Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan dirinya tidak akan mempermasalahkan apabila Indonesia kalah dalam gugatan yang diajukan oleh Uni Eropa kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait penghentian ekspor produk bijih nikel mentah.
"Enggak perlu takut kita ini setop ekspor nikel, kemudian dibawa ke WTO, enggak apa-apa. Dan kelihatannya juga kalah kita di WTO, enggak apa-apa," kata Presiden Jokowi dikutip dari Antara, Rabu (7/9/2022).
Advertisement
Menurut Presiden, penghentian ekspor nikel menjadi semangat untuk memperbaiki tata kelola tambang di Tanah Air dibarengi upaya menghidupkan hilirisasi industri demi mendorong nilai tambah di dalam negeri.
"Barangnya sudah jadi dulu, industrinya sudah jadi. Enggak apa-apa. Kenapa kita harus takut dibawa ke WTO kalah. Kalah enggak apa-apa. Syukur bisa menang, tapi kalah pun enggak apa-apa. Industrinya sudah jadi dulu, ini memperbaiki tata kelola kok. Dan nilai tambah itu ada di dalam negeri," kata Presiden Jokowi.
Di hadapan para ekonom, Presiden Jokowi mencontohkan nilai tambah yang dihasilkan dari hilirisasi industri tembaga lewat akuisisi PT Freeport Indonesia sejak 2018.
Akuisisi ditempuh setelah Freeport tak kunjung menyepakati permintaan pemerintah membangun fasilitas smelter (pemurnian) yang menurut Presiden Jokowi akan selesai dibangun di Gresik pada 2024 mendatang.
"Berapa sih kita dapat dari sana? 62 persen hanya untuk Freeport dari dividen, royalti, pajak, semuanya. Tapi kalau ditambah mitra-mitranya bisa di angka 70 persen kita dapat dari pendapatan yang dimiliki Freeport," kata Presiden Jokowi.
"Kalau semua usaha-usaha tambang bisa memberikan kontribusi sebesar itu, ya APBN kita makin sehat," ujar Presiden.
Proses Gugatan
Proses gugatan Uni Eropa terhadap Indonesia terkait larangan ekspor produk bijih nikel masuk dalam nomor gugatan DS592 di WTO.
Terakhir kali perwakilan pemerintah Indonesia menghadiri sidang secara virtual di depan panel WTO yang dipimpin Leora Bloomberg di Jenewa, Swiss, pada 18 November 2021.
Kala itu delegasi Indonesia menyampaikan alasan kebijakan larangan ekspor produk bijih nikel mentah dapat dibenarkan berdasarkan ketentuan WTO serta sejalan dengan alasan dibentuknya organisasi itu pada 1995.
Sementara Uni Eropa berpendapat bahwa Indonesia telah melanggar komitmen anggota WTO untuk memberikan akses seluasnya bagi perdagangan internasional, termasuk diantaranya produk nikel mentah yang secara nyata melanggar Pasal XI:1 dari Kesepakatan Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT) 1994.
Advertisement
Hilirisasi Nikel Bikin Ekspor Besi Baja Meroket 18 Kali Lipat
Indonesia baru saja merayakan Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia. Di usianya yang cukup matang itu, ekonomi Indonesia bisa dikatakan relatif stabil dan pulih lebih cepat dari dampak pandemi di tengah guncangan perekonomian global.
Salah satu indikator dari kondisi itu adalah kian tampaknya peran vital sektor industri bagi perekonomian Indonesia. Sektor manufaktur sudah berada on the right track, yang ditunjukkan dengan dominasi produk-produk hilir pada struktur ekspor Indonesia.
Keberhasilan Indonesia dengan program hilirisasi dan manufaktur itu juga diungkapkan Presiden Joko Widodo ketika menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan MPR RI di Kompleks Parlemen, Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (16/8/2022), lalu.
Presiden Jokowi menyatakan, kebanggaannya bahwa hilirisasi dan manufaktur di dalam negeri terus tumbuh pesat. Menurut Presiden Jokowi, pertumbuhan itu juga diikuti dengan investasi yang juga meningkat tajam.
“Bahkan dari total investasi, sebanyak 52 persen di antaranya, berada di luar Jawa. Artinya, ekonomi kita bukan hanya tumbuh pesat, tetapi juga tumbuh merata, menuju pembangunan yang Indonesia Sentris," ujar Presiden.
Kepala Negara menambahkan, dengan kekuatan dan peluang besar tersebut, seluruh elemen masyarakat Indonesia mempunyai kesempatan besar untuk membangun Indonesia yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Kesempatan besar dimaksud berupa hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam.
Hilirisasi nikel, misalnya, telah meningkatkan ekspor besi baja sebanyak 18 kali lipat. Pada 2014, hanya sekitar Rp16 triliun. Pada 2021 meningkat menjadi Rp306 triliun.
“Di akhir 2022 ini, kita harapkan bisa mencapai Rp440 triliun. Itu hanya dari nikel,” ujar Presiden Jokowi.
Selain penerimaan pajak, devisa negara juga naik, sehingga kurs rupiah lebih stabil. Sekarang ini, Indonesia telah menjadi produsen kunci dalam rantai pasok baterai litium global.
Produsen mobil listrik dari Asia, Eropa, dan Amerika ikut berinvestasi di Indonesia. Setelah nikel, pemerintah juga akan mendorong hilirisasi bauksit, tembaga, dan timah. Menurut Kepala Negara, Indonesia harus membangun ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi, yang akan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia.
Dongkrak Kinerja Industri
Pernyataan Presiden Joko Widodo juga diamini oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Menurutnya, pihaknya terus melakukan pelbagai upaya untuk mendongkrak kinerja sektor industri.
Pasalnya, Menteri Agus menambahkan, kontribusi di sektor itu terhadap pertumbuhan ekonomi sangat besar. Bahkan, sektor itu berperan dalam pembangunan Indonesia yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
“Seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada pidato di sidang tahunan, kekuatan yang kita miliki merupakan modal kuat untuk membangun Indonesia,” ujar Agus Gumiwang.
Menurut Agus, penghiliran dan industrialisasi menjadi modal utama bagi industri manufaktur dalam negeri untuk bisa melesat dan menunjukkan performa yang lebih baik pada tahun depan. Kinerja manufaktur pun diharapkan bisa melesat seiring dengan bertambahnya usia Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Kemampuan yang dimiliki merupakan modal kuat, termasuk kemampuan penghiliran dan industrialisasi untuk memaksimalkan nilai tambah bagi kepentingan nasional,” katanya.
Menperin menyampaikan, upaya-upaya yang telah ditempuh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi dalam dua tahun terakhir, bahkan mencapai dua digit. Indikator itu bisa terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menggambarkan sektor industri nonmigas tetap tumbuh positif di angka 6,91 persen pada 2021, setelah pada triwulan II-2020 mengalami pertumbuhan minus -5,74 persen.
Pada triwulan II-2022, pertumbuhan industri tercatat sebesar 4,33 persen. Namun demikian, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus berada di level ekspansif sejak November 2020 dan terus menguat sepanjang 2021 hingga saat ini, terkecuali pada Juli dan Agustus akibat merebaknya varian Delta.
“Hal ini menunjukkan kepercayaan diri, daya adaptasi, dan resiliensi sektor industri di masa pandemi, sekaligus optimisme yang tinggi di sektor industri manufaktur dalam menilai prospek ekonomi Indonesia ke depan,” ungkap Menperin.
Advertisement