9 dari 10 Negara Alami Kemunduran Pembangunan Manusia, Indonesia Bagaimana?

Untuk pertama kalinya dalam 32 tahun, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah menurun secara global selama dua tahun berturut-turut.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 10 Sep 2022, 17:30 WIB
Dokter Spesialis Onkologi Radiasi, Ade Margaretha (kedua kanan) bersama Dokter Umum Indria Febriani (kiri) saat memberikan pelayanan medis jarak jauh atau Telemedicine pada pasien umum di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (18/2/2022). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - UNDP meluncurkan laporan terbaru mengenai Pembangunan Manusia dengan tajuk Uncertain Times, Unsettled Lives: Shaping our Future in a Transforming World. Salah satu kesimpulan dari lapora ini adalah krisis yang terjadi saat ini membuat sebagian besar negara mengalami kemunduran pembangunan manusia

UNDP melihat, berbagai ketidakpastian yang bertumpuk menimbulkan gejolak pada kehidupan dengan cara yang belum pernah terjadi. Peristiwa yang terjadi dalam dua tahun terakhir sangat berdampak luar biasa bagi miliaran orang di seluruh dunia.

Dikutip dari Laporan tersebut, Sabtu (10/9/2022), krisis terus bertumpuk seperti COVID-19 dan perang di Ukraina terjadi secara beruntun, dan berinteraksi dengan pergeseran sosial dan ekonomi yang luas, perubahan iklim, dan peningkatan polarisasi secara besar-besaran.

Untuk pertama kalinya dalam 32 tahun, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang mengukur kesehatan, pendidikan, dan standar hidup suatu negara, telah menurun secara global selama dua tahun berturut-turut. Pembangunan manusia telah jatuh kembali ke tingkat di 2016, menyebabkan kemunduran sebagian besar kemajuan menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Kemunduran ini hampir sama rata karena lebih dari 90 persen negara mencatat penurunan skor IPM mereka pada 2020 atau 2021 dan lebih dari 40 mengalami penurunan di kedua tahun tersebut, menandakan bahwa krisis menjadi semakin parah di banyak negara.

Sementara itu, nilai IPM Indonesia tahun 2021 adalah 0,705 yang menempatkan Indonesia pada kategori pembangunan manusia yang tinggi, menempatkannya pada peringkat 114 dari 191 negara dan wilayah.

Tahun sebelumnya, nilai IPM Indoneisa adalah 0,709, sehingga ada penurunan yang sedikit yaitu 0.004. Indonesia berhasil masuk dalam kategori negara pembangunan manusia yang tinggi untuk tiga tahun berturut-turut. Kemajuan IPM Indonesia dari tahun 1990 hingga sekarang sebesar 34 persen.

Harapan hidup Indonesia tercatat di 67,6 tahun. Selanjutnya, lama harapan bersekolah adalah 13,7 tahun yang artinya setiap anak yang lahir di Indonesia saat ini secara realistis bisa mengenyam pendidikan hingga tahun pertama di tingkat perguruan tinggi. Sementara itu, PNB perkapita (PPP) adalah USD 11,466.

 


Pemulihan Tidak Merata dan Parsial

Petugas Puskesmas Taman Sari melakukan skrining Covid-19 dengan swab tes dan PCR di pusat perniagaan Glodok, Jakarta, Jumat (11/2/2022). Pemerintah terus berupaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 khususnya varian omicron untuk wilayah Taman Sari Jakarta Barat. (merdeka.com/Imam Buhori)

Meskipun beberapa negara mulai bangkit kembali, pemulihan tidak merata dan parsial, semakin memperlebar kesenjangan dalam pembangunan manusia. Amerika Latin, Karibia, Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan terdampak parah.

“Dunia berjuang untuk menanggulangi krisis yang berturut-turut. Kita telah melihat dengan krisis biaya hidup dan energi bahwa, meskipun ada dorongan untuk berfokus pada perbaikan cepat seperti subsidi bahan bakar fosil, taktik bantuan jangka pendek menunda perubahan sistemik jangka panjang yang harus kita buat,” kata Administrator UNDP, Achim Steiner. 

“Kita mengalami kelumpuhan global untuk membuat perubahan ini. Di dunia yang ditentukan oleh ketidakpastian, kita perlu memperbarui solidaritas global untuk mengatasi tantangan bersama yang saling berhubungan.” tambah dia. 

Laporan tersebut mengeksplorasi mengapa perubahan yang diperlukan tidak terjadi dan menunjukkan ada banyak alasan, termasuk ketidakamanan dan polarisasi yang saling menguatkan satu sama lain dan mencegah solidaritas dan tindakan kolektif yang kita butuhkan untuk mengatasi krisis di semua tingkatan.

Perhitungan baru menunjukkan, contohnya, bahwa mereka yang merasa paling tidak aman juga cenderung memiliki pandangan politik yang ekstrem.

 


Paradoks Ganda

Petugas memberikan kartu vaksinasi kepada ibu hamil setelah disuntik vaksin covid-19 Sinovac di Puskesmas Jagakarsa II, Jakarta Selatan, Kamis (19/08/2021). Sudah dari pekan lalu sejumlah Puskesmas di DKI membuka vaksinasi covid-19 bagi ibu hamil. (merdeka.com/Arie Basuki)

Achim Steiner melanjutkan, bahkan sebelum COVID-19 melanda, UNDP melihat paradoks ganda kemajuan dengan ketidakamanan dan polarisasi.

"Saat ini, dengan sepertiga orang di seluruh dunia mengalami tekanan dan kurang dari sepertiga orang di seluruh dunia memercayai orang lain, kita menghadapi hambatan besar untuk mengadopsi kebijakan yang bermanfaat bagi manusia dan planet ini,” kata dia.

“Analisis baru yang menggugah pikiran ini bertujuan untuk membantu kita memecahkan kebuntuan ini dan memetakan arah baru dari ketidakpastian global kita saat ini. Kita hanya punya sedikit waktu untuk merancang ulang sistem kita dan membangun masa depan berdasarkan aksi iklim dan peluang baru untuk semua.” tambahnya.

 


Arah Baru

Untuk memetakan arah baru, laporan tersebut merekomendasikan penerapan kebijakan yang berfokus pada investasi — mulai dari energi terbarukan hingga kesiapsiagaan menghadapi pandemi, dan asuransi — termasuk perlindungan sosial — untuk mempersiapkan masyarakat kita menghadapi gejolak dunia yang penuh ketidakpastian. Dan inovasi dalam berbagai bentuknya—teknologi, ekonomi, budaya—juga dapat membangun kapasitas untuk menjawab tantangan di masa depan.

“Untuk mengatasi ketidakpastian, kita perlu melipatgandakan investasi pembangunan manusia dan melihat melampaui peningkatan kesejahteraan atau kesehatan masyarakat,” kata Pedro Conceição dari UNDP, penulis utama laporan tersebut.

“Ini tetap penting. Tetapi kita juga perlu melindungi planet ini dan memberi masyarakat alat yang mereka butuhkan untuk merasa lebih aman, mendapatkan kembali rasa kendali atas hidup mereka dan memiliki harapan untuk masa depan.” pungkas Pedro.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya