Kasus COVID-19 di Rusia Tembus 55 Ribu Sehari, Tertinggi Sejak Maret 2022

Kasus COVID-19 sedang melonjak lagi di Rusia hingga tembus 55 ribu kasus sehari.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 15 Sep 2022, 18:35 WIB
Anak-anak menyejukkan diri di air Sungai Neglinnaya saat menikmati penghujung hari yang panas di dekat Tembok Kremlin, Moskow, Rusia, 3 Juli 2022. Cuaca panas di Moskow datang dengan perkiraan suhu mencapai 30 derajat Celcius (86 Fahrenheit). (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

Liputan6.com, Moskow - Kasus COVID-19 sedang melonjak lagi di Rusia hingga tembus 55 ribu kasus sehari. Penambahan kasus Virus Corona ini adalah yang tertinggi di Rusia sejak Maret 2022. 

Pada Kamis (15/9/2022), media pemerintah Rusia, TASS, melaporkan ada 56.126 kasus baru COVID-19. Angka itu naik dari sehari sebelumnya, yakni 51.735 kasus.

Jumlah warga yang masuk rumah sakit karena COVID-19 sejumlah 4.108 pada sehari terakhir. Pasien yang masuk rumah sakit tercatat naik di 25 wilayah, serta ada penambahan kasus di 56 wilayah.

Ibu kota Moskow juga mencatat ribuan kasus baru COVID-19. Ada 9.079 kasus baru di kota tersebut, naik dari 8.610 kasus di hari sebelumnya. Sementara, kasus di St. Petersburg naik sedikit menjadi 3.635 kasus dibanding hari sebelumnya 3.623 kasus.

Angka kasus baru lebih tinggi ketimbang pasien sembuh. Jumlah pasien sembuh pada hari ini adalah 49.752 kasus. Untuk kasus kematian terbaru mencapai 99 orang. 

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Rusia berada di nomor empat dunia dalam jumlah kasus baru dalam 28 hari terakhir. Berikut daftar 10 negara/kawasan dengan kasus baru tertinggi dalam 28 hari terakhir dan total kasus selama pandemi:

1. Jepang: 4,2 juta kasus baru (total 20,3 juta)

2. Korea Selatan: 2,4 juta kasus baru (total 24,2 juta)

3. Amerika Serikat: 2,1 juta kasus baru (total 95,4 juta)

4. Rusia: 1,2 juta kasus baru (total 19,9 juta)

5. Jerman: 879 ribu kasus baru (total 32,6 juta)

6. Taiwan: 851 ribu kasus baru (total 5,8 juta)

7. Italia: 541 ribu kasus baru (total 22 juta)

8. Prancis: 523 ribu kasus baru (total 35 juta)

9. Brasil: 335 ribu kasus baru (total 34,5 juta)

10. China: 289 ribu kasus baru (total 2,6 juta)


Akhir COVID-19 Sudah di Depan Mata?

Kasus Covid-19. (pexels/ketutsubiyanto).

Pemimpin WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus merasa optimistis bahwa pandemi COVID-19 akan berakhir. Namun, ia mengingatkan pandemi belum selesai. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Kamis (15/9/2022), WHO meminta dunia mengambil kesempatan berkurangnya kasus COVID-19 untuk mengakhiri pandemi. 

Pekan lalu kasus-kasus baru dari virus corona, yang membunuh jutaan orang sejak pertama kali terdeteksi pada akhir 2019, telah jatuh ke tingkat terendahnya sejak Maret 2020, kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Kita belum pernah berada pada posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi,” ujarnya kepada wartawan. “Kita belum sampai, tapi akhir (pandemi) sudah di depan mata,” ujarnya.

Namun, dunia perlu meningkatkan upaya mereka untuk “merebut kesempatan ini,” tambahnya.

“Jika kita tidak mengambil kesempatan ini sekarang, kita berisiko melihat lebih banyak varian, kematian, gangguan dan ketidakpastian.”

Menurut laporan epidemiologi terbaru WHO terkait COVID-19, jumlah kasus yang dilaporkan jatuh 28% menjadi 3,1 juta pada pekan yang berakhir pada 11 September lalu, menyusul penurunan 12% seminggu sebelumnya.

Angka Tipu-Tipu?

Namun badan PBB itu telah memperingatkan bahwa anjloknya jumlah kasus itu bersifat menipu, karena banyak negara telah mengurangi tes COVID-19 dan mungkin tidak mendeteksi kasus-kasus yang tidak parah.

“Jumlah kasus yang dilaporkan kepada WHO, kita tahu itu di bawah jumlah sebenarnya,” kata ketua teknis COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove, kepada wartawan.

“Kami rasa lebih banyak kasus yang sebenarnya beredar daripada yang dilaporkan kepada kami,” ujarnya, memperingatkan bahwa virus itu “beredar pada tingkat yang sangat intens saat ini.”

Sejak awal pandemi, WHO telah mencatat lebih dari 605 juta kasus infeksi, dan sekitar 6,4 juta kasus kematian, meskipun kedua angka tersebut juga diyakini di bawah jumlah kasus sebenarnya.


Setelah Pandemi COVID-19 Selesai, PeduliLindungi Berubah Jadi Apa?

Berikut daftar lengkap kegiatan yang wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi selama PPKM. (dok.Fimela.com)

Sebelumnya dilaporkan, banyak pertanyaan muncul dari publik terkait aplikasi PeduliLindungi usai pandemi. Selama COVID-19 berlangsung, PeduliLindungi ikut andil dalam menangani pandemi, yang mana menyimpan status vaksinasi COVID-19 sampai tes COVID-19.

PeduliLindungi selepas pandemi COVID-19, ditegaskan oleh Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Setiaji, akan menjadi aplikasi layanan kesehatan masyarakat (citizen health app). 

"Jadi nanti, bukan soal COVID-19 saja. Tentunya, memastikan bahwa PeduliLindungi juga digunakan untuk penanganan penyakit lain. Ya, kan sayang sekali, lagi pula ekosistemnya sudah ada, database-nya juga sudah besar," jelas Setiaji menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat Press Conference: Pemanfaatan Rekam Medis Elektronik yang disiarkan dari Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, ditulis Selasa (13/9/2022).

"Penggunaannya juga 100 juta lebih. Daripada kami mengembangkan sistem baru dan aplikasi baru, kami akan menggunakan PeduliLindungi yang sudah dikenal dan menambah fiturnya di sana. Tujuan utamanya, sebenarnya lebih kepada menggunakan ekosistem yang sudah ada."

Dalam hal ini, pengembangan PeduliLindungi ke depan untuk layanan kesehatan lainnya. Masyarakat pun dapat terus menggunakan PeduliLindungi.

"Pada akhirnya ya PeduliLindungi akan selalu gunakan secara terus menerus, bukan hanya untuk COVID-19. Kemudian bisa digunakan juga untuk menangani apabila terjadi pandemi berikutnya. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi (pandemi)," terang Setiaji.


Penggunaan Harian Berkurang

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyebut penerapan aplikasi PeduliLindungi telah melanggar HAM. (Dok/Fimela.com).

Di sisi lain, penggunaan PeduliLindungi akhir-akhir ini terjadi penurunan. Selain itu, ditambah adanya kabar data aplikasi PeduliLindungi sempat hilang. Namun, hal ini dibantah oleh Setiaji yang juga Chief Digital Transformation Office Kemenkes RI.

Data masyarakat di aplikasi PeduliLindungi tidak hilang ataupun bocor, melainkan penggunaan hariannya berkurang. Ketika kasus COVID-19 sedang tinggi, penggunaan aplikasi bisa menembus angka 8 juta per hari.

Melihat kondisi sekarang dengan COVID-19 Tanah Air yang semakin terkendali walau tetap ada kenaikan kasus, penggunaan PeduliLindungi 2 - 3 juta per hari (60 juta sebulan).

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, aplikasi PeduliLindungi merupakan bentuk konsolidasi data yang baik. Sayangnya, 60 juta data pengguna di aplikasi PeduliLindungi tersebut hilang setelah kasus COVID-19 mengalami penurunan.

“PeduliLindungi kita pakai sampai 60 juta, tapi saat COVID-19 mulai hilang, hilang lagi itu data. Padahal, ini momentum yang luar biasa,” kata Erick saat acara 'Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 'Normalisasi Kebijakan Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia,' Rabu (7/9/2022).

Infografis 4 Cara Atasi Error Aplikasi PeduliLindungi (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya