Triniti Land Kantongi Prapenjualan Rp 624 Miliar hingga Agustus 2022

Pencapaian prapenjualan Triniti Land hingga Agustus 2022 sudah melampaui perolehan 2021 sebesar Rp 492,3 miliar.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Sep 2022, 14:30 WIB
Proyek Triniti Land terbaru di Sentul, Sequoia Hills (Foto: Triniti Land)

Liputan6.com, Jakarta - PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau disebut Triniti Land mencatatkan marketing revenue atau prapenjualan Rp 624,2 miliar hingga Agustus 2022.

Mengutip keterangan tertulis perseroan, ditulis Selasa (13/9/2022), pencapaian prapenjualan hingga Agustus 2022 sudah melampaui perolehan 2021 sebesar Rp 492,3 miliar. Prapenjualan Triniti Land tersebut naik 26 persen.

Prapenjualan ini sudah mencapai 69,3 persen dari target tahunan perseroan hingga akhir 2022 sebesar Rp 900 miliar. Bahkan perseroan prediksi hingga akhir tahun dapat mencatat prapenjualan hingga Rp 1,05 triliun. Prapenjualan itu naik 220 persen dibandingkan prapenjualan pada 2021.

Presiden Direktur & CEO Triniti Land (PT Perintis Triniti Properti Tbk), Ishak Chandra menuturkan, setelah 2.5 tahun tidak bisa membukukan pendapatan sama sekali, sehingga mengharapkan akhir tahun 2022 ini bisa membukukan pendapatan dan keuntungan karena proses serah terima Collins Boulevard sudah dimulai sejak September 2022.

“Kontribusi marketing revenue Perseroan terutama diperoleh dari proyek terbaru Perseroan yang berlokasi di Sentul, Sequoia Hills sebesar Rp 300,2 miliar. Kontribusi ini setara dengan 48 persen dari seluruh Marketing Revenue Perseroan hingga Agustus 2022,” kata dia.

Sementara itu Proyek Collins Boulevard memiliki kontribusi sebesar 24 persen bagi seluruh pendapatan Perseroan pada 2022.

 

 


Belum Bisa Dicatatkan karena PSAK 72

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Meski mencatatkan prapenjualan yang sesuai target, pendapatan Perseroan belum bisa dibukukan sejak 2020 yang lalu karena implementasi PSAK 72. Pencatatan Penjualan baru dapat dilakukan setelah serah terima unit. Saat ini kebanyakan proyek Perseroan sedang dalam tahap pembangunan, sehingga Perseroan belum dapat mencatatnya sebagai pendapatan sejak 2020 hingga semester I 2022.

“Kerugian Perseroan sebesar Rp 29,36 miliar saat ini, bukan dikarenakan utang yang menumpuk terlebih karena Debt to Equity Ratio (DER) Perseroan masih memiliki kemampuan pembayaran yang cukup baik,” tutur dia.

Sementara itu, peningkatan liabilitas dikarenakan penjualan perseroan pada 2022 yang naik tinggi, sehingga uang muka pelanggan masuk ke dalam komponen utang lancar.

“Karena Perseroan belum dapat membukukan sebagai pendapatan, sehingga posisinya  masih di uang muka,” ujar dia.

Ishak menambahkan, Pendapatan Perseroan diprediksi sudah bisa dicatatkan mulai kuartal III-2022 karena sudah dimulainya serah terima unit Collins Boulevard secara bertahap yang dimulai pada Agustus 2022. Hal ini diprediksi akan membuat laporan keuangan Perseroan sepanjang 2022 mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba yang signifikan dikarenakan Perseroan sudah dapat mengakui penjualan.


Triniti Land Bidik Prapenjualan Rp 1 Triliun hingga Akhir 2022

Salah satu proyek PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau Triniti Land (Dok: Perintis Triniti Properti)

Sebelumnya, PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) mengincar marketing sales atau prapenjualan hingga Rp 1 triliun sampai akhir 2022.

Direktur Utama PT Perintis Triniti Properti Tbk, Ishak Chandra mengatakan, keyakinan itu merujuk pada marketing sales beberapa bulan terakhir yang berhasil dicatatkan rata-rata Rp 100 miliar tiap bulan.

"Target akhir tahun ini kita expect kurang lebih Rp 1 triliun untuk market sales kita,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Senin (18/7/2022).

Sampai dengan paruh pertama tahun ini, perseroan telah mencatatkan marketing sales sebesar Rp 382,05 miliar atau meningkat 22,13 persen dari tahun sebelumnya.

 


Proyek Selanjutnya

PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau Triniti Land (Foto: Triniti Land)

Proyek Sequoia Hills merupakan kontributor utama bagi marketing sales perseroan, yakni sebesar 39,06 persen atau Rp 149,2 miliar. Ishak juga cukup optimistis mengenai prospek industri properti di tengah tren inflasi dan resesi global. Dia menuturkan, dalam situasi ketidakpastian ekonomi tinggi, aset investasi di sektor ini dinilai cukup aman.

"Inflasi di AS dan beberapa negara tinggi. Menurut saya, investasi yang tahan inflasi cuma dua. Emas dan properti,” imbuh Ishak.

Ke depan, perseroan akan terus melakukan pengembangan-pengembangan proyek di berbagai wilayah di Indonesia seperti Lampung, Sentul dan juga Tanamori Labuan Bajo. Ketiga proyek baru ini diharapkan dapat menopang bisnis Perseroan hingga 10 tahun ke depan dengan total Gross Development Value sebesar Rp 27 triliun.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya