Liputan6.com, Jakarta Melukis adalah salah satu hobi favorit anak-anak baik yang disabilitas maupun non disabilitas.
Jika dikembangkan, hobi ini bisa membawa berbagai keuntungan. Seperti dialami oleh Hendro Prasetyo. Pemuda Tuli asal Nganjuk, Jawa Timur yang gemar melukis dan mendapatkan prestasi tingkat Asia Tenggara dari hobinya tersebut.
Advertisement
Menurut sang Ibu, Sugiastutik (46), sejak duduk di bangku Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB), Hendro sudah menunjukkan minatnya pada dunia lukis atau gambar dengan mencoret-coret.
Minat itupun disalurkan dengan memfasilitasi dan mengarahkannya untuk terus menggambar sesuai keinginannya.
Selama ini, Hendro tidak mengikuti kelas menggambar secara khusus. Hanya jika ada perlombaan, ia biasanya diajarkan oleh guru lukis beberapa hari menjelang lomba.
“Tidak (sekolah lukis), hanya saat akan mengikuti acara perlombaan saja saat masih di bangku sekolah didatangkan guru lukis selama beberapa hari. Untuk selanjutnya, Hendro lebih belajar secara visual dari seniman-seniman di media seperti Youtube dan sejenisnya,” kata ibu yang akrab disapa Tutik kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks, Kamis (8/9/2022).
Seiring bertambahnya usia, bakat Hendro di bidang melukis semakin berkembang. Ia pun mengikuti perlombaan di tingkat Asia Tenggara.
Ajang ini diadakan oleh Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
“Hendro mengikuti dengan menampilkan talenta melukis. Dan Alhamdulillah mendapat juara. Di tahun selanjutnya pun Hendro ikut lomba serupa tetapi tingkat nasional, Alhamdulillah Hendro juara 1.”
Sering Mewakili Sekolah
Bakat Hendro dalam melukis juga sering memberi manfaat bagi sekolahnya. Remaja kelahiran 24 April 2002 mulai mengenyam pendidikan dari TKLB sampai Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Tepatnya di SMALB Muhammadiyah Kertosono.
Seperti sekolah pada umumnya, Hendro sering mewakili sekolahnya kalau ada perlombaan di kabupaten maupun di provinsi.
“Sering mewakili lomba melukis. Selain melukis, Hendro juga pernah tampil pantomim, melukis pasir dan saat itu dihadiri bu Gubernur Jawa Timur.”
Disamping pelajaran di sekolahnya, dia juga belajar keterampilan membatik, cuci motor, salon, membuat kue, menjahit, membuat hantaran.
“Dan semua itu untuk tujuan agar bisa digunakan saat sudah lulus sekolah. Bisa mandiri berwira usaha sesuai minat.”
Advertisement
Kilas Balik Kelahiran Hendro
Tutik juga berbagi soal kelahiran Hendro. Menurutnya, disabilitas Tuli yang disandang putranya mulai diketahui setelah melakukan cek Telinga Hidung Tenggorokan (THT) di rumah sakit umum daerah.
Tutik menyampaikan bahwa memang ada masalah di saat kehamilan. Masalah yang tak ia jelaskan tersebut berpengaruh pada berat badan Hendro saat lahir.
“Berat badannya kurang, hanya 1,5kg.”
Setelah mengetahui disabilitas buah hatinya, ia pun mencari informasi terutama tentang cara untuk komunikasi dengannya dan mencari sekolah yang ramah dan sesuai dengan kekhususannya.
Sejauh ini, tidak ada perawatan atau terapi yang dilakukan secara kontinu dari dulu hingga kini.
“Hendro hanya mengikuti bina wicara saat di sekolah. Dan belajar bahasa isyarat lewat kamus, dan visual di media-media yang ada.”
Kini, di usia 20 Hendro sudah bisa melakukan berbagai hal secara mandiri layaknya penyandang Tuli lainnya.
Tuli Bukan Hambatan
Kondisi Tuli tak menjadi alasan untuk seseorang terus berkembang dan meraih cita-cita. Selain Hendro, cerita sukses penyandang Tuli juga sempat datang dari Muhammad Erwin Althaf.
Althaf adalah penyandang Tuli yang membuktikan bahwa disabilitas tidak menghalangi dirinya untuk meraih gelar magister.
Pada 25 Februari 2022 ia berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI).
Disabilitas sensorik yang disandang sejak lahir tak serta-merta melunturkan niatnya untuk menggapai cita-cita membangun sistem usaha terpadu yang mandiri dalam perencanaan, pengelolaan, dan penggunaan sumber daya keuangan.
Althaf berhasil meraih gelar magister dengan judul tesis “Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar pada Indeks Kompas 100 Tahun 2018 –2020.”
“Alhamdulillah saya dinyatakan lulus sidang tesis. Januari 2022, saya telah menyelesaikan revisi naskah tesis tepat waktu dan mendapat tanda tangan lembar pengesahan, sehingga memenuhi syarat daftar yudisium/wisuda,” kata Althaf mengutip keterangan tertulis, Senin (7/3/2022).
Advertisement