Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Uni Eropa mendukung rencana Indonesia dalam transisi energi terbarukan untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim akibat pemanasan global.
Negara tersebut terbuka dalam kerja sama pendanaan maupun pengembangan teknologi untuk mengakselerasi proyek transisi energi Indonesia.
Advertisement
Kadri Simson mengatakan negara-negara Uni Eropa saat ini sedang menghadapi rintangan besar, yakni tingginya harga bahan bakar minyak, konflik di Ukraina, serta masalah perubahan iklim. Namun, masalah utama yang saat ini menjadi perhatian Uni Eropa adalah masalah perubahan iklim akibat pemanasan global.
"Seperti yang kalian ketahui, saat ini kami tengah menghadapi masalah utama, yakni tingginya harga bahan bakar minyak, konflik antara Rusia dan Ukraina, serta masalah perubahan iklim akibat pemanasan global," kata Menteri Energi Uni Eropa Kadri Simson saat konferensi pers dengan media, Selasa (6/9/2022).
Kadri Simson mengatakan, selain Afrika Selatan, negara di Asia yang dinilai memiliki potensi besar untuk ikut mengurangi dampak pemanasan global adalah negara Vietnam, India, dan juga Indonesia.
Uni Eropa pun membidik Kalimantan Timur sebagai pilot project kerja sama dalam transisi energi dari energi fosil menuju ke energi terbarukan. Terkait transisi ini, Uni Eropa bersedia memberikan bantuan berupa penyiapan sumber daya manusia, teknologi, hingga bantuan keuangan dalam bentuk investasi.
Mengetahui trasportasi di Ibu Kota baru yang menjaga keberlangsungan lingkungan termasuk berbasis listrik untuk mempercepat transisi energi, Uni Eropa telah mengembangkan berbagai kebijakan untuk mendukung peluncuran proyek energi terbarukan yang lebih cepat sambil memensiunkan bahan bakar fosil secara bertahap.
Rencana Transisi Energi
Uni Eropa menjelaskan paket kebijakan 'Fit for 55', khususnya, dilengkapi dengan serangkaian tindakan spesifik di masing-masing sektor untuk memastikan kemajuan dalam transisi energi di semua sektor ekonomi, termasuk industri, serta transportasi. Implementasi paket tersebut akan mengurangi emisi gas rumah kaca Uni Eropa sebesar 55 persen pada tahun 2030.
Rencana ‘REPowerEU’ akan semakin mempercepat transisi energi bersih dengan prosedur perizinan yang lebih cepat dan penyebaran tenaga surya, biometana, hidrogen terbarukan, dan heatpumps yang lebih besar.
Memastikan keadilan sosial dari transisi energi, merupakan prioritas utama bagi Uni Eropa baik dalam maupun luar negeri. Uni Eropa dan negara-negara anggotanya mengambil bagian dalam Kelompok Kemitraan Internasional untuk membentuk Kemitraan Transisi Energi yang adil dengan Indonesia, yang akan memberikan bantuan keuangan dan teknis untuk mentransisikan sektor energi Indonesia secara adil dan inklusif, tanpa meninggalkan siapa pun.
Advertisement
Uni Eropa Siap Dukung Indonesia
Menteri Kadri Simson menekankan kesiapan Uni Eropa untuk bekerja sama dengan mitra internasional, seperti Indonesia, dalam transisi hijau dan adil, karena Uni Eropa memiliki banyak pengalaman dalam menghijaukan sistem energi dan mengurangi penggunaan bahan bakar.
"Uni Eropa memiliki banyak pengalaman dalam menghijaukan sistem energi kami dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Saya di sini hari ini untuk belajar bagaimana pengalaman ini dapat bermanfaat bagi Indonesia dan Kalimantan. Energi terbarukan, infrastruktur hijau, dan efisiensi energi adalah area untuk investasi yang produktif dan berkelanjutan dan ini sangat tepat waktu dengan rencana relokasi Indonesia untuk ibu kota baru di Kalimantan," jelasnya.
Menteri Energi Uni Eropa Kadri Simson, Kadri Simson menjelaskan target Indonesia dalam menurunkan emisi karbon pada 2060 sangat ambisius. Namun, Kadri menilai langkah tersebut patut diapresiasi. Ia pun mengatakan, Eropa siap membantu Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan target tersebut.
Kadri menjelaskan, Eropa punya pengalaman dalam pengembangan teknologi energi baru terbarukan. Pengembangan teknologi perlu dilakukan, sehingga Eropa kata dia sangat terbuka dalam kolaborasi ke depan.
"Kami siap membantu Indonesia, baik secara pengembangan teknologi maupun secara financial support," ujar Kadri.
Peran Penting G20 untuk Pastikan Transisi dan Keberlanjutan Energi Jangka Panjang
Dunia telah mengandalkan energi konvensional selama ribuan tahun, sementara pasokannya sangat terbatas. Dengan pertimbangan ini, transisi energi sangat dibutuhkan, karena sangat penting untuk memastikan keberlanjutan energi jangka panjang; agar bumi tetap hidup dan berjalan.
Dengan sedikitnya sumber energi konvensional yang dimiliki, waktu terbaik untuk memulai upaya dalam transisi energi adalah tepat pada saat ini juga. Namun, transisi energi tidak dapat dilakukan satu negara saja, perlu ada kerjasama global untuk memastikan prosesnya berjalan lancar.
Selain kerjasama global, dana yang besar juga diperlukan untuk kelancaran transisi, serta dukungan pemerintah dan kelembagaan. Di sinilah G20 memainkan peran penting untuk memastikan kemudahan transisi hijau dan energi.
Dalam plenary session KTT T20 di Bali, Senin (5/9/2022), bertajuk: "Smoothing Green and Just Energy Transition", para ahli diharapkan dapat memberikan berbagai wawasan tentang upaya yang dapat dilakukan publik atau swasta untuk memastikan transisi hijau dan energi dapat berjalan dengan lancar dan bagaimana G20 dapat berkontribusi dalam proses tersebut.
Para panelis dalam sesi ini, antara lain Director of the German Development Institute (DIE) Anna-Katharina Hornidge, Director of the Centre for Climate Economics and Policy at Australian National University (ANU) Frank Jotzo, Vice-President Asia Regional Office, The Rockefeller Foundation Deepali Khanna, Deputy Director/Global Sector Lead for Renewable Energy, Global Green Growth Institute (GGGI) Nishant Bhardwaj.
Advertisement