Vale Indonesia Cetak Kinerja Keuangan Positif, Berpeluang Tebar Dividen?

Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto mengakui ada perbaikan kinerja perseroan pada semester I 2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Sep 2022, 21:13 WIB
Paparan publik PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Rabu (14/9/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan kinerja cemerlang pada paruh pertama tahun ini. Hingga Juni 2022, perseroan berhasil membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 150,45 juta atau sekitar Rp 2,24 triliun.

Capaian itu naik 155,93 persen jika dibandingkan periode semester I 2021 sebesar USD 58,78 juta atau sekitar Rp 877,74 miliar. Merujuk pada kinerja tersebut, apakah PT Vale Indonesia Tbk akan bagikan dividen?

Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto mengakui ada perbaikan kinerja perseroan pada semester I 2022. Meski begitu, perseroan belum bisa memastikan apakah ada pembagian dividen. Pasalnya, perseroan saat ini tengah garap tiga proyek pengembangan senilai USD 8,6 miliar di Sulawesi.

"Untuk dividen interim, kita harus betul-betul berhitung dan juga mengevaluasi kondisi dan proyeksi kas kita ke depan. Karena kan ada ada project-project yang harus kita danai, yang membutuhkan jumlah kas yang cukup banyak,” kata Anto dalam Public Expose Live 2022, Ranbu (14/9/2022).

Adapun proyek-proyek yang dimaksud antara lain, proyek Bahodopi dengan nilai investasi USD 2,5 miliar, proyek Sorowako senilai USD 2 miliar, dan proyek Pomalaa dengan investasi senilai USD 4,5 miliar. Perseroan tidak menutup kemungkinan untuk pembagian dividen, namun saat ini rencana tersebut perlu dikaji lebih lanjut.

“Kita harus melihat dan mengkaji baik-baik antara kebutuhan kas ke depan… Kita tidak menutup kemungkinan untuk membayarkan dividen, tapi kita harus sangat hati-hati dalam berhitung dan juga mengkaji semua kebutuhan kas terutama terkait proyek-proyek kami,” terang Anto.

 


Garap Tiga Proyek

Tambang Nikel PT Vale di Sorowako, Sulawesi Selatan (dok: Athika Rahma)

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (VALE) tengah garap proyek tiga proyek pengembangan di Sulawesi. Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto menyebutkan, nilai investasi dari tiga proyek tersebut mencapai USD 8,6 miliar atau sekitar Rp 128,2 triliun (kurs Rp 14.906 per USD).

“Tiga proyek pengembangan PT Vale dengan total nilai investasi lebih dari USD 8 miliar, ini akan dieksekusi bersama dengan partner,” kata pria yang akrab disapa Anto itu dalam Public Expose Live 2022, Rabu (14/9/2022).

Tiga proyek itu antara lain, proyek Bahodopi dengan investasi sebesar USD 2,5 miliar yang akan dialokasikan untuk tambang dan pabrik. Kapasitas produksi dari proyek ini diperkirakan mencapai 73—80 kilo ton nikel dalam feronikel, ditargetkan mulai dieksekusi tahun ini dan rampung pada 2025.

Proyek ini digarap perseroan bersama Taiyuan Iron & Steel (Group) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) usai penandatanganan perjanjian yang dilakukan para pihak pada 6 September 2022. Para pihak akan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah.

Mula-mula, Tisco dan Xinhai akan membentuk usaha patungan. Entitas JV milik Tisco dan Xinhai itu kemudian membentuk JV baru bersama PT Vale dengan target kepemilikan Vale sebesar 49 persen, sisanya 51 persen dimiliki oleh JV milik Tisco dan Xinha.

Selanjutnya proyek Sorowako, berupa pengembanagn smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Pabrik HPAL bar ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel dalam MHP.

 


Proyek Selanjutnya

Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Total investasi senilai USD 2 miliar. Perseroan telah menyepakati kerjasama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou) untuk proyek ini.

“Estimasi proyek kami perkirakan bisa dieksekusi mulai 2023 dan akan selesai pada 2026,” imbuh Anto.

Perseroan berencana untuk genggam 30 persen kepemilikan dari perusahaan patungan itu. Sementara sisanya akan dimiliki oleh Huayou atau entitas lain yang mungkin akan bergabung di kemudian hari.

Dengan mitra yang sama, perseroan juga akan membangun fasilitas pengolahan di Pomalaa. Pabrik yang dibangun akan menggunakan teknologi HPAL dengan kapasitas produksi tahunan 120.000 ton Nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MSP). Nilai investasi untuk proyek ini adalah sebesar USD 4,5 miliar dan ditargetkan rampung pada 2025.

Pada 21 Juli lalu, perseroan mengumumkan bahwa Ford Motor Co. bergabung ke Proyek Pomalaa. Sehingga target susunan pemegang saham akhir adalah PT Vale 30 persen, Huayou 53 persen dan Ford 17 persen.


Vale Indonesia Bersama Taiyuan dan Shandong Resmi Garap Proyek Blok Bahodopi

Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menandatangani perjanjian investasi proyek blok Bahodopi senilai USD 2,1 miliar atau sekitar Rp 31,3 triliun (kurs Rp 14.903 per USD).

Penandatanganan perjanjian dilakukan perseroan bersama Taiyuan Iron & Steel (Group) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada Selasa, 6 September 2022.

Nantinya tiga entitas itu akan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. Rencananya, perusahaan patungan disiapkan membangun fasilitas dengan delapan lini kapasitas pemrosesan feronikel tanur putar-listrik dan perkiraan produksi tahunan 73.000 metrik ton nikel, bersama dengan fasilitas pendukung.

“Estimasi biaya capex untuk investasi sekitar USD 2,1 miliar untuk pembangunan pabrik di mana di dalamnya termasuk USD 300 juta tambahan fasilitas LNG untuk kurangi emisi karbon,” ungkap CEO PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy di Jakarta, Selasa (6/9/2022).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto menargetkan 70 persen pembiayaan berasal dari pinjaman bank, sisanya 30 persen dari ekuitas masing-masing perusahaan. Adapun semua pihak setuju perseroan akan memiliki 49 persen dari ekuitas perusahaan patungan, sementara TISCO dan Xinhai melalui JV yang lain, akan genggam sisanya yakni 51 persen.

“Secara kepemilikan saham, Vale akan pegang 49 persen sementara partner kami 51 persen… Proses financing sekarang berjalan tapi kami targetkan 70:30. Di mana 70 persen dari pinjaman bank dan 30 persen dari masing-masing shareholder,” kata

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya