IOH dan CGV Gelar Kompetisi Film Pendek, Soroti Fenomena Flexing pada Anak Muda

Kegiatan ini diinisiasi IOH dan CGV, menanggapi fenomena flexing, saat banyak Gen-Z makin kerap memamerkan kekayaan dan menyombongkan diri di media sosial, sehingga memberi dampak negatif

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Sep 2022, 13:00 WIB
Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) bersama CGV meresmikan program literasi digital Save Our Socmed (S.O.S) melalui kompetisi film pendek (Dok. IOH)

Liputan6.com, Jakarta - Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) menggandeng jaringan bioskop CGV untuk menggelar kompetisi film pendek dengan tujuan mengajak anak muda mewaspadai kebiasaan flexing.

Kompetisi film pendek dalam Program literasi digital bertajuk Save Our Socmed (S.O.S.) ini, ditujukan untuk para pelajar, mahasiswa, dan umum, dengan total hadiah Rp 100 juta.

S.O.S. juga menghadirkan pelatihan pembuatan film gratis di bioskop-bioskop CGV di 10 kota di Indonesia bagi para pendaftar.

Mengangkat tema "Waspada Flex Culture, Stay Humble!" kegiatan ini diinisiasi menanggapi fenomena flexing, saat banyak Gen-Z makin kerap memamerkan kekayaan dan menyombongkan diri di media sosial, sehingga memberi dampak negatif.

Menurut IOH, flexing menyebabkan rasa fear of missing out (FOMO), kurang percaya diri, merusak mental pribadi, dan mempengaruhi produktivitas.

Muhammad Buldansyah, Director & Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison mengatakan, lewat program ini, mereka ingin memberikan keterampilan digital.

Lewat acara ini pula, mereka ingin anak muda memanfaatkan media sosial sebagai sarana meningkatkan kreativitas, dengan membuat konten positif.

"Sehingga, anak muda yang jadi pengguna terbesar internet, bisa memamerkan kreativitas mereka alih-alih terbawa flex culture," imbuh Buldansyah dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (6/9/2022).


Bahaya Flex Culture

Ilustrasi mengejar kekayaan. (Gambar oleh Prawny dari Pixabay)

Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). daritotal 210 juta pengguna internet Indonesia periode 2021–2022, sebanyak 99,16 persen pengguna ada di kelompok usia 13-18 tahun.

Di tengah besarnya pengguna berusia muda, data Digital Civility Index (DCI) Microsoft menunjukkan, ada peningkatan konten dan perilaku negatif di media sosial.

Berdasarkan survei DCI, 30 persen responden menyebut kesopanan di sosial media memburuk selama pandemi, tolong-menolong berkurang 11 persen, sikap tidak saling mendukung berkurang 8 persen, rasa kebersamaan juga menurun 11 persen.

Dampaknya, flex culture menjadi kontributor yang menyebabkan lebih dari 19 juta anak-anak Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami depresi, menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018.

Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis, Kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Fadjar Hutomo berharap pelatihan dan kompetisi ini bisa jadi media pembelajaran pada anak muda, untuk pamer kreativitas.

"Sehingga, media sosial bisa menjadi wadah untuk membuat konten positif," kata Fadjar.

 


Pelatihan dan Edukasi

CGV Cinemas Jakarta. (Foto: Dok. CGV Cinemas)

Setelah mendaftar dalam kompetisi film, peserta S.O.S. akan menerima pelatihan pembuatan film pendek dan edukasi mengenai dampak negatif flex culture.

Hasil karya mereka berikutnya dilombakan dan seluruh peserta akan diajak untuk bersama-sama menyaksikan karya-karya yang terpilih.

Dukungan juga datang dari Haryani Suwirman, Direktur CGV, di mana menurutnya, acara ini bisa mengeksplorasi kreativitas anak muda.

"Kami berharap lewat ajang ini bisa mengangkat bakat-bakat terpendam untuk memajukan dunia perfilman Indonesia. Kami percaya anak muda Indonesia punya banyak ide-ide luar biasa," kata Suwirman.

Produser Maxima Pictures, Ody Mulya Hidayat juga berharap, lewat program ini, diharapkan potensi anak muda Indonesia dapat digali. "Saya yakin mereka bisa menjadi penggerak industri perfilman di Indonesia ke depan," imbuhnya.

 


Sejalan dengan Misi Perusahaan

Logo Indosat Ooredoo Hutchison (Ist.)

Lewat S.O.S, Indosat Ooredoo Hutchison pun berharap bisa menginspirasi anak muda Indonesia agar menggunakan internet untuk hal-hal produktif, kreatif, dan positif.

Mereka mengatakan, ini sejalan dengan misi perusahaan untuk menghadirkan pengalaman digital kelas dunia, menghubungkan, dan memberdayakan masyarakat Indonesia.

Literasi Digital S.O.S. tahun ini sendiri digelar melanjutkan S.O.S. pada tahun 2021 yang lalu.

Lewat kegiatan Corporate Social Responsibility pilar pendidikan digital, IOH menggelar kompetisi dan webinar terkait cyber bullying, hoaks, dan kekerasan berbasis gender online. Hasil seluruh karya dari peserta kompetisi tersebut disaksikan oleh 2,3 juta penonton.

Pendaftaran dan info lengkap mengenai S.O.S 2022, dapat dilihat di linktr.ee/saveoursocmed

(Dio/Ysl)

Infografis film dengan tema kehancuran bumi di masa depan (Triyasni/Liputan6.com)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya