Inilah 3 Agenda Utama Hasil Identifikasi B20 dan L20 di Bali

Dilakuka Joint Statement antara Labour 20 (L20) dan Business 20 (B20), yang berlangsung di rangkaian G20 Labour and Employment Ministers Meeting (G20 LEMM).

oleh Tira Santia diperbarui 14 Sep 2022, 09:40 WIB
Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah di acara G20 Labour and employment ministers networking, Rabu (14/9/2022). Liputan6.com/Tira Santia

Liputan6.com, Bali - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyambut baik Joint Statement antara Labour 20 (L20) dan Business 20 (B20), yang berlangsung di rangkaian G20 Labour and Employment Ministers Meeting (G20 LEMM).

B20 bersama L20 telah mengidentifikasi sejumlah isu yang mengemuka dan perlu diatasi bersama melalui 3 agenda utama yaitu pekerjaan yang produktif, modern, dan layak; mendukung perusahaan berkelanjutan untuk menciptakan kondisi upah yang layak.

Serta menciptakan kebijakan perusahaan yang non diskriminatif dan mendukung kesetaraan gender dalam perusahaan baik di Indonesia maupun global.

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, pun mengapresiasi joint statement antara B20 dan L20 yang sejalan dengan isu-isu Employment Working Group yang telah dibahas oleh tim kita sejak awal Maret lalu.

"Saya yakin ini akan memberikan dampak yang baik di tingkat nasional dan global untuk menghadapi tantangan tenaga kerja di tengah situasi yang tidak pasti," kata Menaker Ida, dalam sambutannya di acara G20 Labour and employment ministers networking, Rabu (14/9/2022).

Dalam kesempatan yang sama, Chair of B20 Indonesia, Shinta Kamdani, mengatakan, dalam rangka mendukung G20, B20 berkomitmen untuk berkontribusi memperbaiki kondisi ketenagakerjaan global melalui konsensus bersama dalam rangka menciptakan pertumbuhan yang inclusive, innovative, dan collaborative.

"B20 dan L20 telah berkolaborasi erat untuk mengatasi tantangan global dan geopolitical melalui penyusunan rekomendasi tripartit dalam rangka mendorong reformasi kondisi ketenagakerjaan yang lebih baik, khususnya untuk mengatasi kesenjangan peluang dan kondisi tenaga kerja antara negara maju dan berkembang," kata Shinta Kamdani.

 


Kunci

Arsitektur kesehatan global, transformasi digital, serta transisi ekonomi berkelanjutan diprioritaskan dalam G20.

D isisi lain, Ketua Umum KADIN, Arsjad Rasjid, mengatakan, salah satu kunci menghadapi era digitalisasi adalah inklusivitas gender, mengingat perbaikan kesetaraan gender berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi global sebesar USD 14 triliun pada tahun 2030.

"Untuk itu, B20 melalui Women in Business Action Council menaruh perhatian besar pada isu kesetaraan gender, melalui legacy One Global Women Empowerment yang mendukung perempuan di sektor bisnis melalui pemberdayaan, peningkatan kapasitas digital dan kebijakan yang berpihak pada lingkungan kerja yang aman dan setara," ujarnya.

B20 melalui The Future of Work and Education Task Force juga telah menghasilkan policy recommendation untuk memastikan akselerasi dalam menciptakan peluang kerja dan transisi pekerjaan, meningkatkan ketrampilan serta akses pendidikan.

"Legacy penting lainnya dari B20 adalah B20 Wiki, yang menjadi platform untuk meningkatkan kapasitas UMKM melalui cross-country collaborations dan digital transformation," pungkas Arsjad.

Infografis Indonesia Terima Tongkat Estafet Presidensi G20. (Liputan6.com/Trieyasni)

5 Hasil Kesepakatan Sementara G20 Ketenagakerjaan

Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi dalam r pertemuan Menteri Ketenagakerjaan G20 di Bali, Selasa (13/9/2022).

Terdapat 5 kesepakatan sementara yang dihasilkan melalui pertemuan keenam Kelompok Kerja Bidang Ketenagakerjaan G20 (The 6th G20 Employment Working Group/EWG Meeting), di Bali, Selasa (13/9/2022).

"Jadi, hari ini kita menutup pertemuan tingkat EWG, suatu kelompok kerja ketenagakerjaan yang memang kita menghasilkan naskag sementara adalah terkait dengan poin-poin yang menjadi bagian utama kita," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi di Bali.

Hasil kesepakatan sementara pertama, yakni membahas mengenai bagaimana G20 menciptakan lapangan kerja yang inklusif terutama memberikan kesempatan kepada para penyandang disabilitas untuk bisa berpartisipasi mendapatkan kesempatan kerja, yang sama dengan mereka yang tidak menyandang disabilitas.

"Jadi ini adalah salah satu yang menurut saya sebagai keberhasilan kita semua untuk menyepakati itu. Karena memang kalau yang terkait dengan penyandang disabilitas ini ada tiga hal yang menurut saya ini sangat penting dan merupakan legacy, warisan kita bersama," ujarnya.

Pembahasan kedua, yaitu bagaimana negara G20 memandang bahwa yang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ini adalah tugas dari masyarakat.

"Kita mendorong ada satu konsep yang kemarin itu istilahnya mereka akhirnya bingung, kita menawarkan pemahaman bahwa juga terminologi yang memang akhirnya mereka akan adopsi bahwa ada namanya vocational training yang memang itu dilakukan atau katakan dimiliki oleh masyarakat," ujarnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya