Vladimir Putin dan Xi Jinping Bakal Diskusi Soal Isu Ukraina dan Taiwan

Pihak Kremlin mengatakan bahwa Putin dan Xi Jinping berencana diskusi mengenai isu Ukraina dan Taiwan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 14 Sep 2022, 16:02 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiahi Presiden China Xi Jinping sekotak besar es krim untuk ultah ke-66 (Sputnik / AFP PHOTO)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Xi Jinping akan membahas Ukraina dan Taiwan pada pertemuan di Uzbekistan pada Kamis (15 September) yang menurut Kremlin akan memiliki "signifikansi khusus" mengingat situasi geopolitik.

Dilansir Channel News Asia, Rabu (14/9/2022), Xi akan meninggalkan China untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun untuk perjalanan minggu ini ke Asia Tengah di mana dia akan bertemu Putin, hanya sebulan sebelum dia ditetapkan untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin China paling kuat sejak Mao Zedong.

"Para presiden akan membahas agenda bilateral dan topik utama regional dan internasional," kata ajudan Kremlin Yuri Ushakov pada briefing di Moskow.

"Tentu saja, mereka akan memberikan penilaian positif tentang tingkat kepercayaan tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kemitraan strategis bilateral," tambahnya.

Kemitraan "tanpa batas" yang semakin dalam antara negara adidaya China yang sedang bangkit dan raksasa sumber daya alam Rusia adalah perkembangan geopolitik yang disaksikan Barat dengan cemas.

Pertemuan itu akan memberi Xi kesempatan untuk menggarisbawahi pengaruhnya sementara Putin dapat menunjukkan kecenderungan Rusia terhadap Asia.

Selain kedua pemimpin dapat menunjukkan penentangan mereka terhadap Amerika Serikat seperti halnya Barat berusaha untuk menghukum Rusia atas apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.


Kerja Sama Dagang China-Rusia

Presiden China Xi Jinping (kiri) berjabat tangan erat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dalam sebuah pertemuan di Moskow (Xinhua)

China adalah pembeli minyak terbesar Rusia, salah satu sumber utama pendapatan untuk kas negara Moskow.

Rusia juga berusaha untuk meningkatkan penjualan gasnya ke China dan membangun jaringan pipa baru ke negara itu karena pasokan gasnya ke Eropa telah dibatasi secara signifikan di tengah kebuntuan di Ukraina.

Ushakov mengatakan Moskow menghargai posisi China terhadap apa yang disebutnya "krisis Ukraina", dengan mengatakan Beijing telah melakukan "pendekatan seimbang" terhadap konflik tersebut.


Pembahasan Putin dan Xi Jinping

Presiden Rusia Vladimir Putin didampingi Presiden China Xi Jinping saat melakukan kunjungannya di Aula Besar Rakyat, China (8/6). Presiden Xi menyebut hubungan China dan Rusia mampu menghadapi tantangan ekonomi dan diplomatik dari AS.(AP/Pool/ Greg Baker)

China "dengan jelas memahami alasan yang memaksa Rusia untuk meluncurkan operasi militer khusus. Masalah ini, tentu saja, akan dibahas secara menyeluruh selama pertemuan mendatang," kata Ushakov.

Pertemuan antara Xi dan Putin di Uzbekistan akan berlangsung di sela-sela KTT Organisasi Kerjasama Shanghai di kota kuno Jalur Sutra Samarkand di Uzbekistan.

Ushakov mengatakan tidak ada kesepakatan energi baru dengan China yang diharapkan akan ditandatangani di Uzbekistan.


Perjalanan Pertama Xi Pasca Pandemi

Presiden Rusia Vladimir Putin didampingi Presiden China Xi berjalan bersama saat upacara penyambutan di Aula Besar Rakyat di Beijing, China (8/6). Xi menambahkan, kedua negara juga saling mendukung kepentingan masing-masing. (AFP/Pool/ Greg Baker)

Xi melakukan perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak awal pandemi.

Xi juga sebenarnya sedang mengincar masa jabatan ketiga yang bersejarah, sementara hubungan Putin dengan Barat berada di titik terendah karena Ukraina.

Xi memulai perjalanan tiga harinya di Kazakhstan pada hari Rabu 14 Septemberu. Lalu Xi kemudian akan bertemu Putin pada hari Kamis di KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand, yang akan berlangsung dari 15-16 September.

Vladimir Putin juga akan bertemu dengan para pemimpin lain termasuk dari India, Pakistan, Turki dan Iran - tetapi pertemuannya dengan pemimpin China ‘sangat penting,’ kata juru bicara kebijakan luar negeri Kremlin Yuri Ushakov.

Dia mengatakan KTT itu berlangsung “dengan latar belakang perubahan politik skala besar”.

China dan Rusia telah lama berusaha untuk memposisikan SCO, yang didirikan pada tahun 2001 dengan empat negara Asia Tengah eks-Soviet, sebagai alternatif dari kelompok multilateral Barat.

Ini adalah pertemuan ke-2 bagi kedua pemimpin itu tahun ini, mereka terakhir bertemu pada Olimpiade Musim Dingin di Beijing pada bulan Februari 2022.

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya