Liputan6.com, Jakarta - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) mengumumkan kinerja untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. MNC Energy Investments menyampaikan kinerja semester I 2022 dalam dua metode.
Pertama, menggunakan jumlah aktual IATA per sebelum konsolidasi PT Bhakti Coal Resources (BCR). Kedua, sesuai dengan PSAK 38 DK24 yang mengharuskan laporan keuangan disajikan secara proforma setelah BCR dikonsolidasikan.
Advertisement
Berdasarkan hasil aktual semester I 2022 pendapatan usaha IATA naik 1.734,35 persen menjadi USD 84,50 juta dari USD USD 4,61 juta pada semester I 2021. Demikian pula, EBITDA perseroan tumbuh dari USD 545 ribu pada semester I 2021 menjadi USD 44,72 juta pada semester I 2022, atau sekitar 8.098,60 persen.
Pada periode ini, perseroan berhasil membalikan posisi dengan mencatatkan laba bersih sebesar USD 32,19 juta dibanding semester I 2022 di mana perseroan catatkan rugi hingga USD 1,7 juta
“Hal ini terutama disebabkan oleh permintaan tinggi untuk sumber daya energi seperti batu bara sebagai akibat dari negara-negara yang bergantung pada minyak dan gas berebut untuk mencari alternatif setelah mengalami kesulitan dalam mengamankan pasokan,” ungkap Head of Investor Relations PT MNC Energy Investments Tbk, Natassha Yunita dalam keterbukaan informasi bursa, Kamis (8/9/2022).
Sementara berdasarkan PSAK 38 DK24, dengan memperhitungkan kontribusi dari kinerja BCR, perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 254,36 persen. Menjadi sebesar USD 84,5 juta pada semester I 2022 dari USD 23,85 juta pada semester I 2021.
Dua Tambang Mulai Beroperasi
Perseroan berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi batu bara yang mulai membuahkan hasil pada peningkatan laba bersih semester I 2022. Perseroan berhasil mengantongi laba bersih USD 32,19 juta, meningkat 735,49 persen dibandingkan USD 3,85 juta pada semester I 2021.
Keuntungan yang diperoleh perseroan dari BCR, berasal dari PT Putra Muba Coal (PMC) dan PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC).
Dua entitas itu merupakan anak usaha BCR yang masing-masing ditargetkan dapat memproduksi 4,5 juta MT dan 1,8 juta MT batu bara untuk tahun ini. Meningkat dari realisasi tahun lalu masing-masing sebesar 2 juta MT dan 590 ribu MT.
Pada tahun ini, dua tambang lain yakni PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE) juga mulai beroperasi di atas area seluas 30 juta ha. Masing-masing ditargetkan dapat memproduksi batu bara 1 juta MT dan 500 ribu MT.
“Selain PMC dan BSPC, anak perusahaan BCR lainnya, PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) telah memulai produksi batu bara pada Juli 2022. Memiliki salah satu area konsesi terbesar seluas 15 ribu hektar, perseroan yakin IBPE pada kuartal depan dan seterusnya akan memberikan kontribusi signifikan,” imbuh Natassha.
Advertisement
IATA Bidik Produksi Batu Bara hingga 8 Juta MT di Sumatera Selatan
Sebelumnya, PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE), anak perusahaan PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) akan meningkatkan produksi secara signifikan di konsensi 15.000 ha di Babat Supat, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Perseroan menargetkan total output 7,5-8 juta metrik ton (MT) dalam lima tahun.
Direktur Indonesia Batu Prima Energi, Leader DS Daeli menuturkan, IBPE dengan luas 15.000 Ha, merupakan salah satu konsesi terbesar Perseroan. Konsesi ini belum mencapai potensi penuh karena masih dalam proses eksplorasi di sebagian besar area pertambangan.
"Saya yakin IBPE akan meningkatkan produksi Perseroan secara signifikan, serta meyakinkan investor bahwa Perseroan masih memiliki potensi berkembang dengan rencana output produksi yang lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang,” ujar dia dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Rabu (6/7/2022).
IATA melalui IBPE telah menandatangani kontrak 5 tahun dengan kontraktor pada 9 Juni 2022 untuk memulai produksi dengan target sebesar 500 ribu MT untuk tahun pertama, periode Juli-Desember 2022. Dalam lima tahun, Perseroan menargetkan total output 7,5-8 juta MT atau 1,5 juta MT pada tahun kedua dan 2 juta MT setiap tahun untuk sisa kontrak (Tahun 3-5), dari Pit Corundum, Beryl, dan Amethyst.
IBPE mengekspor sekitar 75 persen produksi batu bara ke negara-negara antara lain India, China, Vietnam, dan Thailand, sedangkan 25 persen sisanya dijual di dalam negeri untuk memenuhi Domestic Market Obligation (DMO). Pit Corundum dan Beryl adalah 2 tambang yang akan ditambang dalam 2 tahun pertama.
Infrastruktur Pertambangan
Sedangkan penambangan di Pit Amethyst akan dimulai pada tahun ketiga, bersamaan dengan pit-pit baru yang sedang dan akan disiapkan, mengingat luas area penambangan 15.000 Ha belum sepenuhnya dieksplorasi dan masih banyaknya area yang masih memerlukan proses verifikasi Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI).
Saat ini, IBPE telah memiliki infrastruktur pertambangan yang dibangun dan disiapkan secara memadai, dengan pit dan disposal area di tambang, hauling road yang membentang 2 hingga 5 Km dari pit ke port, jembatan timbang, dan kantor untuk kebutuhan administrasi.
Selain IBPE, 2 tambang Perseroan lainnya, melalui PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC), sudah dalam tahap produksi, dengan output 2,5 juta MT pada 2021.
Sementara itu, PT Arthaco Prima Energy (APE) juga ditargetkan mulai produksi pada 2022. Perseroan sedang dalam tahap persiapan, dengan pembangunan hauling road dan port untuk mendukung proses produksinya APE.
Sebelumnya, Perseroan telah mengadakan acara First Cut of Mining yang dihadiri Direksi Perseroan pada 2 Juli 2022 untuk merayakan dimulainya produksi di konsesi 15.000 Ha yang berlokasi di Babat Supat, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Advertisement