datangnya para murid.
Tak hanya kampus, destinasi turis populer seperti Sanya dan Haikou juga sedang menjalani "manajemen statis" karena ada penularan di Sanya dan menyebar di kota-kota lain di provinsi.
Di ibu kota China, Peking University akan menyambut para mahasiswa pada 28 dan 29 Agustus. Tsinghua University telah menyambut 3.700 mahasiswa baru pada 17 Agustus lalu. Beijing Institute of Technology, Beijing Normal University, dan Central Academy of Fine Arts memilih registrasi online atau menunda semester baru hingga September.
Hainan dan Lockdown
Gelombang COVID-19 di China membuat kasus naik ke jumlah tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Menurut media pemerintah China, ada 3.424 kasus pada Kamis (19/8).
Dilaporkan Global Times, peningkatan kasus terjadi karena varian-varian Omicron. Jumlah turis pada musim panas juga memberi pengaruh pada naiknya kasus. Hingga kini, China masih memegang kebijakan zero-COVID sehingga gelombang baru ini diperkirakan bisa cepat diatasi.
Pakar juga menilai penyebaran terkini tidak akan berpengaruh besar pada ekonomi China tahun ini, sebab gelombang ini tidak mengubah fundamental ekonomi China.
National Health Commission (NHC) berkata ada 25 kawasan level provinsi yang mengalami epidemi saat ini.
Provinsi Hainan, pulau di selatan China, adalah lokasi dengan kasus harian tertinggi dengan 496 kasus baru pada Kamis ini. Ada pula 1.522 kasus tak bergejala. Sejak 1 Agustus 2022, Hainan mencatat 13.763 kasus.
Tingginya kasus di Hainan membuat kekhawatiran bahwa pulau itu akan mengalami lockdown ketat seperti Shanghai pada beberapa waktu lalu.
Lu Hongzhou, kepala Third People's Hospital di Hainan, berkata Hainan tidak akan mengalami lockdown. Ia meyakini Hainan masih punya kapabilitas testing yang kuat untuk menjegal lockdown.
Pejabat kesehatan setempat juga berkata kasus-kasus baru sudah mulai menurun. Mereka yakin penyebaran di Hainan masih terkendali. Provinsi Hainan juga telah membuat rumah sakit sementara (makeshift) yang memiliki 22.200 kasus untuk kasus virus corona.
Advertisement