Suku Bunga Naik, Inflasi Bakal Sentuh hingga 7 Persen

Kenaikan harga BBM sebesar 30 persen turut andil dalam angka inflasi setahun ke depan. Bank Indonesia akan dongkrak suku bunga 200 basis poin setahun ke depan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 27 Sep 2022, 11:09 WIB
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal menaikkan suku bunga hingga 200 bps dalam satu tahun ke depan. Hal ini menyusul inflasi yang diperkirakan masih tinggi hingga tahun depan.

Head of Research/Portfolio Manager PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR), Herman Koeswanto CFA memperkirakan, kenaikan harga BBM sebesar 30 persen turut andil dalam angka inflasi setahun ke depan.

"Kalau dari perhitungan kita, estimasi dampak dari kenaikkan BBM 30 persen bisa menambah 150–200 bps ke baseline dari ekspektasi inflasi. Sementara estimasi kita pada indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) akan naik di kisaran 6-7 persen dari tadinya 4–5 persen,” terang Herman dalam Money Buzz, Selasa (13/9/2022).

Herman menambahkan, tren kenaikan inflasi ini merujuk pada base effect yang akan terus naik sampai dengan paruh pertama tahun depan. Kemudian pada paruh selanjutnya akan mulai landai dan kembali pada kisaran 4 persen. Bersamaan dengan itu, bank sentral, termasuk Bank Indonesia (BI) mengambil kebijakan untuk menyesuaikan suku bunga demi meredam inflasi.

Hermat mengatakan, untuk menjaga kebijakan moneter itu supaya dianggap lebih pruden, bank sentral harus menjaga jarak antara obligasi Indonesia dan imbal hasil obligasi AS. Bank sentral juga akan mempertimbangkan penyesuaian suku bunga merujuk pada perkembangan inflasi.

“Namun pada akhirnya ini akan kembali pada supply dan demand di pasar obligasi. Kita memang sudah memperkirakan bahwa BI akan menaikkan dalam 1 tahun ke depan itu minimal 150 sampai 200 bps untuk mempertahankan spread yang tadi,” imbuh Herman.

 


Bank Indonesia Minta Bank Tak Buru-Buru Naikkan Suku Bunga

Ilustrasi Bank

Sebelumnya, Bank Indonesia telah memutuskan suku bunga acuan naik menjadi 3,75 persen. Deputi Gubernur Bank Indonesia , Dodi Budi Waluyo meminta realisasi kenaikan suku bunga di perbankan tetap memperhatikan situasi perekonomian.

"(Penyesuaian suku bunga) kembali ke perbankan, kita harapkan perbankan melihat secara lengkap konteksnya," kata Budi saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (26/8/2022).

Meski suku bunga acuan sudah naik, Dodi meminta perbankan tidak terlalu cepat melakukan penyesuaian. Kenaikan suku bunga di perbankan harus bisa menjaga agar tidak menganggu pertumbuhan ekonomi. Mengingat likuiditas di perbankan masih baik.

"Tentunya konteks kita tidak akan menggangu pertumbuhan dalam melihat hal itu karena likuiditas itu sangat ample," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Bank Indoneia menaikkan suku bunga karena melihat tren pemulihan ekonomi yang cukup kuat dalam 7 bulan terakhir. Namun di sisi lain, pemulihan ekonomi yang kuat ini justru berdampak pada kenaikan harga-harga.

"Tren kenaikan harga-harga yang kemungkinan menimbulkan dampak rembesan ke kita, pasti ini juga dihitung BI. Termasuk sisi neraca pembayaran dan nilai tukar," kata dia.

Sehingga dia menegaskan, Bank Indonesia telah mengambil keputusan yang bisa dilakukan sebagai bank sentral untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kebijakan makroprudensialnya.

"Itu pasti keputusan uang dilakukan BI suda membuat perhitungan terbaik dari berbagai faktor, sama seperti pemerintah, pasti banyak perhitungan," tandasnya.


Suku Bunga Acuan Naik ke 3,75 Persen, Sri Mulyani: Kita Hormati Keputusan BI

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank ikut berperan dalam kegiatan UMKM Week 2022 yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan

Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 basis poin (bps), dari sebelumnya 3,50 persen menjadi 3,75 persen. Dengan demikian, suku bunga acuan yang terjaga di level 3,5 persen selama 18 bulan sejak Februari 2021 resmi berakhir.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Selasa (23/8).

Menanggapi itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghormati keputusan yang diambil dewan gubernur bank sentral. Dia menilai, Bank Indonesia pasti sudah melakukan perhitungan yang cermat akan dampak yang ditimbulkan dari kenaikan suku bunga acuan.

"Kita hormati keputusan BI. Waktu dan levelnya BI pasti sudah menghitung," kata Sri Mulyani di Kompleks DPR-MPR, Jakarta, Selasa (23/8/2022).

 


Selanjutnya

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, dalam webinar Recovery and Resilience: Spotlight on Asean Business, Senin (12/9/2022).

Bendahara negara ini memperkirakan kenaikan suku bunga bank sentral karena melihat tren pemulihan ekonomi yang cukup kuat dalam 7 bulan terakhir. Namun di sisi lain, pemulihan ekonomi yang kuat ini justru berdampak pada kenaikan harga-harga.

"Tren kenaikan harga-harga yang kemungkinan menimbulkan dampak rembesan ke kita, pasti ini juga dihitung BI. Termasuk sisi neraca pembayaran dan nilai tukar," kata dia.

Sehingga dia menegaskan, Bank Indonesia telah mengambil keputusan yang bisa dilakukan sebagai bank sentral untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kebijakan makroprudensialnya.

"Itu pasti keputusan uang dilakukan BI suda membuat perhitungan terbaik dari berbagai faktor, sama seperti pemerintah, pasti banyak perhitungan," kata dia mengakhiri.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya