Kredit Bank Tumbuh 10,7 Persen per Juli 2022, Nyaris Tembus Target BI

OJK melaporkan, pertumbuhan kredit perbankan per Juli 2022 mengalami kenaikan mendekati target 11 persen yang diusung Bank Indonesia (BI), yakni sebesar 10,71 persen secara tahunan atau year on year (YoY).

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 05 Sep 2022, 15:50 WIB
Ilustrasi bank (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan, pertumbuhan kredit perbankan per Juli 2022 mengalami kenaikan mendekati target 11 persen yang diusung Bank Indonesia (BI), yakni sebesar 10,71 persen secara tahunan atau year on year (YoY).

Akan tetapi, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan, secara nominal penyaluran kredit justru terpangkas hingga sekitar Rp 17,5 triliun.

"Seiring dengan positifnya kinerja perekonomian, fungsi intermediasi perbankan pada Juli 2022 tercatat meningkat, dengan kredit tumbuh sebesar 10,71 persen yoy, didorong peningkatan kredit jenis modal kerja dengan kategori debitur korporasi," jelasnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisaris OJK di Jakarta, Senin (5/9/2022).

"Namun demikian, secara nominal kredit perbankan sedikit menurun sebesar Rp 17,54 triliun menjadi Rp 6.159,33 triliun," dia menambahkan.

Lebih lanjut, Dian menyampaikan, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juli 2022 tumbuh sebesar 8,59 persen yoy. Itu tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya 9,13 persen secara tahunan.

"Utamanya didorong perlambatan giro sejalan dengan normalisasi kebijakan moneter Bank Indonesia," imbuh dia.

Selain itu, likuiditas industri perbankan pada Juli 2022 masih berada pada level memadai. Hal tersebut terlihat dari rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 124,45 persen dan 27,92 persen, terjaga di atas ambang batas ketentuan masing-masing pada level 50 persen dan 10 persen.

 


Fungsi Intermediasi Perbankan

Ilustrasi Bank

Sejalan dengan tren nasional, fungsi intermediasi perbankan di daerah pada Juli 2022 dalam kondisi terjaga dengan kecenderungan peningkatan penyaluran dana yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penghimpunan dana. Sehingga LDR posisi Juli 2022 senilai 76,51 persen meningkat dibandingkan Juni 2022 sebesar 73,13 persen.

Sementara itu likuiditas perbankan daerah pada Juli 2022 berada pada level yang memadai. Itu tercermin pada AL/NCD dan AL/DPK yang berada di atas threshold, masing masing 118,21 persen dan 24,17 persen.

Profil risiko perbankan pada Juli 2022 masih terjaga dengan rasio NPL netperbankan tercatat sebesar 0,82 persen (NPL gross 2,90 persen). Sedangkan Posisi Devisa Neto (PDN) Juli 2022 tercatat sebesar 1,77 persen atau berada jauh di bawah threshold sebesar 20 persen. Industri perbankan juga mencatatkan peningkatan CAR menjadi sebesar 24,92 persen.

Di tengah berbagai tekanan yang dihadapi perekonomian global saat ini, Dian menyatakan,pertumbuhan kredit diproyeksikan akan terus meningkat di 2022, seiring pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan masih cukup baik dibandingkan negara-negara lainnya.

"Kinerja perekonomian yang baik tersebut akan diikuti naiknya permintaan kredit khususnya sektor-sektor ekonomi yang dianggap prospektif, seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, serta UMKM. Sementara itu, perlu juga diwaspadai sektor pertambangan dan komoditas yang saat ini tumbuh signifikan namun berpotensi menghadapi tekanan jika harga komoditas terkoreksi," tuturnya.


Bunga Acuan BI Naik, Bank Mandiri Tak Pangkas Target Penyaluran Kredit

Nasabah bertransaksi di anjungan tunai mandiri (ATM) Bank Mandiri di Mal Pondok indah 2, Jakarta, Sabtu (20/7/2019). Sejumlah nasabah Bank Mandiri mengeluhkan perubahan drastis saldo di rekening yang mengalami pengurangan dan ada juga yang mengalami penambahan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen pada rapat yang berlangsung pada pekan ini. Kenaikan ini mendpaat sambutan positif dari PT Bank Mandiri Tbk.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan tersebut tidak akan mempengaruhi target bisnis perusahaan. Bank Mandiri tidak akan menurunkan target penyaluran kredit maupun pengumpuan dana.

"Bank Mandiri tetap optimis target pertumbuhan kredit sebesar 11 persen hingga akhir 2022 dapat terealisasi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian," ujarnya kepada Merdeka.com di Jakarta, Jumat (26/8/2022).

Rudi melanjutkan, sejak awal tahun lalu, Bank Mandiri telah menurunkan suku bunga deposito Rupiah secara agresif berkisar 50 sampai 75 bps dari sebelumnya 3,00 persen pada Maret 2021,menjadi 2,25 persen -2,50 persen pada Juli 2022.

Demikian pula untuk Suku Bunga Dasar Kredit yang secara rata-rata untuk seluruh segmen telah turun 167 bps selama tahun 2021 sampai 2022. "Penurunan terbesar pada suku bunga dasar kredit untuk segmen konsumsi," bebernya.

Adapun, saat ini tingkat likuiditas Bank Mandiri masih berada pada level ample atau likuid. Hal ini tercermin dari posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) bank only Bank Mandiri per Juli 2022 yang terjaga pada level 87,48 persen dengan tren pertumbuhan dana pihak ketiga yang optimal serta didominasi oleh dana murah (CASA).

Tercatat per Juli 2022 total dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri telah mencapai Rp 1.013,08 triliun. Angka ini tumbuh 8,78 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan tersebut antara lain disumbang oleh CASA yang tumbuh 11,82 persen yoy menjadi Rp 768,09 triliun.

"Menurut kami kenaikan bunga acuan tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pertumbuhan kredit," pungkasnya.


Keputusan BI

(foto: Liputan6.com)

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 basis poin menjadi 3 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 basis poin menjadi 4,50 persen.

"Keputusan kenaikan suku bunga ini sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food," jelas Gubernur Bank Indonesia Perry Wajiyo pda 23 Agustus 2022.

Selain itu juga memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.

Bank Indonesia terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan memperkuat pemulihan ekonomi. 

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya