Liputan6.com, Jakarta Serial kartun televisi anak-anak terkenal 'Thomas & Friends' akan memperkenalkan karakter penyandang autisme untuk pertama kalinya. Bahkan karakaternya ini akan disuarakan oleh aktor dengan spektrum autisme.
Kereta merah yang memiliki autisme itu bernama Bruno. Dilansir dari Disabilityscoop, Bruno akan bergabung dengan dunia "Thomas & Friends" dengan pemutaran perdana "Thomas & Friends: All Engines Go" minggu depan.
Advertisement
Karakternya digambarkan sebagai "kereta dengan rem tangan yang menyenangkan yang suka membuat permainan kata-kata". Kemampuannya untuk mundur memberinya perspektif yang unik.
“Bruno yang berorientasi pada detail menikmati jadwal, rutinitas, dan tahu ke mana semua trek mengarah,” menurut Mattel Television. “Melalui kehadirannya di layar, Bruno memperkenalkan penonton pada panutan yang positif, panutan neurodivergent.”
Chuck Smith, aktor berusia 10 tahun dengan autisme dari Toronto, merupakan pengisi suara Bruno dalam versi "Thomas & Friends: All Engines Go" yang akan tayang di AS dan Kanada.
Mattel mengatakan bahwa pihaknya bekerja dengan Autistic Self Advocacy Network dan Easterseals Southern California untuk mengembangkan karakter Bruno dan memastikan akurasinya.
“Para penyandang autisme telah terlibat dalam semua aspek penciptaan Bruno, mulai dari kami sebagai konsultan hingga penulis di acara itu dan pengisi suara Bruno, ini menjadikan Bruno sebagai karakter autistik yang sesungguhnya,” kata Zoe Gross, direktur advokasi di Autistic Self Advocacy Network. “Saya berharap Bruno akan memberi pemirsa contoh inklusi yang berarti dalam kehidupan sehari-hari.”
Karakter Kunci yang Spesial
Bruno akan sering muncul di “Thomas & Friends: All Engines Go” dan memiliki peran utama dalam banyak episode, kata Mattel.
Selain itu, ia akan menjadi "karakter kunci" dalam franchise "Thomas & Friends" yang muncul di serial YouTube, album musik, podcast "Thomas & Friends Storytime", spesial yang akan datang dan produk konsumen.
“Pengenalan Bruno secara organik merangkul audiens global yang kurang terwakili dan layak untuk dirayakan dalam program anak-anak,” kata Christopher Keenan, wakil presiden senior dan produser eksekutif pengembangan dan produksi konten global di Mattel.
“Begitu banyak perhatian dan pemikiran masuk ke dalam pengembangan karakternya, dan kami tidak sabar menunggu penonton untuk bertemu dan mencintai Bruno seperti kami.”
Musim baru “Thomas & Friends: All Engines Go” akan mulai tayang pada 12 September di Cartoon Network.
Advertisement
7 Mitos Autisme
Untuk meningkatkan awareness terhadap autisme, Ketua Forum Peduli Autisme Jawa Timur, Margaretha Margaretha mengungkapkan 7 mitos yang masih beredar di masyarakat.
Berikut sejumlah mitos autisme:
1. ASD disebabkan ibu yang "dingin"
Margaretha mengatakan, ini sudah jelas mitos karena ASD merupakan gangguan spektrum yang penyebabnya belum diketahui.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) melaporkan, beberapa orang dengan ASD memiliki kondisi genetik. Namun para ilmuwan percaya ada beberapa penyebab ASD juga dipengaruhi lingkungan.
"Orang dengan ASD mungkin berperilaku, berkomunikasi, berinteraksi, dan belajar dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang lain. Kemampuan orang dengan ASD juga dapat sangat bervariasi. Beberapa orang dengan ASD biasanya membutuhkan banyak bantuan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tapi sebagian lain dapat bekerja dan hidup dengan sedikit atau tanpa dukungan," tulis CDC.
2. Vaksinasi anak menyebabkan ASD
Margaretha menyayangkan anggapan ini. Padahal sudah ada penelitian yang menunjukkan vaksinasi tidak menyebabkan anak autisme.
3. Banyak anak dengan ASD memiliki kemampuan
"Anak autisme juga seperti anak lainnya. Ada yang memiliki kemampuan dan bakatnya masing-masing. Ada yang bagus, ada juga yang kurang bagus. Tapi ya nggak apa-apa karena masing-masing anak itu unik," ujar Margaretha.
4. Individu dengan ASD tidak bisa belajar
Ada orangtua yang percaya, anak autisme nggak bisa belajar dan tidak perlu disekolahkan. "Ini kesalahan berpikir ya. Justru perkembangan informasi bisa membuat anak jadi terbelakang karena tidak mendapat intervensi."
5. ASD dapat disembuhkan atau akan menghilang dengan sendirinya seiring perkembangan hidup
Ini juga mitos, kata Margaretha.
6. Obat-obatan menyembuhkan ASD
"Obat dibutuhkan karena ada gejala tertentu," kata Margaretha. Jadi, tidak semua anak memerlukan terapi atau pendekatan obat.
"Perlu digarisbawahi, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan gejala autisme. Anak autisme bisa muncul perilaku, seperti mereka gigit, pukul dsn sebagainya. Dan obat untuk menurunkan stresnya bukan mengurangi gejala autisme," tegas Margaretha.
7. Diet dapat menghilangkan semua gejala ASD
Begitu pun dengan diet, kata Margaretha, tidak semua anak butuh itu. "Bagi anak dengan gangguan metabolisme, diet bisa menjadi terapi yang ditambah-- itupun saran dokter, dan dianggap pendamping."
Advertisement