Ada Peluang Ekspor, Vaksin COVID-19 RI IndoVac Sudah Didaftarkan ke WHO

Vaksin COVID-19 Indonesia IndoVac telah didaftarkan izin penggunaannya ke WHO.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 08 Sep 2022, 15:00 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19 Moderna yang ditarik oleh sejumlah negara di Eropa karena adanya partikel asing. Credits: pexels.com by Artem Podrez

Liputan6.com, Jakarta Berpeluang digunakan di negara lain, vaksin COVID-19 buatan Indonesia 'IndoVac' telah didaftarkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni untuk mengantongi izin pendaftaran penggunaan darurat  (Emergency Use Listing/EUL).

EUL WHO menilai kesesuaian produk kesehatan baru selama keadaan darurat kesehatan masyarakat, khususnya pandemi COVID-19. Tujuannya, untuk memastikan obat-obatan, vaksin dan diagnostik tersedia secepat mungkin guna mengatasi keadaan darurat sesuai kriteria keamanan, kemanjuran dan kualitas yang ketat.

Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir menerangkan, IndoVac yang dikembangkan dari hasil kerja sama BUMN Farmasi, PT Bio Farma dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat (AS) tidak hanya dipergunakan untuk kebutuhan dalam negeri saja, melainkan juga untuk diekspor ke negara lain.

Rencana ekspor pun ditargetkan masuk dalam jangka panjang. Oleh karena itu, izin WHO sangat penting untuk menjamin keamanan produk vaksin IndoVac.

"Dalam jangka panjang, pasar ekspor vaksin juga menjadi tujuan Bio Farma. Jadi, tidak hanya untuk kebutuhan dalam negeri, IndoVac juga digunakan untuk suplai pasar global. Peluang ekspor IndoVac terbuka lebar," terang Honesti dalam pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 8 September 2022.

"Kami juga telah mendaftarkan Emergency Use Listing (EUL) ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Vaksin ini nantinya bisa digunakan di negara-negara lain melalui mekanisme support (dukungan) COVAX Facility (kerja sama multilateral). Melalui vaksin COVID-19 (dalam negeri), Bio Farma berharap dapat berkontribusi mendukung kesehatan dunia, tidak hanya di Indonesia.”


Produksi 100 Juta Dosis pada 2024

Ilustrasi vaksin COVID-19. (Sumber foto: Unsplash.com).

Bio Farma juga mempersiapkan tahap untuk memproduksi vaksin IndoVac. Pada tahap awal, Bio Farma memproduksi maksimal 20 juta dosis.

"Jumlah tersebut dapat dinaikkan menjadi 40 juta dosis per tahun 2023 dengan penambahan fasilitas produksi. Selanjutnya, kapasitas produksi bisa dinaikkan lagi menjadi 100 juta dosis per tahun pada 2024, tergantung kebutuhan dan permintaan nanti," Honesti Basyir melanjutkan.

Pada kesempatan berbeda, Honesti membuka kemungkinan IndoVac menjadi vaksin berbayar yang akan dipergunakan di dalam negeri. Dengan catatan, status pandemi COVID-19 telah dicabut.

Artinya, kebutuhan vaksin nantinya tak bergantung pada program yang dijalankan oleh Pemerintah seperti saat pandemi. Maka, kedudukan vaksin COVID-19 buatan dalam negeri ini dimungkinkan berbayar sebagaimana vaksin pada umumnya.

Walau begitu, untuk saat ini, Indovac akan diberikan gratis kepada masyarakat. Pemerintah masih menanggung biayanya dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Itu gratis, Pemerintah yang bayar jadi dari APBN, masyarakat bisa menikmati," ujar Honesti usai acara Ngopi BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (22/8/2022).


Kurangi Kebergantungan Vaksin Impor

Seorang perawat menginokulasi seorang pemuda dengan dosis booster vaksin Pfizer melawan COVID-19 di Mexico City (9/2/2022). Total kasus di negara itu sejak awal pandemi mencapai 5.160.767 dengan 309.000 lebih kematian. (AFP/Claudio Cruz)

Honesti Basyir menjelaskan, IndoVac memiliki keistimewaaan dibandingkan dengan vaksin COVID-19 lainnya. Vaksin yang dikembangkan dan diproduksi dari hulu ke hilir oleh anak bangsa ini memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) kurang lebih 80 persen.

"Itu (persentase TKDN) berdasarkan self-assessment. Vaksin COVID-19 BUMN karya Bio Farma yang memiliki TKDN hampir 80 persen ini menjadi langkah menuju kemandirian sektor kesehatan," jelasnya.

"Dengan TKDN sebesar itu, kita berharap dapat mengurangi kebergantungan pada vaksin impor. Pada akhirnya, hal itu akan berdampak positif dalam penghematan devisa negara."

TKDN yang tinggi juga berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Ini karena terjadi penyerapan tenaga kerja lokal, penggunaan bahan baku lokal dengan riset dan pengembangan yang dilakukan oleh anak-anak bangsa.


Harus Punya Kedaulatan Sektor Kesehatan

Petugas medis menyuntikan vaksin Covid-19 kepada warga saat vaksinasi Covid-19 secara door to door di kawasan Bogor, Jawa Barat, Rabu (14/7/2021). Metode vaksinasi yang digunakan BIN mengadopsi metode vaksinasi door to door yang digunakan beberapa negara. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Terkait pengembangan IndoVac, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir optimistis Indonesia bisa memproduksi massal vaksin COVID-19 dalam negeri sendiri.

"Kita tidak ingin Indonesia menjadi fakir dalam sains dan teknologi kesehatan modern. Perang melawan pandemi, memberikan kita banyak pelajaran berharga, yang paling utama, jangan sampai nasib ketahanan kesehatan kita bergantung pada bangsa lain," katanya saat menghadiri Kick Off Uji Klinik Vaksin COVID-19 Tahap 3 di Semarang, Jawa Tengah pada Juni 2022.

Sebagai bangsa yang besar, Erick menyebut, Indonesia harus memiliki kedaulatan dalam sektor kesehatan.  Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan rakyat tidak akan tercapai jika tak disertai dengan ketahanan kesehatan.

Pemerintah hadir dalam menyiapkan basis agar manfaat pengembangan bioteknologi dapat dirasakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Ini menjadi momentum bersejarah, karena, perlahan tapi pasti, Indonesia siap mengurangi kebergantungan atas produk farmasi dan bioteknologi pada bangsa lain. Inilah wujud negara hadir dalam memberikan akses yang merata untuk ketahanan kesehatan," beber Erick.

Infografis Seruan WHO Akhiri Pandemi COVID-19 di 2022. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya