Liputan6.com, Jakarta - CBG Coin merupakan token kripto milik Mesin Agregasi Informasi Blockchain, Chainbing. CBG Coin adalah cryptocurrency yang beroperasi pada platform Ethereum.
Chainbing didedikasikan untuk menyimpan, mengindeks, menganalisis, dan berbagi data di blockchain untuk memberikan informasi yang cepat dan akurat kepada pengguna, seperti dilansir dari White Paper CBG Coin di situs resminya.
Advertisement
Pada perdagangan Kamis (8/9/2022) CBG Coin mencatatkan performa yang kurang baik. Berdasarkan data dari Coinmarketcap, harga CBG Coin adalah Rp 37.688 dengan volume perdagangan 24 jam sekitar Rp 7,5 miliar. CBG Coin harus melemah 5,53 persen dalam 24 jam terakhir dan 7,37 persen sepekan.
Sedangkan untuk peringkat Coinmarketcap saat ini adalah 274, turun dari yang sebelumnya 242 pada Agustus. CBG Coin memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp 1,2 triliun. Hingga saat ini telah terjadi peredaran suplai sebanyak 33 juta CBG Coin dari maksimal suplai 10 miliar CBG Coin.
Mekanisme Chainbing
Chainbing memperkenalkan mekanisme untuk memastikan keandalan data, dan memberikan penghargaan bagi peserta yang memberikan validasi. Selain itu, Chainbing juga akan terus berkembang menjadi ekosistem yang energik.
Saat data blockchain semakin berkembang, akan ada peran yang semakin luas untuk Blockchain Mesin Agregasi Informasi (BIAE), yang menyediakan pengguna dengan cepat, andal, dan aman.
Untuk mencapai semua hal itu, Chainbing menggunakan node yang dijalankan oleh berbagai entitas untuk membentuk jaringan. Node pengumpulan data (Kolektor) berfokus pada pengumpulan data mentah.
Sedangkan node pemrosesan data (Prosesor) bertanggung jawab untuk memproses data mentah menjadi konten yang dapat dibaca pengguna.
Meskipun begitu, dalam White Paper milik CBG Coin tidak dijelaskan siapa saja orang yang ada di balik pengembangan token tersebut. Namun, dari segi roadmap, CBG Coin telah membuat hingga kuartal IV 2023.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Harga Kripto Kamis Pagi 8 September 2022
Sebelumnya, harga bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang seragam pada perdagangan Kamis, 8 September 2022. Mayoritas kripto berhasil bertengger di zona hijau setelah sempat anjlok pada hari sebelumnya.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Kamis (8/9/2022) pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) menguat cukup besar yaitu 2,27 persen dalam 24 jam terakhir, tetapi masih melemah 3,87 persen sepekan..
Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 19.345 per koin atau setara Rp 288,4 juta (asumsi kurs Rp 14.908 per dolar AS).
Ethereum (ETH) juga turut menguat pagi ini. Selama 24 jam terakhir, ETH naik 3,89 persen dan 5,14 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 1.640 per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) kembali bertengger di zona hijau. Dalam 24 jam terakhir BNB melesat 4,74 persen, tetapi masih terkoreksi 0,73 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga USD 277,88 per koin.
Advertisement
Harga Kripto Lainnya
Kemudian Cardano turut meroket pagi ini. Dalam satu hari terakhir ADA menguat 2,48 persen dan 5,59 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,4777 per koin.
Adapun Solana (SOL) juga kembali menguat pagi ini Sepanjang satu hari terakhir SOL melesat 4,95 persen dan 2,21 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 32,67 per koin.
Sedangkan XRP pada pagi ini berhasil bertahan di zona hijau XRP menguat 3,69 persen dalam 24 jam terakhir dan 2,17 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga USD 0,3363 per koin.
Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama menguat 0,01 persen. Hal tersebut membuat harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00
Sedangkan Binance USD (BUSD) menguat 0,04 persen dalam 24 jam terakhir, tetapi harganya masih bertahan di level USD 1,00.
Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto dalam 24 jam turun tipis dari kisaran USD 983,3 miliar menjadi USD 979 miliar.
Pasar Kripto Anjlok, Bitcoin Turun ke Posisi Terendah dalam Dua Bulan
Sebelumnya, pergerakan aset kripto pada Rabu (7/9/2022) pagi tampak tak berdaya di zona merah. Sejak awal pekan ini, gerak kripto tergolong sideways dengan volume transaksi yang terpantau belum terlalu besar.
Melansir situs Coinmarketcap pada Rabu, 7 September 2022 dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap kompak kumpul ke zona merah dalam 24 jam terakhir. Nilai Bitcoin (BTC), misalnya turun 5,57 persen ke USD 18.711 atau sekitar Rp 279,2 juta per keping dan turun 8,27 persen selama seminggu terakhir. Pelemahan ini membuat Bitcoin turun ke harga terendah dalam dua bulan terakhir.
Sementara, Ethereum (ETH) yang sempat naik karena isu The Merge juga tak berdaya, turun 8,64 persen ke USD 1.502 di waktu yang sama dan anjlok 6,39 persen sepekan terakhir. Cardano (ADA), Dogecoin (DOGE) dan Polkadot alami penurunan harga yang cukup tinggi lebih dari 7 persen di waktu yang sama.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan, market kripto saat ini sedang terjadi koreksi tiba-tiba dan sedikit brutal. Dari data Coinmarketcap, menunjukkan harga Bitcoin jatuh dari USD 19.780 menjadi USD 19.037 hanya dalam 50 menit.
"Kemudian, pergerakan Bitcoin untuk mencegah penurunan lebih lanjut ke bawah USD 19.000 gagal dilakukan. Harga BTC yang gagal menembus zona resistance-nya di level USD 20.000 berulang-ulang kali membuat tumbang market kripto secara keseluruhan,” kata Afid, dalam analisis pasar hariannya, yang diterima Liputan6.com, Rabu (7/9/2022).
Hal ini membuat investor yang membaca situasi tersebut, memilih melakukan aksi jual ketimbang akumulasi.
Advertisement
Tekanan Situasi Makro Ekonomi
Penurunan harga Bitcoin juga meruntuhkan momen bullish Ethereum yang sempat reli kencang pada sehari sebelumnya. Padahal, ETH yang telah menunjukkan tanda-tanda kekuatan saat The Merge mendekat, bisa mengambil keuntungan untuk terus reli, terlebih upgrade Bellatrix juga sukses dilaksanakan.
Selain dari sisi teknikal, sentimen makroekonomi juga membuat harga Bitcoin dan kripto lainnya berguguran. Pasar saham global juga mengalami kerugian dengan latar belakang penguatan indeks dolar AS (AS) dan meningkatnya kekhawatiran The Fed yang akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.
"Kebijakan The Fed melawan inflasi mungkin tidak akan selesai sampai investor kehilangan nilai dari Bitcoin. Jelas The Fed ingin melihat kondisi keuangan yang lebih ketat, termasuk harga saham yang lebih rendah. Berarti kripto juga, karena sangat berkorelasi dengan ekuitas. Itu kemungkinan berita yang tidak diinginkan bagi investor kripto, yang telah menderita kerugian besar," ujar Afid.
Dari sisi pergerakan nilai Bitcoin, ada kemungkinan jika BTC tidak dapat bertahan di atas angka USD 18.000, kemungkinan harga dapat turun di USD 17.000. Sementara resistensi overhead untuk BTC berada di level USD 21.100.
Indikator teknikal juga menunjukkan peningkatan momentum bearish. Relative Strength Index (RSI) berada di bawah setengah garis yang berarti penjual lebih banyak daripada pembeli di pasar. Hasil dari pembacaan ini merupakan indikasi penjual mendorong momentum harga di pasar.