Liputan6.com, Jakarta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan hasil investigasi dari 2017-2022, dimana kecelakaan rem blong bus dan truk terjadi di jalan menurun. Hal tersebut diungkapkan Plt Sub Komite LLAJ Ahmad Wildan.
"Hanya sedikit yang terjadi di jalan datar. Ini menunjukkan adanya pengaruh geometrik jalan. Yang menarik lagi, polanya sama yaitu semua menggunakan gigi tinggi. Kedua, berakhir di gigi netral. Ini adanya pengaruh prosedur mengemudi. Jalan menurun yang memiliki kemiringan lebih dari 10 persen dan panjang landai kritis lebih dari 500 m ternyata akan menciptakan energi potensial yang sangat besar," terangnya, dikutip Rabu (7/9/2022).
Advertisement
Menurut Wildan, cara mengerem kendaraan bus dan truk di jalan datar dan menurun adalah hal berbeda. Kalau di jalan menurun saat direm kemudian rem diangkat, maka roda akan berputar lebih cepat karena gaya gravitasi bumi yang akan menarik terus menerus.
"Proses pengereman di jalan menurun tidak akan menghilangkan energi potensialnya sehingga akan memaksa pengemudi menginjak rem berkali-kali dengan pengereman panjang," jelasnya.
Wildan lantas memaparkan 5 prosedur mengemudi yang benar, antara lain:
1. Gunakan gigi rendah sebelum melalui jalan menurun;
2. Manfaatkan exhaust brake dan retarder
3. Hindari menginjak pedal rem jika tidak diperlukan
4. Pertahankan jarum RPM berada di zona torsi maksimal
5. Jangan memuat beban berlebih melampaui kemampuan power weight to ratio.
Secara umum ia juga menjabarkan sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalisir kecelakaan kendaraan bermotor, yaitu:
a. Membuat crash program penyediaan tenaga Penguji Kendaraan Bermotor di daerah
b. Mendorong daerah untuk melaksanakan pemeriksaan persyaratan teknis dengan memasukkan pemeriksaan persyaratan teknis sebagai item utama akreditasi tempat pengujian kendaraan bermotor
c. Melakukan bimbingan teknis pemeriksaan persyaratan teknis secara lebih massive baik kepada penguji kendaraan bermotor maupun petugas terminal, jembatan timbang maupun PPNS
d. Peningkatan pengawasan operasional terhadap over loading dan operasional trailer.
Langkah Kemenhub
Sementara itu, menindaklanjuti maraknya kejadian kecelakaan truk maupun bus yang terjadi belakangan ini, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat akan menampung beragam masukan dari pemangku kepentingan terkait baik dari instansi pemerintah, Kepolisian, maupun APM.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Hendro Sugiatno berharap, tidak akan ada lagi kecelakaan kendaraan baik truk maupun bus ke depannya. Pasalnya, insiden ini terus berulang dalam jangka waktu berdekatan.
"Masalah ini adalah masalah lama dan merupakan masalah bersama, semua memiliki tanggung jawab yang sama, tidak dapat hanya ditanggulangi oleh 1 institusi. Regulator, pengusaha semua bertanggung jawab terhadap kejadian ini," kata Hendro dalam keterangan tertulis, Rabu (7/9/2022).
Hendro mengatakan, Ditjen Hubdat saat ini perlu masukan dan kritik dari sisi aturan maupun kebijakan. Sehingga ke depannya dapat digunakan untuk pembenahan.
"Termasuk dari asosiasi diperlukan untuk memberikan masukan. KIR saat ini bukan di Kemenhub melainkan di daerah, dan apakah kompetensinya mencukupi? Saya tidak tahu juga karena perkembangan teknologi transportasi terus berkembang dan harus diikuti oleh pengujinya," ungkapnya.
"Kami sebagai regulator ingin transportasi aman dan selamat di jalan, semua berjalan dengan baik ekonomi tumbuh dengan baik. Kalau soal ODOL ini tidak selesai-selesai, maka saya ajak kita bersama-sama menuntaskannya. Saya akan terus berkomunikasi intens dengan Korlantas sebagai salah satu upaya," tegasnya.
Advertisement
Polisi: Kecelakaan Truk di Bekasi Bukan Human Error, Tapi Rem Blong
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengklarifikasi, penyebab terjadinya kecelakaan truk maut adalah rem blong dan bukan human error.
Menurut Zulpan, kepastian rem blong ini sudah dikoordinasikan dengan keterangan yang diperoleh dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya.
"Penyebabnya ini perlu saya klarifikasi, karena ada Kapolsek yang menyatakan akibat human error, itu enggak benar. Jadi penyebab yang benar itu saya sudah koordinasi dengan Dirlantas dan penyidik laka itu akibat rem blong," kata Zulpan kepada awak media, Kamis (1/9/2022).
Diketahui kecelakaan maut di Jalan Sultan Agung tersebut menewaskan sedikitnya 10 orang, dengan 7 di antaranya anak-anak. Seluruh korban anak-anak merupakan siswa SDN Kota Baru 02 dan 03 yang tepat berada di depan lokasi.