Waspada, Cuaca Tak Menentu Jadi Penyebab Penyakit Sapi Ngorok

Sejak pertengahan Agustus, masyarakat 3 desa di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, diteror penyakit sapi ngorok yang menyebabkan banyak kerbau mati.

oleh M Syukur diperbarui 07 Sep 2022, 13:00 WIB
Ilustrasi peternakan sapi. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Sejak pertengahan Agustus, masyarakat 3 desa di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, diteror penyakit sapi ngorok. Penyakit Septicaemia epizootica membuat puluhan kerbau di sana mati.

Dinas Peternakan Riau sudah mengirimkan bantuan medis ke dinas setempat untuk mengobati kerbau yang terinfeksi. Antibiotik dan vitamin disebut ampuh mengobati jika ditangani dengan cepat.

"Namanya penyakit sapi ngorok, tapi yang kena di daerah itu kerbau," kata Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi Riau, dr Faralinda Sari, Selasa siang, 6 September 2022.

Faralinda menjelaskan, banyaknya kerbau mati karena posisi ternak itu tidak di kandang. Kerbau itu lepas di padang rumput ataupun air.

"Karena itu kerbau liar tapi ada pemiliknya, susah ditangkap, kadang mati di air," ujar Faralinda.

Dia menjelaskan, penyakit sapi ngorok yang menimpa kerbau di kecamatan itu merupakan endemik. Penyakit itu sudah pernah ada di kecamatan tersebut dan muncul lagi.

Salah satu penyebabnya adalah cuaca tak menentu. Apalagi dalam beberapa belakangan sering hujan dan panas secara bergantian sehingga imunitas kerbau menurun.

"Biasanya sampai 14 hari tak diobati mati karena imunitas ternak menurun," ujar Faralinda.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Serang Tenggorokan

Penyakit ini menyerang bagian tenggorokan kerbau. Ada bakteri pasteurella multocida menyumbat saluran pernapasan sehingga membuat napas kerbau berbunyi.

"Bunyinya seperti ngorok," ucap Faralinda.

Selain mengirim obat-obatan, petugas dari provinsi juga akan turun ke lokasi. Para peternak dan petugas akan menangani kerbau terinfeksi agar kematian tidak bertambah.

"Sampai saat ini puluhan, bukan ratusan seperti pemberitaan sebelumnya," kata Faralinda.

Meski begitu, Faralinda mengakui populasi kerbau di kecamatan itu turun drastis. Warga khawatir kerbau sehat terinfeksi sehingga menjualnya.

"Ada provokasi agar warga menjual kerbau," ujar Faralinda.

Untuk saat ini, penyakit sapi ngorok baru terdeteksi di kecamatan tersebut. Kabupaten ataupun kecamatan lainnya di Riau belum ada melaporkan kasus tersebut.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya