Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham. Teranyar, ada PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang berencana membeli kembali atau buyback saham perseroan dengan jumlah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 300 miliar, atau sebanyak-banyak 3 miliar lembar saham perseroan.
Pembelian kembali saham perseroan akan dilakukan secara bertahap untuk periode tiga bulan, terhitung sejak 8 September 2022-7 Desember 2022. Pelaksanaan transaksi pembelian saham akan dilaksanakan melalui Bursa Efek Indonesia.
Advertisement
Perseroan meyakini pembelian kembali saham tidak mempengaruhi kondisi keuangan perseroan karena sampai dengan saat ini, perseroan mempunyai modal yang memadai untuk membiayai kegiatan usaha perseroan.
Pada 22 Agustus 2022, perseroan juga telah merampungkan aksi serupa. Perseroan melakukan pembelian kembali atas 71.695.900 lembar saham ERAA senilai Rp 35,5 miliar, dari yang direncanakan sebanyak-banyaknya Rp 319 miliar saham selama periode tiga bulan, yakni sejak 20 Mei 2022 sampai 19 Agustus 2022.
Selaian Erajaya, ada beberapa emiten lain yang memperpanjang periode pembelian kembali saham. Di antaranya ada PT Tunas Ridean Tbk( TURI) yang memperpanjang buyback sehubungan dengan rencana perseroan untuk go private dan delisting dari pencatatan bursa.
Sebelumnya, perseroan berencana melakukan pembelian kembali pada periode 2 Agustus hingga 2 September 2022. Hingga periode itu berakhir, perseroan telah menerima 218 penawaran yang mewakili 409.988.944 saham perseroan.
Untuk meningkatkan partisipasi pemegang saham publik, Tunas Ridean memutuskan untuk memperpanjang masa pembelian kembali yang akan dilakukan sejak 12 September 2022 hingga 12 Oktober 2022.
Emiten Lain yang Gelar Buyback Saham
Kemudian ada PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) yang berencana memperpanjang periode pembelian kembali saham sampai dengan 7 Desember 2022.
Pada Maret 2022, perseroan melakukan penyisihan dana maksimum USD 33 juta dengan jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak melebihi 20 persen dari jumlah disetor. Periode pembelian kembali saham saat itu berlangsung selama 3 bulan, dimulai sejak 7 Maret 2022 hingga 6 Juni 2022.
Jumlah saham yang telah dibeli kembali pada periode itu adalah sebanyak 597.489.700 lembar. Sementara sisa dana yang masih dapat digunakan untuk melakukan pembalian kembali saham adalah sebesar Rp 194,28 miliar atau setara USD 12,95 juta (asumsi kurs Rp 15.000 per USD). Sehingga perseroan masih dapat melakukan pembelian kembali saham sebanyak-banyaknya 1.126.744.000 saham.
Selanjutnya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berencana memperpanjang periode pembelian kembali (buyback) saham perseroan. Periode buyback saham dimulai sejak 7 September 2022 hingga 6 Desember 2022.
Perseroan berencana melakukan pembelian kembali saham perseroan sebanyak-banyaknya Rp 3 triliun dengan saham yang akan dibeli kembali tidak melebihi 20 persen dari modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal disetor perseroan
Saat ini, sisa dana yang masih dapat digunakan untuk melakukan pembelian kembali saham Rp 294,78 miliar. Sedangkan sisa saham yang dapat dibeli kembali sebanyak 489.167.740 lembar saham.
Advertisement
Sederet Emiten Gelar Buyback Saham, Investor Harus Apa?
Sebelumnya, sejumlah emiten berencana melaksanakan aksi korporasi berupa pembelian kembali saham (buyback). Teranyar, ada Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI).
TBIG menyiapkan dana hingga Rp 13,6 miliar untuk membeli sebanyak-banyaknya 679.709.900 lembar saham. RALS siapkan dana Rp 200 miliar untuk buyback sebanyak-banyaknya 360 juta saham. Sementara ROTI siapkan 214,21 miliar dengan jumah saham yang akan dibeli kembali sebanyak-banyaknya 125.007.599 lembar.
Selain tiga emiten tersebut, ada United Tractors Tbk (UNTR) yang menyiapkan dana hingga Rp 5 triliun untuk buyback saham. Kemudian, PT Adaro Energy Indo Tbk (ADRO ) yang memperpanjang rencana buyback hingga Rp 4 triliun.
PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang menyiapkan anggaran Rp 1 triliun, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) Rp 1 triliun, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) siapkan Rp 500 miliar, PT Jaya Real Property Tbk (JRPT) Rp 100 miliar, dan PT Kresna Graha Investama (KREN) Rp 100 miliar.
Selanjutnya
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menjelaskan, aksi ini umumnya dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan kas perusahaan yang memungkinkan untuk melakukan pembelian kembali.
Tujuannya, yakni untuk menjaga valuasi saham tetap atraktif ke depannya. Buyback biasanya dilakukan dalam kondisi harga saham di pasar yang dinilai masih cukup murah untuk melakukan buyback.
"Bagi emiten, idealnya aksi buyback tidak mempengaruhi kinerja selama dalam perhitungan yang wajar. Sedang bagi investor dalam jangka pendek rencana buyback yang berpotensi mengangkat harga saham," kata dia kepada Liputan6.com, Sabtu (23/7/2022).
Dia menambahkan, selama periode buyback berlangsung, bisa menjadi alasan untuk melakukan posisi beli. Sementara strategi investasinya, investor sebaiknya memperhatikan dari sisi valuasi, pertumbuhan kinerja serta proyeksi di periode mendatang.
"Rekomendasi untuk saat ini hold saja, atau bagi yang belum memiliki bisa menunggu adanya koreksi pada harga saham," pungkas Ivan.
Advertisement