Rupiah Berpotensi Masih Loyo pada Perdagangan Selasa 6 September 2022

Rupiah masih berpotensi melemah pada perdagangan Selasa (6/9/2022).

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 05 Sep 2022, 22:23 WIB
Teller menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Senin (5/9/2022) Rupiah ditutup melemah 11 poin walaupun sempat melemah 15 poin di level Rp 14.906. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.895.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi melemah pada perdagangan Selasa, 6 September 2022. "Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.880 hingga Rp 14.930,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin, 5 September 2022.

Secara internal hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar. Walaupun kebijakan ini kurang popular dimata masyarakat.

Kenaikan harga BBM disebabkan kondisi carut marut ekonomi global akibat invasi Rusia terhadap Ukraina yang terus berkecamuk yang berdampak terhadap kekurangan minyak dan gas alam akibat embargo yang dilakukan oleh Rusia terhadap Uni Eropa yang berdampak patal terhadap ketahanan ekonominya.

Ibrahim menjelaskan, pilihan terakhir Pemerintah dalam menaikan harga BBM yaitu mengalihkan subsidi BBM Sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini di subsidi akan mengalami penyesuaian. 

Walaupun harga minyak dunia terus melemah di USD 86,77 perbarel bahkan diperkirakan akhir tahun ini dibawah UD 80 per barel.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Harga Pertalite diputuskan naik dari Rp 7.650 jadi 10.000 per liter, naik sekitar 30 persen.

Katalis kenaikan harga BBM Bersubsidi akan menjadi salah satu penggerak utama di pasar finansial Indonesia.  

“Dari naiknya harga BBM Bersubsidi akan berdampak terhadap kenaikan inflasi, yang membuat mata uang garuda kembali menjadi korban walaupun respon awal sempat menguat sesaat,” jelas Ibrahim.

 

 


Indeks Dolar AS

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Walaupun kebijakan tersebut dapat meningkatkan inflasi, menaikkan suku bunga, dan merugikan konsumsi rumah tangga dalam jangka pendek, keputusan tersebut akan menghilangkan kebijakan menggantung yang membuat orang asing enggan membeli aset dalam rupiah.

Indeks Dolar AS Menguat

Dolar AS naik ke level tertinggi baru dua dekade pada Senin,  setelah Rusia menghentikan pasokan gas ke Eropa, meningkatkan kekhawatiran kekurangan energi saat musim dingin mendekat dan ekspektasi Federal Reserve akan melanjutkan pengetatan moneter yang agresif.

Pasar berjangka telah memperkirakan peluang lebih dari 50 persen The Fed akan menaikkan 75 basis poin pada pertemuan kebijakan September.

Raksasa energi Rusia Gazprom mengumumkan rencananya untuk menutup pipa Nord Stream ke Jerman segera setelah penutupan perdagangan gas alam di Eropa pada Jumat, dan beberapa jam setelah menteri keuangan G7 telah menyepakati perlunya mengenakan batasan harga pada Rusia. ekspor minyak. 

Di sisi lain, Bank Sentral Eropa akan bertemu akhir pekan ini, dan secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga mengingat inflasi dengan cepat mendekati dua digit di Zona Euro dan para pembuat kebijakan menjadi khawatir tentang harga tinggi yang tertanam kuat.


Rupiah Dibuka Naik Tipis ke 14.890 per Dolar AS

Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini dibuka menguat usai pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah pada Sabtu kemarin. Namun penguatan nilai tukar rupiah ini diperkirakan tidak berlangsung lama.

Pada Senin (5/9/2022), Rupiah pagi ini menguat 6 poin atau 0,04 persen ke posisi 14.890 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.896 per dolar AS.

"Sabtu kemarin diumumkan kenaikan BBM subsidi oleh Presiden. Ini bisa menjadi pemberat rupiah pekan ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Pemerintah menyesuaikan harga BBM subsidi jenis Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter mulai Sabtu 3 September 2022. Pemerintah juga menyesuaikan harga BBM subsidi untuk Solar dari Rp 5.150 rupiah per liter menjadi Rp 6.800 per liter.

Kemudian, untuk BBM nonsubsidi, pemerintah menyesuaikan harga Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

"Ekspektasi kenaikan inflasi yang bisa menekan pertumbuhan dalam negeri karena kenaikan BBM subsidi ini, bakal memberi tekanan ke rupiah," kata Ariston.

Ariston menyampaikan, penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga barang akan menekan laju pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, lanjut Ariston, sentimen The Fed juga masih besar di pasar keuangan yang membuat dolar AS menguat terhadap nilai tukar lainnya.

"Pasar masih berekspektasi bank sentral AS akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 14.900 per dolar AS hingga 14.980 per dolar AS.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya