Liputan6.com, Jakarta Hasil riset McKinsey melansir, sekitar 400 juta hingga 800 juta orang tenaga kerja akan tergantikan oleh teknologi dan adopsi digital. Hal ini akan berkontribusi pada era pekerjaan baru di tahun 2030.
Advertisement
Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid dalam G20 Labour and Employment Ministers’ Meeting (LEMM) yang mengambil tema Improving the Employment Conditions to Recover Together di Jimbaran, Bali, pada 13-14 September 2022, kemarin.
"Sekitar 75 juta hingga 375 juta orang mau tidak mau akan beralih pada pekerjaan baru dan memiliki keterampilan baru,” jelas Arsjad, dikutip Kamis (15/9/2022).
Lebih lanjut, Arsjad mengatakan salah satu kunci untuk mengatasi tantangan ini adalah inklusivitas gender, mengingat perbaikan kesetaraan gender berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi global sebesar USD 14 triliun pada tahun 2030.
B20 Indonesia, kata Arsjad, menaruh perhatian besar pada isu kesetaraan gender, melalui legacy One Global Women Empowerment (OGWE) yang mendukung pemberdayaan perempuan di sektor bisnis melalui peningkatan kapasitas digital dan lingkungan kerjayang aman dan setara.
“Selain itu, B20 The Future of Work and Education Task Force juga telah menghasilkan policy recommendation untuk memastikan akselerasi dalam menciptakan peluang dan transisi pekerjaan meningkatkan keterampilan serta akses pendidikan. Legacy penting lainnya dari B20 adalah B20 Wiki, yang menjadi platform untuk meningkatkan kapasitas UMKM melalui cross-country collaborations dan digital transformation,” jelas Arsjad.
G20 Labour and Employment Ministers’ Meeting (LEMM) merupakan bagian dari gelaran Presidensi G20 Indonesia bersama dengan beberapa engagement group yakni B20 Indonesia dan L20 Indonesia.
Pertemuan ini diadakan atas kolaborasi sejumlah mitra sosial Presidensi G20. Acara yang diinisiasi G20, dihadiri G20 LEMM Chair sekaligus Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, Ida Fauziyah, Ketua Umum Arsjad Rasjid, perwakilan International Organization of Employer (IOE) General Secretary, Roberto Suárez Santos, perwakilan International Trade Union Confederation (ITUC) yang General Secretary Sharan Burrow.
Perbaikin Kondisi Ketenagakerjaan
Dalam pernyataan bersama dengan L20, Chair of B20 Indonesia, Shinta Kamdani mengatakan B20 berkomitmen untuk berkontribusi memperbaiki kondisi ketenagakerjaan global melalui konsensus bersama dalam rangka menciptakan pertumbuhan yang inclusive, innovative dan collaborative.
B20 bersama L20 telah mengidentifikasi sejumlah isu yang perlu diatasi bersama melalui 3 agenda utamayakni pekerjaan yang produktif, modern dan layak; perusahaan berkelanjutan dan upah yang layak sertakebijakan perusahaan yang inklusif dan mendukung kesetaraan gender.
“B20 dan L20 sebagai engagement group G20 telah berkolaborasi erat untuk mengatasi tantangan globaldan geopolitical melalui penyusunan rekomendasi tripartit dalam rangka mendorong reformasi kondisi ketenagakerjaan yang lebih baik, khususnya untuk mengatasi kesenjangan peluang dan kondisi tenagakerja antara negara maju dan berkembang. Ini agar kita bisa pulih bersama untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dan masa depan dunia melalui kualitas ketenagakerjaan yang lebih resilien daninklusif,” terang Shinta.
Shinta menilai, investasi di bidang pendidikan dan akselerasi peningkatan adopsi teknologi digitalisasi juga menjadi krusial untuk menciptakan kondisi pekerjaan layak dan mendorong perusahaan yang berkelanjutan.
Kebijakan inovatif yang berpihak kepada UMKM dan sektor bisnis informal, sambung Shinta, juga perlu didorong untuk menciptakan kondisi ketenagakerjaan yang produktif, inklusif dan tangguh terutama di post-pandemic recovery.
Advertisement
Komitmen Bersama
Dalam kesempatan yang sama, General Secretary IOE, Roberto Suarez Santos mengatakan pertemuan ini bertujuan untuk mempresentasikan komitmen bersama pengusaha dan serikat pekerja atas tindakan konkret dalam mengatasi tantangan dan hambatan sektor ketenagakerjaan di masa depan serta dampakekonomi dari COVID terhadap kondisi pekerjaan dan ketenagakerjaan global.
"IOE merupakan suara bisnis global yang didirikan lebih dari 100 tahun lalu, bertujuan untuk melakukan kordinasi sektor bisnis di dalam ILO. Selama Presidensi G20 Indonesia, kami telah bekerja sama erat dengan B20 Indonesia. Kami merasa terhormat bahwa IOE akan menjadi Sekretariat OGWE, legacy penting Presidensi B20 Indonesia untuk memastikan koherensi dan konsistensi antara hasil kerja Presidensi B20 dan G20,” kata Roberto.
Selain pertemuan dengan mitra sosial, acara juga dihadiri menteri serta perwakilan kementerian yang menangani urusan ketenagakerjaan dari negara G20, perwakilan organisasi global dan regional seperti International Labour Organization (ILO), World Bank, International Social Security Association (ISSA), OECD DELSA, Islamic Development Bank (IDB), Asean, Pacific Island Forum (PIF).