Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru mengidentifikasi problem baru yang diakibatkan oleh paparan blue light atau sinar biru. Penelitian itu diujicobakan kepada lalat buah untuk menunjukkan fungsi dasar seluler manusia juga dapat terpengaruh oleh blue light yang dipancarkan oleh gawai. Hasil riset dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Aging.
"Paparan berlebihan terhadap sinar biru dari perangkat sehari-hari, seperti TV, laptop, dan telepon, mungkin memiliki efek merugikan pada berbagai sel di tubuh kita, mulai dari sel kulit dan lemak, hingga neuron sensorik," kata penulis senior dan profesor studi tersebut di Departemen Biologi Integratif Universitas Negeri Oregon Dr Jadwiga Giebultowic, dikutip dari The Star, Selasa 13 September 2022.
Baca Juga
Advertisement
Pihaknya mengklaim sebagai yang pertama menunjukkan bahwa tingkat metabolit spesifik berupa bahan kimia yang penting bagi sel untuk berfungsi dengan benar berubah pada lalat buah yang terpapar blue light. "Studi kami menunjukkan bahwa menghindari paparan blue light yang berlebihan mungkin merupakan strategi anti-penuaan yang baik," katanya lagi.
Para peneliti sebelumnya membandingkan tingkat metabolit pada lalat yang terpapar blue light selama dua minggu berturut-turut dengan lalat yang ditempatkan dalam ruang gelap. Tujuannya untuk memperlajari bagaimana cahaya biru berenergi tinggi bisa mempercepat penuaan dini pada lalat buah.
Paparan blue light menyebabkan perbedaan signifikan dalam tingkat metabolit yang diukur oleh para peneliti dalam sel-sel kepala lalat. Secara khusus, mereka menemukan bahwa tingkat metabolit suksinat meningkat, tetapi tingkat glutamat turun.
"Suksinat sangat penting untuk memproduksi bahan bakar untuk fungsi dan pertumbuhan setiap sel," kata Prof Giebultowicz.
Mempercepat Penuaan
Ia menambahkan, "Tingkat suksinat yang tinggi setelah terpapar cahaya biru diandaikan dengan gas yang berada di pompa, tetapi tidak masuk ke dalam mobil." Penelitian sebelumnya juga menemukan lalat buah yang terpapar cahaya "menghidupkan" gen pelindung stres.
Penemuan meresahkan lainnya adalah bahwa molekul yang bertanggung jawab untuk komunikasi antar-neuron, seperti glutamat, berada pada tingkat yang lebih rendah setelah paparan cahaya biru. Perubahan itu menunjukkan bahwa sel-sel beroperasi pada tingkat suboptimal yang artinya bisa mempercepat penuaan dan menyebabkan kematian dini.
"Sinyal kimia dalam sel lalat dan manusia sama, sehingga ada potensi efek negatif blue light pada manusia," jelas Prof Giebultowicz.
Karena itu, Giebultowicz menyarankan agar setiap individu mengatur durasi penggunaan gawai dan alat elektronik agar paparan sinar biru bisa sesedikit mungkin. Apalagi, jam tubuh manusia sebenarnya peka terhadap cahaya khusus di mata untuk mengukur kecerahan, yang disebut melanopsin.
Advertisement
Kerusakan Sel
Para peneliti berharap untuk mempelajari efek langsung pada sel manusia di masa depan. "Kami menggunakan cahaya biru yang cukup kuat pada lalat - manusia terpapar cahaya yang kurang intens, sehingga kerusakan sel mungkin kurang dramatis."
"Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian masa depan yang melibatkan sel manusia diperlukan untuk menetapkan sejauh mana sel manusia dapat menunjukkan perubahan serupa dalam metabolit yang terlibat dalam produksi energi sebagai respons terhadap paparan cahaya biru yang berlebihan," ucap dia.
Kesimpulan serupa juga pernah disampaikan Dewi, staf Research and Development, PT. Kosmetika Global Indonesia. Perangkat seperti laptop, telepon, tablet, TV dan bahkan bola lampu LED yang memancarkan sinar biru berdampak buruk bagi kulit wajah jika terlalu lama.
Paparan cahaya biru bahkan lebih bermasalah bagi orang yang memiliki kulit berwarna," ucap Dewi, dikutip dari kanal Citizen Liputan6.com
Dalam sebuah studi 2010 yang diterbitkan dalam The Journal of Investigative Dermatology, sinar biru terbukti menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit warna sedang hingga gelap, sementara untuk kulit yang lebih terang relatif tidak terpengaruh. Pengaruh buruk sinar blue light bisa merangsang produksi radikal bebas di kulit, yang dapat mempercepat munculnya penuaan.
Cahaya Redup
Berlawanan dengan kepercayaan umum, sinar biru mungkin tidak mengganggu pola tidur kita seperti yang diperkirakan, menurut para ilmuwan University of Manchester di Inggris. Menggunakan lampu redup yang lebih dingin di malam hari dan lampu yang lebih terang di siang hari mungkin lebih bermanfaat bagi kesehatan kita.
Senja lebih redup dan lebih biru daripada siang hari dan jam tubuh menggunakan kedua fitur tersebut untuk menentukan waktu yang tepat untuk tidur dan bangun. Anda bisa memanfaatkan teknologi saat ini yang dirancang untuk membatasi paparan cahaya biru pada malam hari, misalnya dengan mengubah warna layar pada perangkat seluler.
Perubahan kecil dalam kecerahan blue light yang dihasilkan bisa disertai dengan warna yang lebih menyerupai malam atau siang hari. Penelitian yang dilakukan pada tikus, menggunakan pencahayaan yang dirancang khusus memungkinkan untuk menyesuaikan warna tanpa mengubah kecerahan menunjukkan warna biru menghasilkan efek yang lebih lemah pada jam tubuh tikus daripada warna kuning cerah.
Temuan tersebut, memiliki implikasi penting untuk desain pencahayaan dan tampilan visual yang dimaksudkan untuk memastikan pola tidur dan kewaspadaan yang sehat. Studi ini dipublikasikan di Current Biology dan didanai oleh UK Biotechnology and Biological Sciences Research Council.
Advertisement