Liputan6.com, Port Moresby - Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,6 mengguncang Papua Nugini kawasan timur, Minggu, dan dilaporkan menyebabkan kerusakan pada bangunan serta membuat panik warga.
Sejauh ini, tidak ada laporan resmi soal korban jiwa maupun pernyataan resmi soal kerusakan.
Advertisement
Menurut badan internasional pemantau gempa European Mediterranean Seismological Centre, gempa tersebut terjadi pada kedalaman 80 kilometer.
Sistem peringatan tsunami Amerika Serikat mengeluarkan peringatan namun kemudian mencabutnya, demikian seperti dikutip dari Antara, Minggu (11/9/2022).
Sementara itu, badan meteorologi Australia mengatakan tidak ada ancaman tsunami terhadap Australia menyusul gempa yang mengguncang negara yang terletak di bagian timur Pulau Papua itu.
Para warga Papua Nugini mengirimkan kabar tentang gempa tersebut melalui media sosial.
Mereka memasang foto dan video yang memperlihatkan jalanan retak, sejumlah bangunan dan mobil rusak, serta barang-barang di rak supermarket berjatuhan.
Gempa bumi cukup sering terjadi di Papua Nugini.
Wilayah negara itu berada jalur "Cincin Api" Samudra Pasifik, kawasan rawan aktivitas seismik karena gesekan antara lempengan tektonik.
Pada 2018, lebih dari 100 orang tewas, dan ribuan rumah rusak akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,5 di daerah pegunungan terpencil PNG.
Gempa di China
Jumlah korban tewas akibat gempa bumi yang mengguncang sisi barat China pada pekan ini melonjak menjadi 74 orang, sementara 26 orang lainnya dinyatakan hilang, kata pemerintah setempat pada Rabu (7/9). Pada saat yang sama, warga semakin frustrasi dengan aturan lockdown COVID-19 yang mencegah mereka keluar dari bangunan tempat tinggal mereka setelah gempa terjadi.
Gempa berkekuatan magnitudo 6,8 yang terjadi tepat setelah Senin (5/9) siang di Provinsi Sichuan itu menyebabkan kerusakan parah pada rumah-rumah di Daerah Otonomi Tibet Ganze dan mengguncang gedung-gedung di ibu kota Provinsi Chengdu, di mana 21 juta warganya tengah menjalani lockdown ketat.
Setelah gempa terjadi, polisi dan petugas layanan kesehatan tetap tidak mengizinkan warga yang cemas keluar dari gedung apartemen. Hal itu semakin memicu amarah warga terhadap kebijakan nol-COVID pemerintah China yang ketat, yang mewajibkan lockdown, karantina dan langkah pembatasan lainnya, bahkan setelah sebagian besar negara lain berangsur-angsur normal.
Rekaman video yang beredar di internet menunjukkan warga di kota Wuhan, yang diyakini menjadi kota asal-muasal terjadinya pandemi pada akhir 2019, meneriakkan kalimat “akhiri lockdown, tolak tes (COVID-19)” kepada polisi.
Langkah-langkah pembatasan itu telah memicu unjuk rasa secara online maupun offline, sesuatu yang langka di negara yang masyarakatnya dikendalikan secara ketat, di mana Partai Komunis yang sangat berkuasa dapat dengan mudah menjatuhkan hukuman penjara selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kepada seseorang atas dakwaan seremeh “memprovokasi pertengkaran dan memprovokasi masalah.”
Advertisement
Lockdown Berbagai Tingkatan
Secara keseluruhan, 65 juta warga China di 33 kota, termasuk tujuh ibu kota provinsi, tengah menjalani lockdown dalam berbagai tingkatan. Pemerintah juga mengimbau masyarakat agar tidak melakukan perjalanan dalam negeri selama Festival Pertengahan Musim Gugur pada Sabtu (10/9) mendatang dan sepekan penuh hari libur nasional pada awal Oktober.
Perebakan COVID-19 dilaporkan terjadi di 103 kota – yang tertinggi sejak awal pandemi tahun 2020.
Sementara itu, gempa bumi yang terjadi pada Senin (5/9) berpusat di wilayah pegunungan di Kabupaten Luding, yang terletak di tepi Dataran Tinggi Tibet sekitar 200 kilometer dari Chengdu, di mana lempeng tektonik saling bergesekan.
Gempa bumi paling mematikan di China dalam beberapa tahun terakhir terjadi pada tahun 2008 dengan kekuatan magnitudo 7,9 dan menewaskan hampir 90.000 orang di Sichuan. Gempa tersebut menghancurkan kota-kota, sekolah dan masyarakat pedesaan di luar Chengdu, memicu upaya pembangunan kembali selama bertahun-tahun dengan menggunakan bahan bangunan yang lebih tahan gempa.
Simak infografis berikut:
Advertisement