Rights Issue BSI Bakal Genjot Likuiditas Saham BRIS

Langkah rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI akan menambah jumlah saham beredar.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 08 Sep 2022, 15:43 WIB
Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Rencana rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI dinilai mampu meningkatkan likuiditas saham perusahaan.

Dalam aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 6 miliar saham baru. Perseroan akan meminta restu pemegang saham terkait aksi tersebut lewat RUPSLB yang akan digelar pada 23 September 2023. Ekonomi dan Praktisi Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mencermati BRIS sebagai bank dengan kapitalisasi besar. Dengan demikian, perusahaan memiliki tantangan karena harganya tidak memiliki sifat volatilitas.

"Untuk itu agar mendorong volatilitas lebih tinggi, rights issue itu menjadi salah satu jalan keluar, karena dengan adanya saham baru, berarti memiliki ruang, menawarkan ruang investor baru untuk memiliki saham, sehingga menambah jumlah saham beredar,” kata dia dalam keterangan resmi, Kamis (8/9/2022).

Dia berharap, penerbitan saham baru oleh BSI dapat dilakukan pada tahun ini. Dia menilai, sebagai bank yang diharapkan menjadi penyumbang bobot transaksi di Bursa Efek Indonesia, upaya menambah saham beredar sangat diperlukan. Sebagai informasi, saat ini pemegang saham publik di BSI hanya 7,08 persen atau masih di bawah ketentuan.

Sebanyak 92,93 persen sisanya dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Kabar Akuisisi

Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Adapun kapitalisasi pasar BSI saat ini adalah Rp 62,11 triliun. Sementara itu, harga saham BSI dalam satu tahun terakhir bergerak pada rentang Rp1.205–Rp2.370.  "Posisi saat ini BSI belum kembali ke level tertinggi sebelumnya,” kata dia.

Padahal dari sisi kinerja, pada kuartal II 2022 BSI membukukan laba bersih Rp 2,13 triliun atau naik 41,31 persen secara tahunan (year on year/yoy). Capaian ini disokong oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 191,29 triliun, naik 18,55 persen yoy. Lucky melanjutkan, hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam rights issue BSI adalah penggunaan dana yang berhasil dihimpun.

"Kalau dia belanja BTN (Syariah) itu yang tepat. Menurut saya BSI memerlukan tambahan aset produktif yang lebih agresif," ujar dia.

BSI dikabarkan bakal mengakuisisi unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).

Pada awal tahun ini, Menteri BUMN Erick Thohir berharap bergabungnya BTN Syariah akan memperkuat posisi dan meningkatkan kapasitas pasar bank-bank syariah BUMN yang kini tergabung dalam BRIS. Adapun per Maret 2022, BTN Syariah memiliki aset Rp37,35 triliun, naik 11,08 persen yoy. Total portofolio pembiayaan BTN Syariah mencapai Rp 28,24 triliun atau tumbuh 10,87 persen secara tahunan.

Dengan asumsi penggunaan dana rights issue yang tepat sasaran, Lucky memperkirakan saham BRIS akan terkerek ke level Rp 1.795 pada tahun ini.

"Angka itu jadi rasional karena telah teruji oleh BSI sendiri pada Maret 2022,” tutur Lucky.

 


Aksi Rights Issue

Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho sebelumnya menuturkan rights issue diharapkan mampu meningkatkan ekuitas perseroan, sehingga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dapat mencapai di atas 20 persen hingga akhir 2025.

“Saat ini, CAR BSI berada di kisaran 17 persen. Hal tersebut juga sesuai dengan average CAR Top 10 National Bank dan menjaga level of comfort market,” ujar dia.

Cahyo mengatakan suntikan modal ini nantinya akan mendukung ekspansi pertumbuhan BSI, baik secara organik maupun anorganik. Hingga 2025, BSI memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan compound annual growth rate (CAGR) berada di atas 15 persen.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan rights issue BRIS bertujuan memenuhi aturan free float atau saham publik dan ekspansi bisnis perseroan. Kartika atau akrab disapa Tiko menyatakan rights issue BRIS akan mencapai Rp 5 triliun atau lebih.


Rights Issue, Bank Syariah Indonesia Terbitkan 6 Miliar Saham

Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (16/8/2022), PT Bank Syariah Indonesia Tbk menerbitkan maksimal 6 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Perseroan akan memakai dana hasil rights issue untuk penyaluran pembiayaan dalam mendukung pertumbuhan bisnis perseroan. PT Bank Syariah Indonesia Tbk mengharapkan proses rights issue selesai pada kuartal IV 2022.

Adapun bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD-nya, persentase kepemilikannya atas perseroan akan terdilusi hingga sebanyak-banyaknya 12,73 persen.

Untuk melaksanakan aksi korporasi ini, Bank Syariah Indonesia akan meminta persetujuan pemegang saham pada 23 September 2022.

Dengan pelaksanaan rights issue tersebut, perseroan akan memiliki kecukupan modal yang baik dengan CAR lebih dari 20 persen dan penambahan profitability yang optimal bagi pemegang saham dengan proyeksi dan return on equity (ROE) lebih dari 20 persen.

Aset Perseroan saat ini berada di peringkat tujuh secara nasional sekaligus menjadi bank syariah terbesar di Indonesia.

Seluruh indikator keuangan Perseroan memiliki kinerja yang cukup optimal. Perseroan memiliki visi untuk menjadi top 10 Global Sharia Bank dengan aspirasi aset Rp500 triliun pada 2025 dengan Return On Equity (ROE)  lebih dari 18 persen.

Untuk mencapai aspirasi visi tersebut, Perseroan melakukan ekspansi pertumbuhan baik secara organik maupun anorganik. Perseroan memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR)  lebih dari 15 persen hingga 2025.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya