COVID-19 Belum Berakhir, WHO: Pandemi Ajarkan Kesehatan Itu Berharga

Pandemi COVID-19 mengajarkan betapa berharganya kesehatan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 06 Sep 2022, 16:00 WIB
Para komuter yang mengenakan masker menunggu di persimpangan kawasan pusat bisnis di Beijing, China, Selasa (31/5/2022). Otoritas Shanghai mengatakan mereka akan mengambil beberapa langkah besar pada Rabu untuk membuka kembali kota terbesar di China setelah dua bulan penguncian COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)
Para komuter yang mengenakan masker menunggu di persimpangan kawasan pusat bisnis di Beijing, China, Selasa (31/5/2022). Otoritas Shanghai mengatakan mereka akan mengambil beberapa langkah besar pada Rabu untuk membuka kembali kota terbesar di China setelah dua bulan penguncian COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Bhutan - Pandemi COVID-19 yang belum berakhir, menurut WHO Director - General Tedros Adhanom Ghebreyesus, memberikan pembelajaran betapa berharganya kesehatan. Kesehatan adalah hal yang paling berharga di dunia.

Apalagi melihat situasi COVID-19 global pada awal situasi kedaruratan, angka konfirmasi kasus dan kematian tinggi. Walaupun pada perkembangan data terkini, jumlah kasus mingguan COVID-19 global menurun 16 persen rentang 22 - 28 Agustus 2022 dibandingkan dengan pekan sebelumnya, lebih dari 4,5 juta kasus baru dilaporkan.

Berdasarkan data WHO, Weekly epidemiological update on COVID-19 - 31 August 2022, jumlah kematian mingguan baru secara global juga menurun dibandingkan dengan pekan sebelumnya, yang mana lebih dari 13.500 kematian dilaporkan.

Pada 28 Agustus 2022, lebih dari 598 juta kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 6,4 juta kematian telah dilaporkan secara global.

“Pandemi belum berakhir. Virus masih beredar dan masih bermutasi. Pandemi telah mengajari kita bahwa kesehatan adalah hal yang paling berharga di muka bumi. Kesehatan harus dihargai, diapresiasi, dan diperjuangkan setiap hari," ucap Tedros saat membuka acara '75th Session of the WHO Regional Committee for South-East Asia' di Paro, Bhutan pada Senin, 5 September 2022.

"Bukan sebagai kemewahan bagi yang memiliki hak istimewa, tetapi sebagai hak asasi manusia yang fundamental."

Helat acara '75th Session of the WHO Regional Committee for South-East Asia' yang dihadiri para pemimpin kesehatan WHO Regional Asia Tenggara, tema utama adalah upaya berkelanjutan dan pemulihan berkelanjutan dari pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung.

Prime Minister of Royal Government of Bhutan, Lotay Tshering berkata, “Ada cukup banyak pelajaran untuk kita ketahui bahwa kita tidak dapat melakukannya tanpa berinvestasi lebih banyak dalam kesehatan. Sistem kesehatan harus lebih tangguh, dapat diakses, dan harus ada tindakan kolektif."

"Kesehatan masyarakat kita adalah unsur penting. Itulah sebabnya pertemuan  Regional Committee ini ditujukan untuk meningkatkan layanan kesehatan."


Solidaritas Merespons COVID-19

Orang-orang yang memakai masker mengantre untuk tes virus corona di sebuah lingkungan di distrik Dongcheng, Beijing, Selasa (26/4/2022). Beijing pada 26 April telah memulai pengujian massal untuk hampir semua 21 juta penduduknya setelah lonjakan kasus COVID-19 di tengah kekhawatiran bahwa Ibu kota China dapat ditempatkan di bawah lockdown ketat seperti yang dilakukan di Shanghai.  (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Minister of Health, Royal Government of Bhutan, Ms Dechen Wangmo mengatakan, pandemi telah memperjelas bahwa kesehatan merupakan pusat pembangunan.

Regional Committee memberikan kesempatan untuk memikirkan kembali, mendesain ulang dan mengatur strategi serta intervensi untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang adil dan sistem.

Pada kesempatan yang sama, Regional Director, WHO South-East Asia, Poonam Khetrapal Singh menekankan, bagaimana seluruh negara di Asia Tenggara sebagai suatu wilayah kesatuan memilih untuk pulih dari krisis COVID-19.

"Ini akan menentukan bagaimana kita melindungi banyak pencapaian kesehatan masyarakat kita, dari mempertahankan status bebas polio, untuk terus mengeliminasi Neglected Tropical Diseases (NTD) atau penyakit menular dan penyakit lain di ambang eliminasi, baik filariasis limfatik, trachoma atau malaria," jelasnya melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

"Begitu banyak yang dipertaruhkan dan begitu banyak tergantung pada keputusan yang kita buat sekarang, dan di minggu-minggu dan bulan-bulan mendatang."

Poonam Khetrapal Singh turut memuji negara-negara Anggota atas ketahanan dan solidaritas selama kedaruratan COVID-19. “Yang harus terus kita lakukan, bagaimana kita sebagai satu wilayah mempersiapkan, mencegah, merespons, dan pulih dari kedaruratan kesehatan masyarakat," sambungnya.


Percepatan Penanganan Penyakit Tidak Menular

Seorang warga menjalani tes asam nukleat untuk virus corona Covid-19 di Anyang provinsi Henan pada 12 Januari 2022. China sedang berjuang melawan covid di beberapa kota, beberapa minggu sebelum Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022 (STR/AFP)

Selain memperkuat kesiapsiagaan dan respons terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat, '75th Session of the WHO Regional Committee for South-East Asia' akan membahas dan meninjau masalah kesehatan prioritas lainnya.

Selama sesi lima hari, pembahasan tingkat menteri ini juga membahas tentang penanganan kesehatan mental melalui pendidikan dasar kepedulian dan pelibatan masyarakat di daerah. Agenda pemantauan dan rencana percepatan penanganan penyakit tidak menular, termasuk kesehatan mulut dan perawatan mata terpadu juga menjadi fokus pembahasan.

Ada pula pembahasan percepatan eliminasi kanker serviks dan meninjau perkembangan menuju eliminasi tuberkulosis (TB) yang ditargetkan akhir 2025.

Pertimbangan tingkat menteri akan mencakup pencapaian Cakupan Kesehatan Universal (Universal Health Coverage), Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), dan jaminan kesehatan melalui pelayanan kesehatan primer yang lebih kuat dan komprehensif.

Kemudian memperkuat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan meningkatkan kapasitas serta  kepemilikan nasional di bidang kesehatan sistem informasi dan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk meningkatkan efisiensi dan memperkuatpelayanan kesehatan primer komprehensif yang terpusat.


Penanganan Penyakit dengan Inovasi Teknologi

Dua orang membantu wanita yang terkena gas air mata saat demonstrasi menentang tindakan COVID-19 di Brussels, Belgia, Minggu (23/1/2022). Pengunjuk rasa juga mengkritik kebijakan wajib vaksin untuk beraktivitas di tempat umum maupun mengikuti kegiatan tertentu. (AP Photo/Geert Vanden Wijngaert)

Regional Committe juga akan meninjau upaya baru seputar penanganan penyakit di sejumlah prioritas unggulan, yaitu:

  1. eliminasi ampak dan rubella pada tahun 2023
  2. mengatasi penyakit tidak menular melalui kebijakan dan rencana multisektoral
  3. mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi baru lahir dan balita
  4. memajukan cakupan kesehatan universal
  5. menekan resistensi antimikroba
  6. meningkatkan kapasitas manajemen risiko darurat
  7. eliminasi penyakit menular dan TB

Ditegaskan kembali oleh WHO Director - General Tedros Adhanom Ghebreyesus, upaya memberdayakan kesehatan dengan memanfaatkan sains, penelitian, inovasi, data, dan teknologi digital. Kemajuan  sains dan penelitian terus-menerus mendorong kembali batas-batas yang tidak diketahui dan yang tidak mungkin.

"Ini meningkatkan pemahaman kita dan membuka kemungkinan-kemungkinan baru. Inovasi dalam produk kesehatan memberi kita harapan untuk mengatasi tantangan yang dulunya tampak tidak dapat diatasi," terangnya.

"Dan teknologi digital menawarkan potensi besar untuk memberikan layanan kesehatan dengan cara baru, kepada lebih banyak orang, terutama di daerah yang sulit dijangkau."

Infografis 5 Tips Cegah Kelelahan Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya