Rusia-China Gelar Latihan Militer: 140 Pesawat hingga 60 Kapal Perang Diturunkan

Latihan itu melibatkan lebih dari 50.000 tentara dan lebih dari 5.000 unit senjata, termasuk 140 pesawat dan 60 kapal perang.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Sep 2022, 08:03 WIB
(ilustrasi) Kapal perang di Laut China Selatan (Intelligence Specialist 1st Class John J Torres)

Liputan6.com, Beijing - Kementerian Pertahanan Rusia pada Jumat (2/9) merilis rekaman video yang menunjukkan kapal-kapal Rusia dan China berlayar di Laut Jepang. Kedua negara bergabung dalam latihan perang yang disebut Vostok-22.

Rusia pada Kamis (1/9) memulai latihan perang selama seminggu, melibatkan pasukan dari China dan sejumlah negara lainnya. Latihan tersebut menunjukkan kerja sama pertahanan yang berkembang antara Rusia dan China di saat keduanya kini tengah bersitegang dengan Amerika Serikat.

Dalam latihan tersebut, masing-masing pihak unjuk kebolehan kekuatan militer yang mereka miliki, demikian dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (6/9/2022).

"Tugasnya adalah menghancurkan kelompok infanteri yang maju dan mencegahnya mundur," ujar Aleksander Bogatyrev, komandan unit infanteri bermotor dalam latihan perang tersebut, ketika menjelaskan salah satu bagian dalam latihan tersebut.

Sejumlah manuver dalam latihan itu juga dihadirkan untuk menunjukkan bahwa Rusia memiliki kekuatan militer yang cukup untuk melaksanakan latihan besar-besaran walaupun pasukannya kini sedang terlibat aksi militer di Ukraina.

"Bagian tersulit dari latihan ini adalah mengendalikan kebakaran. Tetapi kami telah berhasil menyelesaikan tugas ini. Pengendalian kebakaran, sempurna. Perintah diberikan secara berantai. Semua orang mendengar semuanya. Kebakaran dilakukan dengan cara yang aman. Tidak ada masalah di sini. Semuanya baik-baik saja. Saya senang dengan unit saya," ujar Bogatyrev.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa Vostok 2022 atau Timur 2022 akan diadakan hingga 7 September di tujuh lapangan tembak jauh di wilayah timur Rusia dan Laut Jepang.

Latihan itu melibatkan lebih dari 50.000 tentara dan lebih dari 5.000 unit senjata, termasuk 140 pesawat dan 60 kapal perang.

Kepala Staf Umum Rusia, Jenderal Valery Gerasimov, secara langsung akan mengawasi latihan yang melibatkan pasukan dari beberapa negara termasuk sejumlah negara bekas Uni Soviet, China, India, Laos, Mongolia, Nikaragua, dan Suriah.

Kementerian Pertahanan mencatat bahwa sebagai bagian dari manuver tersebut, angkatan laut Rusia dan China di Laut Jepang akan "mempraktekkan tindakan bersama untuk melindungi komunikasi laut dan daerah kegiatan ekonomi laut, serta mendukung pasukan darat di daerah pesisir."


Latihan Militer Libatkan 50 Ribu Tentara

Foto dari udara yang diabadikan pada 13 Juli 2020 ini menunjukkan sebuah kapal ekspedisi di Laut China Selatan. Akademi Ilmu Pengetahuan China pada 28 Juli 2020 mengatakan tim peneliti China menemukan 11 spesies paus di Laut China Selatan selama ekspedisi ilmiah laut dalam. (Xinhua/Zhang Liyun)

Vostok-2022 ikut melibatkan negara-negara sahabat sebagai partisipan. Di antaranya ada dari Aljazair, India, Belarusia, Tajikistan, dan mongolia.

Pihak Rusia menyebut ada 50 ribu personel militer yang terlibat, lebih dari 5.000 senjata dan perlengkapan militer, itu sudah termasuk 140 pesawat, 60 kapal perang, perahu, dan kapal pendukung.

Latihan ini digelar tak lama setelah latihan Super Garuda Shield yang digelar Amerika Serikat dan Indonesia, serta ketika ada ketegangan di Selat Taiwan dan invasi Rusia di Ukraina.

Namun, media China menyebut latihan ini tidak ditujukan untuk "pihak ketiga" dan tidak terkait situasi terkini.

Global Times menulis bahwa latihan ini hanya untuk sebagai penangkal "pasukan eksternal, hegeomni, dan kekuatan politik yang berniat tidak baik" serta berkata latihan ini akan berkontribusi pada kedamaian dan stabilitas di kawasan.

Saat ini, Rusia masih terlibat perang di Ukraina yang tak kunjung usai. Ukraina masih terus bertahan, meski saat ini ada kekhawatiran bahwa fasilitas nuklir Zaporizhzhia terancam akibat bombardir Rusia. 

Sementara, China baru saja marah besar ke Amerika Serikat usai kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi. 


Wawancara Eksklusif Konselor AS: China Sengaja Bikin Gaduh Usai Kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan

Ketua DPR AS Nancy Pelosi (kiri) melambai di samping Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di Kantor Kepresidenan di Taipei. (Foto oleh Handout / Kantor Kepresidenan Taiwan / AFP)

Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke China telah membuat kehebohan geopolitik. Berbagai hinaan dilontarkan oleh media pemerintah China dan buzzer pro-China di Twitter. 

"Pelosi adalah orang yang eksentrik dan bigot dalam bertindak, dan dia tidak peduli tentang pemikiran-pemikiran orang lain. Ia juga punya kemauan kuat untuk mengubah kebijakan lama Gedung Putih terkait China, terutama dalam pertanyaan Taiwan," ujar seorang pakar hubungan internasional yang dikutip Global Times secara anonim, Sabtu (30/7).

