Liputan6.com, Bali - Kebijakan multilateral di bidang perdagangan, keuangan, dan keamanan, serta beberapa isu lain yang diusung lembaga internasional pasca perang dunia kedua, menemukan tantangan baru saat ini.
Berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi setiap negara mendorong tatanan ekonomi dan politik dunia semakin akomodatif. Ini juga mencakup isu-isu jangka panjang, seperti perubahan iklim, perubahan struktur industri, energi terbarukan, dan kasus penyesuaian tenaga kerja (sosial ekonomi).
Advertisement
Selain itu, agenda pemulihan pasca pandemi COVID-19 juga mempengaruhi bagaimana negara dan tatanan multilateral membaik pascakrisis. Berbagai penyesuaian dilakukan oleh negara-negara yang menghadapi dampak signifikan akibat pandemi, misalnya dengan fokus pada kesiapan sektor kesehatan, ketahanan pangan, dan jaminan sosial.
G20, sebagai representasi ekonomi utama dunia, diharapkan dapat menjadi jembatan bagi berbagai kepentingan. Selain itu, G20 diharapkan dapat mempertemukan dan mencapai kerjasama yang lebih besar bagi negara-negara anggota dan di luar G20.
Dalam plenary session pertama di KTT T20 bertajuk "Bridging Diverse Interests for Greater Global Cooperation", para panelis membahas bagaimana G20 dapat menjembatani kepentingan dan tantangan dari aspek geopolitik, sosial ekonomi, dan lingkungan.
Ada pun sejumlah panelis yang terlibat di dalamnya adalah: Chatib Basri, Mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia dan Ketua Bersama TF7, Chief Economist of Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) Fukunari Kimura, Director at the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Policy Support Unit Denis Hew, Emeritus Professor of Economics at the Australian National University (ANU) Peter Drysdale, dan Chief Economist for Asia Pacific at Natixis and Adjunct Professor at HKUST Business School Alicia García-Herrero.
Reformasi Perdagangan Global
Salah satu panelis yang hadir, Peter Drysdale selaku Emeritus Professor of Economics at the Australian National University (ANU) menyatakan bahwa sangat penting untuk melakukan reformasi pada perdagangan global.
"Dalam sistem perdagangan, bersama dengan WTO sangat penting untuk melakukan langkah maju yang signifikan," ujar Drysdale dalam KTT T20 di Nusa Dua, Bali pada Senin (5/9/2022).
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa masalah ini akan semakin rumit ketika bersamaan dengan isu perubahan iklim yang kini menjadi tantangan besar bagi seluruh negara di dunia.
Sementara itu, Director at the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Policy Support Unit, Denis Hew menyebutkan bahwa negara berkembang turut memiliki andil besar dalam menanggung permasalahan pemerintah daerah, termasuk dalam menangani tantangan perubahan iklim.
Advertisement
KTT T20
Seiring dengan berjalannya presidensi G20, T20 hadir sebagai salah satu engagement groups yang menjadi wadah para ahli dan analis untuk berdiskusi dalam merekomendasikan solusi yang akan dimanfaatkan dalam pertemuan puncak atau Leaders Summit mendatang.
T20 Indonesia hadir sebagai salah satu kelompok keterlibatan G20 yang berkumpul pada saat banyaknya konflik dunia dan guncangan yang membingungkan, memperumit lanskap kebijakan evolusioner.
KTT T20 diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada 4-6 September 2022.
Wadah bagi Para Analis
KTT T20 2022 akan mengumpulkan para think tank atau pemikir, pembuat kebijakan, dan pakar terkemuka dunia untuk membahas rekomendasi kebijakan berbasis penelitian terbaru dan hal-hal penting global.
Langkah itu setelah bekerja dengan lebih dari 600 penulis dalam ringkasan kebijakan seputar tiga tema utama tahun ini, yang bertujuan untuk memberikan opsi kebijakan yang dapat diadopsi oleh para pemimpin G20 tentang: arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi.
KTT ini juga akan berfungsi sebagai platform interaktif bagi rekan-rekan untuk memajukan dan berbagi ide dalam membangun dunia yang lebih sejahtera, berkelanjutan, dan inklusif.
Advertisement