Peneliti Curiga Sleep Apnea Bisa Jadi Tanda Kanker, Ini Hasil Studinya

Beberapa ahli melakukan riset mengenai perilaku 'ngorok' yang biasa dilakukan oleh orang ketika sedang tidur. Riset tersebut mengaitkan "apakah ada kemungkinan orang yang suka 'ngorok' dapat terkena kanker?"

oleh Qorry Layla Aprianti diperbarui 10 Sep 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi seseorang ketika memiliki kebiasaan 'ngorok' saat tidur (tommaso79/Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta Peneliti sekaligus konsultan senior di Universitas Uppsala, Swedia, Andrea Palm menemukan pasien dengan Obstructive Sleep Apnea (OSA) memiliki peningkatan risiko kanker.

Obstructive Sleep Apnea (OSA) merupakan gangguan tidur yang mempengaruhi jutaan orang Amerika setiap tahunnya.

Apnea ini ditandai dengan munculnya dengkuran keras, napas terengah-engah, dan rasa kantuk yang timbul pada siang hari.

Sebuah studi baru yang dikutip dari laman New York Post ini mengungkapkan, terdapat beberapa kota di Amerika Serikat yang memiliki predikat pendengkur terburuk. Contohnya Washington DC, New York, dan Connecticut.

“Namun belum jelas apakah ini murni karena OSA itu sendiri atau karena faktor risiko terkait kanker, seperti obesitas, penyakit kardio-metabolik, atau faktor gaya hidup,” jelasnya dalam siaran pers.

"Temuan kami menunjukkan bahwa kekurangan oksigen karena OSA secara independen terkait dengan kanker."

Ilustrasi Kebiasaan Ngorok. Source: Freepik

Penelitian menurut ahli

Peneliti membagi pasien ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama, terdiri dari 2.093 pasien yang memiliki gangguan dan diagnosis kanker sebelum dinyatakan mengidap OSA. Kelompok lainnya dinyatakan memiliki diagnosis lain tanpa kanker.

Studi ini mengukur jumlah gangguan pernapasan yang dialami pasien saat tidur dan menilai mereka melalui indeks apnea hypopnea (AHI).

Mereka juga melihat berapa kali kadar oksigen dalam darah turun 3% selama setidaknya 10 detik setiap jam – berdasarkan indeks desaturasi oksigen (ODI).

Dalam studi ini para peneliti juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran tubuh, masalah kesehatan lainnya dan status sosial ekonomi - pasien dengan kanker umumnya memiliki lebih banyak gangguan selama tidur mereka dan OSA yang lebih parah.

 Palm mengatakan, “ Para pasien diukur dengan rata-rata indeks apnea hypopnea 32:30, dan indeks desaturasi oksigen 28:26,” kata Palm.

“Dalam analisis sub kelompok lebih lanjut, indeks desaturasi oksigen ditemukan lebih tinggi pada pasien yang mengidap kanker paru-paru (38:27), kanker prostat (28:24) dan melanoma ganas (32:25).”

Para peneliti mengatakan bahwa hasil penelitian ini tidak menunjukkan OSA menyebabkan kanker. Ada faktor gaya hidup seperti aktivitas fisik dan preferensi makanan yang tidak diperhitungkan secara menyeluruh dalam penelitian ini.


Penyebab Apnea Tidur Obstruktif (OSA)

Orang yang mengidap Apnea Tidur Obstruktif pada awalnya disebabkan oleh penyumbatan saluran udara ketika mereka sedang tidur.

Hal ini berakibat pada penghentian napas sepanjang malam.Ini juga yang membuat peneliti berpikir bahwa hal tersebut bisa berindikasi pada gejala awal penyakit kanker.

Orang yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas, menderita diabetes, merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebih adalah yang paling berisiko, menurut penelitian yang dipresentasikan pada konferensi medis di Barcelona.

Para ahli Swedia mengatakan mendengkur mungkin ada hubungannya dengan kekurangan oksigen yang didapat para pendengkur di malam hari.

Menurut American Medical Association, di Amerika Serikat, terdapat sekitar 30 juta orang yang diagnosis menderita sleep apnea, tetapi hanya 6 juta yang didiagnosis dengan kondisi tersebut.

Data dari 62.811 pasien – lima tahun sebelum mereka memulai pengobatan untuk gangguan tersebut – di Swedia diamati.

Ditemukan bahwa orang yang menderita kasus gangguan yang parah berisiko lebih besar mengalami pembekuan darah di pembuluh darah mereka - kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.

Infografis TIdur Cukup Untuk Cegah Risiko Penularan Covid-19. Source: Liputan6

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya