Liputan6.com, Jakarta PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyampaikan mengenai proyek smelter aluminium di Kalimantan Utara (Kaltara). Untuk fase pertama, proyek tersebut memiliki kapasitas produksi 500.000 ton per tahun, diperkirakan mulai beroperasi pada 2025.
ADMR menjelaskan mengenai rencana pengembangan bisnis aluminium sebagai salah satu material dalam pembuatan kendaraan listrik. Dengan ADMR yang berfokus pada bisnis terkait mineral, terdapat potensi besar pada bisnis aluminium yang akan mendukung pertumbuhan Grup Adaro ke depan.
Advertisement
Direktur Adaro Minerals, Heri Gunawan optimistis terkait pendapatan yang dapat dihasilkan dari proyek aluminium bisa mengimbangi dari batu bara kokas keras (hard coking coal).
“Saat ini revenue dari ADMR hampir 100 persen dari coal, ke depannya untuk aluminium kita mungkin baru bisa merasakan pada 2025. Kalau kita sampaikan sekarang masih terlalu dini, tetapi kami yakin akan signifikan dan dapat mengimbangi kontribusi dari coal,” ujar Heri dalam acara Pubex Live secara virtual, Selasa (13/9/2022).
Heri juga mengungkapkan untuk proyek pembangunan smelter aluminium telah menyiapkan capex cukup besar yang berasal dari pinjaman, ekuitas, dana internal perusahaan, dan rekan perusahaan.
“Kita sedang dalam proses finalisasi kurang lebih pembagiannya 30 sampai 40 persen dari ekuitas dan 60 sampai 70 persen dari pihak bank,” ungkap Heri.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Target Pasar dan Produksi Aluminium
Adapun direktur Adaro Minerals, Wito Krisnahadi menjelaskan target produksi aluminium akan berjumlah 1 juta ton aluminium ingot untuk jenis brown aluminium. Sedangkan ada sekitar 500 ribu ton untuk jenis green aluminium.
Selain itu, untuk target pasar, ADMR menargetkan pasar domestik dan ekspor ke berbagai negara tetangga baik dengan perdagangan atau langsung mengarah pada industri.
“Kami menargetkan pasar domestik karena di Indonesia sendiri saat ini masih membutuhkan impor dari luar karena demand aluminium di Indonesia sekitar 800 ribu hingga 1 juta ton dalam setahun. Kami disini berusaha untuk mengurangi kebutuhan impor Indonesia,” pungkas Wito.
Advertisement
Adaro Minerals Jadi Pendatang Baru Pertama di BEI pada 2022
Diberitakan sebelumnya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk akan menjadi perusahaan tercatat pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2022. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk akan mencatatkan saham perdana di papan pengembangan BEI dengan kode saham ADMR, Senin (3/1/2022).
Mengutip laman BEI, PT Adaro Minerals Tbk mencatatkan saham sebanyak 40.882.331.500 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Rincian saham yang dicatatkan antara lain saham pendiri 34.275.250.000 saham dan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) 6.607.081.500 saham. Harga penawaran saham Rp 100 per saham.
Sebelumnya perseroan menyatakan, apabila terjadi kelebihan pemesanan pada penjatahan terpusat, sumber efek yang akan digunakan untuk memenuhi ketentuan penyesuaian alokasi efek untuk porsi penjatahan terpusat sebanyak-banyaknya 558.501.500 dengan nilai nominal Rp 100.
Jumlah saham yang ditawarkan itu mewakili sebanyak-banyaknya 1,37 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh per saham. Dengan demikian, perseroan peroleh dana IPO Rp 660,70 miliar.
Dana IPO
Rencana pemakaian dana IPO antara lain sekitar 58,83 persen untuk keperluan pemberian pinjaman kepada anak usaha PT Maruwai Coal (MC) untuk belanja modal.
Belanja modal itu antara lain perbaikan dan peningkatan kapasitas infrastruktur pertambangan batu bara, infrastruktur pendukung seiring meningkatnya produksi batu bara dan biaya eksplorasi untuk keperluan pengembangan teknik penambangan di Lampunut pada 2022-2023.
"Sisanya akan digunakan untuk membayar kembali sebagian pokok atas pinjaman perseroan dari PT Adaro Energy Tbk,” tulis perseroan.
Advertisement