Liputan6.com, Yogyakarta - Ada mitos yang berkembang di tengah masyarakat Desa Gedongrejo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri. Mitos tersebut merupakan mitos tentang tentang keberadaan bajul putih atau buaya putih dan ringin putih.
Keberadaan mitos tersebut menjadi pantangan bagi para pejabat untuk melintasi atau melewati kawasan tersebut. Konon, jika ada pejabat yang melewati kawasan tersebut maka akan celaka.
Kawasan ringin putih dan keberadaan bajul putih tersebut berada di Dusun Tirisan Desa Gedongrejo, Wonogiri, tepatnya di daerah yang dikenal dengan sebutan Sanding. Meskipun ringin tersebut sudah ditebang oleh para sesepuh desa, tetapi hal itu tidak menghilangkan mitos yang selama ini berkembang di masyarakat.
Baca Juga
Advertisement
Kawasan yang dulunya dipenuhi ringin putih itu kini menjadi lahan kosong. Hanya ada sejumlah pohon yang masih tumbuh di sana.
Tak jauh dari lokasi, terdapat sebuah selokan (kalen) besar yang diyakini sebagai tempat persembunyian buaya putih. Terdapat jembatan kecil yang menghubungkan Dusun Tirisan dengan Dusun Pasang dan Dusun Pancuran (Desa Gedongrejo) di selokan tersebut.
Jalan itu bisa tembus langsung ke Kecamatan Donorojo, Pacitan Jawa Timur, dengan jarak tempuh sekitar 2,7 kilometer. Diceritakan, dulunya di lokasi tersebut terdapat pohon ringin putih besar yang terletak di utara Kalaen (selokan) Sanding serta terdapat sejumlah ringin putih berukuran kecil.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Naik ke Daratan
Dulunya, kawasan tersebut merupakan sebuah kedung yang dihuni bajul putih dan beberapa ikan lele. Saat hujan, sering kali kawasan tersebut dilanda banjir yang membuat masyarakat sekitar merasa takut karena bajul putih akan naik ke daratan.
Ada beberapa kejadian yang berkembang yang akhirnya membuat masyarakat sekitar meyakini jika pejabat melintasi daerah Ringin Putih dan bajul putih bisa berakibat bahaya. Pada saat zaman brigade (perjuangan), ada pejabat pajak yang bertugas ke daerah tersebut.
Saat itu, ada sesepuh yang mengingatkan agar tidak melintasi kawasan tersebut. Namun, orang tersebut tetap nekat dan akhirnya saat perjalanan dikabarkan meninggal dunia. Sementara itu, terdapat cerita lain yang berkembang di masyarakat, yakni dahulu ada orang dari Bandung yang datang ke Gedongrejo. Saat itu, ia sudah diberi peringatan sesepuh agar tidak melintasi kawasan Ringin Putih, tetapi orang tersebut tetap nekat dengan alasan menjalankan tugas.
Saat perjalanan pulang ia diberi tawaran untuk meminum air degan (kelapa muda), tetapi ditolak. Saat perjalanan pulang, ia dikabarkan meninggal dunia.
Penebangan ringin putih
Pada 1980-an, Sesepuh Desa Gedongrejo, Rakino, bersama dengan Modin Gedongrejo menebang semua ringin putih yang ada di sana. Ada tiga lokasi keberadaan ringin putih, yakni satu tepat di utara Kalen Sanding dan dua lainnya berada di sebelah timur jalan sebelum masuk kawasan Kalen Sanding.
Lokasi pertama ringin putih merupakan yang paling dekat dengan keberadaan bajul putih. Tempat tersebut dulunya merupakan kedung.
Menurut Rakino, hanya dirinya dan modin saja yang berani menebang ringin putih tersebut, sehingga proses penebangan membutuhkan waktu hampir satu bulan. Kayu yang sudah ditebangi tersebut kemudian dijual.
Menurutnya, meski saat ini ringin putih sudah tidak ada, tetapi masyarakat masih meyakini jika bajul putih masih ada. Hanya saja, keberadaan bajul putih di kawasan itu tidak bisa dilihat oleh sembarang orang dan hanya orang-orang yang mau tirakat saja yang bisa melihatnya.
Menurut Rakino, hingga saat ini, belum ada pejabat yang melintasi kawasan tersebut. Kawasan itu pun saat ini sengaja dikosongkan.
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement