Sejarah Mangkuk Ayam Jago, dari Seserahan hingga Jadi Buruan Kolektor

Mangkuk ayam jago yang biasa ditemui di tukang bakso dan jajanan lainnya ternyata punya sejarah keberadaan yang panjang.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 12 Sep 2022, 10:22 WIB
Google Doodle Mangkuk Ayam Jago Lampang

Liputan6.com, Jakarta - Mangkok ayam jago telah menemani pencinta kuliner tanah air sejak era tahun 70-an hingga saat ini. Beragam kuliner, mulai dari bakso, mi ayam, hingga bubur, kerap disajikan dalam mangkuk bergambar legendaris tersebut. Gambar ayam jago yang legendaris itu bahkan kini juga diaplikasikan ke media lainnya, seperti baju, topi, tas, hingga sarung bantal. Nilai historis menjadikan gambar tersebut membawa nostalgia tempo dulu bagi orang yang melihatnya.

Namun bagaimana sebenarnya sejarah mangkuk bergambar ayam jago tersebut? Seperti dikutip dari Tionghoa.info, Senin (12/9/2022), mangkuk bergambar ayam jago itu berasal dari negeri China. Di negeri tirai bambu, mangkuk menjadi perangkat makan utama yang digunakan setiap hari. Mangkuk bergambar ayam jago kerap menjadi salah satu barang yang wajib digunakan sebagai hantaran dalam upacara pernikahan.

Awal cerita mangkuk bergambar ayam jagi berasal pada masa Dinasti Ming, periode pemerintahan Kaisar Chenghua (1465-1487 M). Saat itu Kaisar memesan 4 cawan bergambar ayam jago dan ayam betina pada seorang perajin keramik di daerah Jingdezhen, Provinsi Jiangxi, sebagai sebuah tanda cinta. Cawan tersebut dikenal dengan nama Jigangbei atau cawan ayam. Pada cawan itu tergambar ayam jago, ayam betina, dan sepasang anak ayam, sebagai symbol kemakmuran, banyak anak, banyak rezeki.

Mangkuk ayam ini pun memiliki makna simbolis. Kata Ji 鸡, yang berarti ‘ayam’, mirip bunyinya dengan kata Jia 家 yang bermakna rumah atau keluarga. Sementara itu, gambar tanaman peony melambangkan kekayaan, serta gambar pohon pisang dengan daun lebar bermakna keberuntungan untuk keluarga.

Kemudian mangkuk ayam legendaris ini terus mendapat apresiasi dan diminati setiap Kaisar yang berkuasa, hingga mematok harga yang cukup fantastis untuk ukuran sebuah mangkuk. Bahkan pada 1776, Kaisar Qian Long (1735-1796), membuat puisi khusus yang memuja mangkuk ayam jago tersebut.

Pada masa Dinasti Qing barulah mangkuk ayam jago pun mulai diproduksi massal. Dalam perkembangan selanjutnya, mangkuk ayam jago merupakan lambang kerja keras bagi petani di Tiongkok, untuk mendapat kemakmuran. Hal ini mengingat peran ayam jago yang selalu membangunkan mereka di pagi hari untuk segera bekerja di ladang.

 


Jadi Buruan Kolektor

Dari negeri tirai bambu, mangkuk ayam jago lalu menyebar ke berbagai beahan dunia, termasuk Indonesia lewat para perantau. Sementara di Provinsi Guangdong, pabriknya berdiri. Lalu, mulailah penyebaran ke beberapa negara di Asia Tenggara. Mangkuk ayam jago pun semakin banyak diproduksi. Mulai dari menggunakan teknik gambar tangan hingga menggunakan mesin.

Meski punya sejarah panjang, jangan sembarangan memproduksi barang dengan gambar ini, ya, Bela. Karena, sudah ada satu perusahaan yang memiliki hak cipta atas gambar itu. Pada surat kabar Kompas tanggal 4 September 2017, terdapat pengumuman dari PT Lucky Indah Keramik, bahwa hanya perusahaan ini yang memiliki hak untuk memproduksi barang-barang dengan gambar ayam jago.

PT Lucky Indah Keramik juga memperingatkan bagi para produsen, importir, distributor, agen ataupun pengecer untuk tidak membeli, menyimpan, mengimpor dan memperdagangkan barang-barang yang bergambar ayam jago. PT Lucky Indah Keramik hanya menunjuk PT Kencana Makmur Mitra Abadi sebagai distributor tunggal.

Saking langkanya, saat ini, mangkuk ayam jago yang dibuat pada masa kekaisaran Tiongkok, menjadi buruan para kolektor barang antik di seluruh dunia. Cirinya, di bagian bawah mangkok ada stempel cap, atau nama dan tahun dinasti pembuatan.

Diketahui, Mangkok Chenghua asal Dinasti Ming yang sudah berusia 500 tahun, hanya tersisa 16 buah di dunia, dengan empat di antaranya dimiliki oleh perorangan, sisanya dikoleksi oleh museum publik.

Bahkan, mangkuk ini pernah dilelang beberapa kali oleh badan lelang Sotheby’s di Hong Kong dengan harga yang fantastis, yaitu USD36,3 juta atau sekitar Rp508,2 miliar.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya