Liputan6.com, Jakarta - Sudah rahasia umum penggunaan alat makan sekali pakai meningkat drastis selama pandemi Covid-19 Hal itu membuat Korea Selatan mencatatkan rekor tertinggi penggunaan cangkir kertas atau cangkir sekali pakai di Korea Selatan.
Menurut sebuah laporan pada Selasa, 13 September 2022, konsumsi cangkir kertas di jaringan kafe dan restoran cepat saji di negara tersebut mencapai angka tertinggi sepanjang masa, yaitu lebih dari 1 miliar. Informasi itu berasal dari Kementerian Lingkungan Hidup yang kemudian diumumkan oleh perwakilan Partai Kekuatan Rakyat yang sedang berkuasa di Korea Selatan, Lee Joo-hwan.
Baca Juga
Advertisement
Ia mengungkapkan, melansir Korea Times, Selasa, 13 September 2022, jumlah konsumsi cangkir plastik sekali pakai dan cangkir kertas di jaringan 14 kafe besar dan empat brand restoran cepat saji antara 2017 dan 2021, termasuk Starbucks dan McDonald’s mencapai angka lebih dari 4-34 miliar. Rata-rata konsumsi cangkir sekali pakai di gerai-gerai tersebut mencapai angka 784, 8 juta pada periode 2017--2019.
Saat pandemi melanda, jumlahnya meningkat menjadi 995,5 juta selama periode 2020 sampai 2021. Konsumsi tahunan pada 2021, naik menjadi 1,02 miliar buah. Di tahun ini, sampai dengan enam bulan pertama jumlah konsumsi cangkir sekali pakai itu sudah mencapai angka 534,9 juta. Dari semua cangkir sekali pakai yang digunakan selama lima tahun terakhir, hanya 27,5 persen atau sekitar 1,2 miliar yang dikembalikan ke gerai-gerai tersebut untuk didaur ulang.
Berbagai usaha pun dilakukan untuk meningkatkan jumlah cangkir sekali pakai yang didaur ulang. Salah satu program yang dilakukan adalah mewajibkan pengunjung kafe atau resto cepat saji yang membeli minuman menggunakan cangkir sekali pakai akan dikenakan biaya tambahan sebesar 300 won atau sekitar Rp3 ribu per buah. Biaya tambahan itu bisa didapatkan kembali bila mereka membawa kembali cangkir tersebut untuk didaur ulang.
Menunda Kebijakan
Namun sekitar tiga pekan sebelum kebijakan itu akan diberlakukan, Kementerian Lingkungan Hidup menunda kebijakan tersebut atas permintaan Partai Kekuatan Rakyat dan para operator kafe. Skema kebijakan itu rencananya akan diterapkan mulai 2 Desember 2022.
Kondisi tak jauh beda ternyata juga terjadi di Jepang. Selama ini, kita mungkin mengenal Jepang sebagai salah satu negara yang bersih, yang rasanya sulit menemukan sampah di jalanan. Faktanya, Jepang menghasilkan sampah cangkir kopi sekali pakai dengan jumlah yang sangat besar, yaitu 369,5 juta pada 2020.
Jumlah itu kira-kira setara dengan satu juta sampah cangkir kopi sekali pakai dalam sehari. Angka-angka tersebut diungkapkan dalam sebuah studi baru-baru ini oleh Greenpeace Jepang, sebuah kelompok konservasi lingkungan yang menghadapi masalah lingkungan global.
Melansir Timeout, Selasa, 13 September 2022, studi ini menyurvei penggunaan cangkir kopi sekali pakai di sembilan kedai kopi utama di Jepang, yaitu Starbucks Coffee Japan, Tully's Coffee, Pronto, Doutor, Caffe Veloce, Excelsior Caffe, Ueshima Coffee House, Cafe de Crie, dan Komeda's Coffee.
Advertisement
Gelas Multifungsi
Sebuah solusi dihadirkan perusahaan rintisan di Polandia, Picup, lewat inovasi gelas yang multifungsi. Dikutip dari laman picup.pl, produk didefinisikan sebagai cangkir kertas yang sepenuhnya dapat terurai secara alami.
Bagian dalam gelas ditutupi bahan tanaman yang tidak dimodifikasi secara genetik yang dikenal sebagai PLA. Di dasar cangkir dilapisi filter untuk mencegah ampas kopi atau teh bergerak ke bagian atas. "Filter kami seluruhnya terbuat dari bahan nabati alami - pisang, dan lebih khusus lagi campuran abaca - serat tahan lama yang diekstraksi dari pelepah daun pisang Manila," demikian penjelasan dalam situs tersebut.
Filter tersebut sangat tipis sehingga saat air panas dituangkan, konsumen tak bisa melihat lapisannya. Meski begitu, filter itu disebut sangat tahan lama sehingga bisa dipakai beberapa kali. Picup mengklaim sebagai produsen gelas kertas pertama di Eropa yang bersifat ramah lingkungan. Usaha mengurangi pengunaan cangkir sekali pakai juga berusaha dilakukan Starbucks.
Kondisi ini disebabkan karena gelas Starbucks tersebut hanya sekali pakai. Saat dibuang, gelas kopi itu akan mengotori Bumi karena berakhir di tempat pembuangan sampah atau sebagai sampah di jalan-jalan dan saluran air. Beberapa gelas kopi ini mungkin didaur ulang, namun itu bukanlah pilihan yang sempurna.
Peminjaman Mug
Menurut Michael Kobori, Kepala Keberlanjutan Starbucks, seperti dilansir dari CNN, Rabu (16/3/2022), barang-barang yang dapat didaur ulang masih berakhir di tempat pembuangan sampah. "Solusi terbaiknya adalah menghilangkan gelas sekali pakai," ucap Kobori.
Pada 2025, perusahaan ini ingin setiap pelanggan dapat menggunakan mug mereka sendiri atau meminjam gelas atau mug yang dapat digunakan kembali dari Starbucks lokal. Itu bisa berarti meluncurkan lebih banyak program peminjaman mug yang membutuhkan deposit.
Mereka berencana, pada akhir 2023 untuk membiarkan pelanggan menggunakan mug pribadi di setiap Starbucks di Amerika Serikat dan Kanada, bahkan jika mereka memesan terlebih dahulu atau menggunakan drive-thru. Secara perlahan, mereka ingin membuat penggunaan kertas dan gelas plastik menjadi kurang menarik di mata konsumen.
Menurut Michael Kobori, perubahan radikal bukan opsi tepat. Alasannya, sebagian besar pelanggan Starbucks terbiasa dengan opsi sekali pakai yang instan, sedangkan perusahaan punya rencana yang lebih ramah lingkungan. Secara perlahan, mereka ingin membuat penggunaan kertas dan gelas plastik menjadi kurang menarik di mata konsumen.
Advertisement