Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) buka suara terkait penolakan perpanjangan kontrak izin pertambangan oleh tiga Gubernur di Sulawesi.
Direktur Utama Vale Indonesia, Febriany Eddy mengatakan, pihaknya senantiasa terbuka dengan respons berbagai pihak. Meski begitu, perseroan yakin pemerintah akan berupaya menjaga kondusifitas iklim investasi di dalam negeri.
Advertisement
“Kalau penolakan, negara yang bebas berpendapat. Silahkan berpendapat, kami harap pemerintah terus dukung kalau ada kurangnya kami mohon diberi tahu dan perbaiki bersama,” kata Febri di Jakarta, Selasa (13/9/2022).
Perseroan menyadari, pembangunan berkelanjutan harus melibatkan tiga elemen yang terdiri dari pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. Untuk itu, pihaknya terbuka untuk melakukan dialog guna dapatkan konsensus untuk Rencana Induk Pengembangan Masyarakat (RIPM).
"Kalau tidak dirembukkan bersama-sama, maka akan ada tumpang tindih dan tak ada sinergi,” imbuh dia.
Di sisi lain, perseroan mengaku telah memberi cukup kontribusi kepada negara selama beroperasi di Indonesia. Dalam catatannya, dalam 10 tahun terakhir PT Vale Indonesia menyumbang pendapatan negara hingga Rp 16,6 triliun.
“Dari 10 tahun terakhir total penerimaan negara dan PNBP mencapai Rp 16,6 triliun. Pembayaran kami ikuti peraturan perpajakan dan ketentuan yang ada,” kata Febri.
Komitmen Perseroan
Selain itu, perseroan juga mengutamakan tenaga kerja dalam negeri, termasuk putra-putri daerah. Dari sekitar 9 ribu pekerja dan karyawan kontraktor, 99,7 persen merupakan WNI. Di mana 86,6 persen berasal dari Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
“Kami ini komit untuk sumber daya (manusia) lokal. Kami akui prosesnya tak sempurna, mungkin ada ruang untuk perbaikan. Untuk itu kami juga bersama siap dialog beri kami masukan dan kami bisa berbagi sama, sehingga jadinya efektif,” kata Febri.
Sebelumnya, tiga gubernur dari wilayah Sulawesi meminta konsesi lahan Vale dikembalikan kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) provinsi dan kabupaten/kota masing-masing. Tiga gubernur juga menyatakan sikap sepakat tidak akan memperpanjang izin kontrak karya PT Vale Indonesia Tbk.
Tiga gubernur itu yakni Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi dan Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Sekjen dan Plh Dirjen Minerba Kementerian ESDM RI dan RDPU oleh Panja Vale Komisi VII di Ruang Rapat Komisi VII DPR RI pada Kamis, 8 September 2022.
Advertisement
Vale Indonesia Bersama Taiyuan dan Shandong Resmi Garap Proyek Blok Bahodopi
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menandatangani perjanjian investasi proyek blok Bahodopi senilai USD 2,1 miliar atau sekitar Rp 31,3 triliun (kurs Rp 14.903 per USD).
Penandatanganan perjanjian dilakukan perseroan bersama Taiyuan Iron & Steel (Group) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada Selasa, 6 September 2022.
Nantinya tiga entitas itu akan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. Rencananya, perusahaan patungan disiapkan membangun fasilitas dengan delapan lini kapasitas pemrosesan feronikel tanur putar-listrik dan perkiraan produksi tahunan 73.000 metrik ton nikel, bersama dengan fasilitas pendukung.
“Estimasi biaya capex untuk investasi sekitar USD 2,1 miliar untuk pembangunan pabrik di mana di dalamnya termasuk USD 300 juta tambahan fasilitas LNG untuk kurangi emisi karbon,” ungkap CEO PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy di Jakarta, Selasa (6/9/2022).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto menargetkan 70 persen pembiayaan berasal dari pinjaman bank, sisanya 30 persen dari ekuitas masing-masing perusahaan. Adapun semua pihak setuju perseroan akan memiliki 49 persen dari ekuitas perusahaan patungan, sementara TISCO dan Xinhai melalui JV yang lain, akan genggam sisanya yakni 51 persen.
“Secara kepemilikan saham, Vale akan pegang 49 persen sementara partner kami 51 persen… Proses financing sekarang berjalan tapi kami targetkan 70:30. Di mana 70 persen dari pinjaman bank dan 30 persen dari masing-masing shareholder,” kata Bernard.
Kinerja Semester I 2022
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat kinerja positif sepanjang semester I 2022. Perseroan mencatat pertumbuhan penjualan dan laba selama enam bulan pertama 2022.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (31/7/2022), PT Vale Indonesia Tbk meraup pendapatan USD 564,53 juta atau sekitar Rp 8,42 triliun (asumsi kurs Rp 14.931 per dolar AS)pada semester I 2022. Pendapatan perseroan naik 36,05 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 414,94 juta atau sekitar Rp 6,19 triliun.
Beban pokok pendapatan naik 8,25 persen menjadi USD 356,31 juta pada semester I 2022 jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya USD 329,13 juta. Dengan demikian, laba bruto bertambah 142,65 persen menjadi USD 208,22 juta pada semester I 2022 jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya USD 85,80 juta.
Beban usaha naik menjadi USD 8,77 juta pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,05 juta. Pendapatan lainnya turun menjadi USD 1,19 juta dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,97 juta. Beban lainnya susut menjadi USD 5,12 juta pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 5,25 juta.
Advertisement
Kinerja Perseroan
Perseroan mencatat laba usaha USD 195,51 juta pada semester I 2022. Laba usaha tersebut naik 142,98 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya USD 80,46 juta. Dengan melihat kondisi itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 150,45 juta atau sekitar Rp 2,24 triliun.
Laba tersebut naik 155,93 persen jika dibandingkan periode semester I 2021 sebesar USD 58,78 juta atau sekitar Rp 877,74 miliar.
Melihat kondisi itu, laba per saham dan dilusi naik menjadi USD 0,0151 pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya USD 0,0059.
Total ekuitas naik menjadi USD 2,30 miliar pada Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar USD 2,15 miliar. Total liabilitas perseroan susut menjadi USD 312,29 juta hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar USD 318,36 juta.
Perseroan mencatat aset naik menjadi USD 2,61 miliar pada 30 Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar USD 2,47 miliar. Perseroan kantongi kas dan setara kas USD 585,92 juta hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar USD 508,32 juta.