Segala ancaman China tidak membuat gentar Nancy Pelosi. Politikus senior berusia 82 tahun itu tiba di Taiwan pada 2 Agustus 2022 dengan busana merah muda. Militer China pun langsung bereaksi. 

Namun, pakar perang dingin di Kementerian Luar Negeri AS (Department of State) menyebut bahwa China hanya menggunakan kunjungan Pelosi untuk berbuat gaduh di Selat Taiwan.

Pasalnya, sudah banyak politikus yang berkunjung ke Taiwan, namun baru kali ini China bertindak agresif.

"Mereka memilih memakai kunjungan ini sebagai preteks untuk mengubah status quo," ujar Derek Chollet, Konselor di Kemlu AS. 

"Yang berbeda di kasus ini adalah China ingin menggunakan kunjungan ini untuk alasan mereka sendiri agar mencoba menekan Taiwan dan men-estabilitasi kawasan," lanjutnya.


Super Garuda Shield 2022

Tentara Amerika Serikat dan Indonesia bergerak untuk mengambil posisi saat latihan militer gabungan Super Garuda Shield 2022 di Baturaja, Sumatera Selatan, Indonesia, Jumat (12/8/2022). Latihan militer gabungan ini menandakan ikatan yang lebih kuat di tengah meningkatnya aktivitas maritim oleh China di kawasan Indo-Pasifik. (AP Photo/Dita Alangkara)

China dan Rusia tidak dilibatkan dalam latihan militer gabungan tahunan Super Garuda Shield 2022. Latihan militer gabungan pada Super Garuda Shield ini diikuti 14 negara.

Mereka adalah, Indonesia, AS, Kanada, Perancis, India, Malaysia, Selandia Baru, Korea Selatan, Papua Nugini, Timor-Leste, Inggris, Australia, Singapura, dan Jepang. 

Tokoh politik dari Nahdlatul Ulama, Muhammad AS Hikam mengatakan, Indonesia sebagai negara berdaulat berhak melakukan latihan perang dengan negara manapun, termasuk China dan Rusia. Latihan perang bisa melibatkan satu negara atau lebih.

“Indonesia berhak melakukan latihan perang dengan sesama sahabat, mau Rusia, China, Amerika, dan Inggris. Boleh-boleh saja. Bisa gabungan, bisa sendiri-sendiri. Kemungkinan bisa juga kalau misalnya China ngajak Indonesia dan Rusia atau China dengan Korea Utara. Itu kan bisa saja,” ujar AS Hikam kepada wartawan, Senin (8/8).

Menurut As Hikam, agak sulit terwujud jika, misalnya, China dan Rusia dilibatkan dalam latihan militer gabungan tahunan Super Garuda Shield. Sebab, tiga negara itu memiliki masalah masing-masing.

“Untuk mengatakan tidak mungkin, itu sangat sulit karena negara-negata itu sedang punya masalah masing-masing. Tapi, pada prinsipnya boleh apa tidak, ya boleh-boleh saja, sama-sama negara berdaulat,” katanya.

AS Hikam menilai, Indonesia hanya latihan perang dengan Amerika bukan berarti Indonesia bermusuhan dengan China dan Rusia.

“Terus ada apa kalau latihan dengan Amerika. Kita, Indonesia tidak berarti bermusuhan dengan China dan Rusia. Yang saya yakin Indonesia sudah ngasih tahu bahwa misalnya dengan China dan Rusia, Hai, saya akan latihan perang dengan Amerika. Itu kan tidak masalah. Yang jadi masalah dipakai korupsi dengan Amerika dan China. Atau china mengatakan kamu tidak boleh. Artinya China tidak boleh mencampuri urusannya dengan Indonesia. Kita negara berdaulat,” paparnya.

Terkait perpindahan yang awalnya akan dilaksanakan di Natuna Utara, AS Hikam mengatakan hal tersebut merupakan strategi. Tidak masalah jika ada pihak-pihak yang mempertanyakan soal perpindahan tempat pagelaran latihan militer tersebut. Menurut AS Hikam, China akan menganggap latihan perang dengan Amerika sebagai bentuk provokasi jika hal itu berlangsung di Natuna Utara.

“Jelas Natuna masuk Indonesia, tapi kan bahwa ada perselisihan dengan China. Dengan latihan melibatkan Amerika, China menjadi lebih marah atau salah pahamnya lebih tinggi nanti. Kalau Indonesia enggak ada persoalan, wong itu tanahnya sendiri, lautnya sendiri,” parnya.

Dia lantas berharap Indonesia tetap mempererat hubungan bebas aktif dalam politik luar negeri dan meningkatkan kemampuan militer setelah pegelaran latihan militer gabungan pada Super Garuda Shield selesai.

Latihan militer gabungan pada Super Garuda Shield ini akan menjadi spirit baru dalam menjaga pertahanan dan keamanan Indonesia. “Ketiga, ini merupkan isyarat bahwa Indonesia selalu siap mempertahankan negara,” katanya.

Untuk diketahui, pagelaran Super Garuda Shield tengah berlangsung di beberapa lokasi. Antara lain di Puslatpur Baturaja, Perairan Dabo Singkep, Kepulauan Riau, Daerah Latihan Kodam VI/Mulawarman, Amborawang, Kalimantan Timur, dan Bandara Sultan Mahmud Baharuddin, Palembang, dan Sumatera Selatan. Latihan gabungan militer ini akan berakhir pada 14 Agustus 2022.

Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya