Liputan6.com, Jakarta - Youtuber yang juga pemengaruh (influencer), Ria Ricis, mengungkapkan salah satu lika liku perjalanan saat menyusui anak perempuannya, Cut Raifa Aramoana.
Adik Oki Setiana Dewi ini mengalami mastitis yang membuat payudara bengkak dan juga sakit teramat sangat.
Advertisement
Sehari sebelum ketahuan mastitis, Ricis mengalami demam sampai menggigil. Keesokan harinya suhu tubuhnya menurun tapi payudara tetap bengkak dan sakit.
Rasa sakit sampai membuat dirinya tak bisa tidur semalaman. Dipeluk sang suami pun tak mempan karena mau dipeluk dari berbagai arah bakal berimbas menambah sakit pada payudaranya.
Keesokan pagi, Ria Ricis memanggil dokter konselor laktasi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Terus aku dibilang 'Wah ini mastitis, Bu Ricis'," cerita ibu satu anak ini di akun Youtube Ria Ricis Official yang diunggah pada 6 September 2022.
Begitu kaget dirinya mengalami hal itu. Tak menyangka ia mengalami salah satu tantangan menyusui yakni mastitis. Sontak, Ricis meminta saran dokter laktasi tersebut agar cepat sembuh dari kondisi itu.
"Lalu, diperiksa, dikasih obat antibiotik, dan dipijat lagi," katanya.
Ia pun melakukan segala yang disarankan agar bisa kembali memberikan ASI untuk Moana. Ia ingin kembali pumping dengan hasil ASI maksimal serta bebas nyeri lagi.
Menurut Ricis, mastitis itu terjadi karena ia pernah melewatkan satu sesi memompa ASI untuk Moana.
Seharusnya, Ricis memompa ASI setiap 2-3 jam sekali, tapi ada suatu kondisi yang membuat Ricis amat lelah hingga akhirnya ia melewatkan satu kali pompa hingga membuat payudara penuh yang kemudian berujung mastitis.
Apa Itu Mastitis?
Bagi orang awam, istilah ini memang jarang terdengar. Namun, bagi ibu menyusui ini adalah hal-hal yang amat ditakutkan terjadi mengingat rasa sakit yang timbul amat menyakitkan.
Mastitis adalah proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi.
Ria Ricis adalah salah satu dari banyak ibu menyusui yang mengalami mastitis. Nagita Slavina juga pernah mengungkapkan betapa sakitnya mastitis. Dua pesohor itu adalah sedikit dari banyak ibu menyusui yang mengalami mastitis. Diperkirakan sekitar tiga sampai dengan 20 persen ibu menyusi mengalami mastitis.
Menurut laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sebagian besar mastitis terjadi dalam enam minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3).
Namun, mastitis dapat terjadi sepanjang masa menyusui bahkan pada wanita yang sementara tidak menyusui.
Advertisement
Gejala Mastitis
Dalam proses mastitis dikenal pula istilah stasis ASI, mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi. Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat atau karena payudara bengkak, maka ini disebut stasis ASI.
Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis tanpa infeksi. Bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.
Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut:
- Demam dengan suhu lebih dari 38,5 derajat Celsius
- Menggigil
- Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
- Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri.
- Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI terasa asin
- Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.
Pencegahan Mastitis
Masih mengutip laman IDAI, mastitis dapat dicegah dengan memerhatikan faktor risiko di atas. Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya menjadi sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang.
Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap tiga s.d empat jam dengan cara memerah dengan tangan atau pompa ASI yang direkomendasikan.
Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang.
Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok.
Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI.
Ibu menyusui dianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan.
Selain itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta melakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.
Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan.
Advertisement