BSI Bidik Laba Tumbuh hingga 40 Persen pada Akhir 2022

Hingga paruh pertama tahun ini, BSI mengantongi laba bersih mencapai Rp2,13 triliun, tumbuh 41,31 persen dibanding periode yang sama tahun lalu

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Sep 2022, 16:33 WIB
Paparan publik BSI, Kamis (15/9/2022) (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI menargetkan pertumbuhan laba hingga 40 persen pada akhir tahun ini. Target itu sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, baik dari sisi pendapatan maupun penyaluran pembiayaan.

"Kita menargetkan tahun ini kita bisa konsisten tumbuh di angka 30 persen sampai 40 persen dibandingkan dengan tahun lalu,” kata Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho dalam Public Expose Live 2022, Kamis (15/9/2022).

Hingga paruh pertama tahun ini, BSI mengantongi laba bersih mencapai Rp2,13 triliun, tumbuh 41,31 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Ade menambahkan, driver utama kinerja perseroan hingga akhir tahun dari sisi pendapatan yakni berasal dari pertumbuhan pembiayaan atau kredit yang sehat dan sustain. Di mana pada peruh pertama 2022 telah mencapai Rp 191,29 triliun atau tumbuh 18,55 persen.

“Pembiayaan di Juni tercatat naik 18 persen, lebih tinggi dari proyeksi kita. Semoga ini memang ujungnya akan deliver revenue yang lebih baik,” imbuh dia.

Dari sisi cost, Ade mengatakan driver utamanya terkait pengelolaan cost of fund dan cost of credit yang seiring dengan booking pembiayaan yang makin sehat. Di mana pertumbuhan tabungan yang berhasil dihimpun perseroan hingga saat ini tercatat cukup baik siring dengan layanan yang kian matang.

Pada semester I 2022, perseroan mencatatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 244,66 triliun, tumbuh 13,07 persen dengan proporsi DPK didominasi oleh tabungan wadiah, giro dan deposito.

Tak hanya itu, perseroan juga terus genjot layanan digital perbankan. Per Juni 2022, user pengguna BSI Mobile mencapai 4,07 Juta user naik sebesar 81 persen secara yoy. Saat ini profil nasabah BSI sebanyak 97 persen telah beralih menggunakan e-channel untuk beraktivitas perbankan.

Transaksi kumulatif BSI Mobile per Juni 2022 mencapai 117,72 juta transaksi dan berkontribusi memberikan fee based income sebesar Rp 119 miliar.

 

 


Rencana Ekspansi BSI

Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI melempar sinyal rencana aksi korporasi berupa akuisisi bank syariah lain.

Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho mengatakan, aksi itu termasuk dalam rencana pertumbuhan anorganik perseroan.

“Iya itu benar (ada rencana akuisisi bank syariah lain),” kata Ade dalam Public Expose Live 2022, Kamis (15/9/2022).

Hal ini bak menyambung rencana Kementerian BUMN untuk melakukan integrasi antara BSI dengan Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN). Rencana itu dimaksudkan untuk memperkuat ekosistem layanan perbankan syariah di Tanah Air, juga sebagai amanat Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 59 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan UUS.

Ade menekankan, BSI memang memiliki dua core plan dalam menjalankan strategi utama perseroan. Yakni secara organik dengan memastikan pertumbuhan perusahaan agar memiliki daya saing sebanding dengan jajaran bank terbaik tanah air. Kedua, yakni BSI juga menempuh strategi anorganik, termasuk melakukan akuisisi dan merger.

 


Selanjutnya

Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

“Yang kedua, memang kita berpikir mengenai bagaimana bank bisa melakukan strategi anorganik. Tentu bukan hanya melalui proses akuisisi tapi juga perluasan layanan syariah financial syariah yang lengkap di Indonesia,” imbuh dia.

Ade menyampaikan, salah satu aksi korporasi yang diselesaikan perseroan yakni pembalian beberapa portofolio milik Bank Mandiri Taspen (Mantap) Aceh. BSI bekerja sama dengan Bank Mantap untuk melakukan konversi atau pengalihan pembiayaan pensiunan Nasabah Bank Mantap di Aceh dalam rangka mendukung Perda Qanun Aceh Nomor 11 tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah. Sebagai hasilnya, BSI terima pengalihan 3.600 nasabah Bank Mantap Aceh.

“Ke depan, yang paling penting BSI saat ini sudah memiliki kompetensi melakukan akuisisi dan merger. Saya rasa jadi bekal yang sangat kuat bagi BSI untuk melakukan pembelian, baik pembelian aset maupun akuisisi portofolio dari bank syariah lain yang align dengan strategi kita,” kata Ade.


Rencana Rights Issue BSI

Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, rencana rights issue PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI dinilai mampu meningkatkan likuiditas saham perusahaan.

Dalam aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 6 miliar saham baru. Perseroan akan meminta restu pemegang saham terkait aksi tersebut lewat RUPSLB yang akan digelar pada 23 September 2023. Ekonomi dan Praktisi Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mencermati BRIS sebagai bank dengan kapitalisasi besar. Dengan demikian, perusahaan memiliki tantangan karena harganya tidak memiliki sifat volatilitas.

"Untuk itu agar mendorong volatilitas lebih tinggi, rights issue itu menjadi salah satu jalan keluar, karena dengan adanya saham baru, berarti memiliki ruang, menawarkan ruang investor baru untuk memiliki saham, sehingga menambah jumlah saham beredar,” kata dia dalam keterangan resmi, Kamis (8/9/2022).

Dia berharap, penerbitan saham baru oleh BSI dapat dilakukan pada tahun ini. Dia menilai, sebagai bank yang diharapkan menjadi penyumbang bobot transaksi di Bursa Efek Indonesia, upaya menambah saham beredar sangat diperlukan. Sebagai informasi, saat ini pemegang saham publik di BSI hanya 7,08 persen atau masih di bawah ketentuan.

Sebanyak 92,93 persen sisanya dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya