Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, seperti Pertalite, Pertamax, dan Solar diprediksi tidak akan memengaruhi penjualan mobil di Indonesia. Keyakinan tersebut, berdasarkan pengalaman dari kenaikan bahan bakar sebelumnya yang sudah terjadi di Indonesia.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menjelaskan berdasarkan data historical, kenaikan BBM tidak berdampak terhadap penjualan otomotif di Tanah Air.
Advertisement
Seperti pada 2003, pemerintah juga menaikan harga harga BBM. Begitu juga pada 2004 dan 2005. Tapi pasar otomotif justruk naik dari 300 ribuan unit ke 400 ribuan unit dan 500 ribuan unit. Kemudian pada 2013, harga BBM juga naik. Tapi pertumbuhan ekonomi nasional saat itu juga bagus 6,2 persen. Alhasil, penjualan otomotif pada 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012.
"Dari historical itu, penjualan otomotif tidak berdampak akibat kenaikan BBM tahun ini. Apalagi pertumbuhan ekonomi nasional masih di atas 5 persen," ujar Kukuh di acara Ngobrol Virtual Santai (Ngovsan) yang diadakan oleh Forum Wartawan Otomotif (Forwot), Kamis (15/9/2022).
Terkait penjualan mobil hingga Agustus 2022, berdasarkan data Gaikindo, sepanjang 8 bulan pertama tahun ini, penjualan retail tembus 637.040 unit atau naik 20,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, yang hanya 527.707 unit.
Sementara itu, penjualan wholesales untuk periode yang sama, sebesar 658.232 unit atau naik 21,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar 543.424 unit.
Hambatan penjualan
Dijelaskan kembali oleh Kukuh, salah satu hambatan penjualan mobil di Indonesia, justru karena krisis chip semikonduktor. Jika permasalahan tersebut selesai, penjualan roda empat di Tanah Air bisa melaju dengan cepat.
"Kelangkaan chip semikonduktor yang membuat kendaraan terlambat untuk dikirimkan. Itu yang sedang diusahakan untuk diatasi dan mudah-mudahan bisa diatasi, namun prosesnya memang panjang," jelas Kukuh.
Optimisme penjualan mobil mampu mencapai target 900 ribu unit, juga dilihat dari berakhirnya gelaran GIIAS 2022, yang mendapatkan raihan yang cukup positif.
"Itu juga membangunkan optimisme kita ke depan target atau prediksi 900.000 itu bisa dicapai," pungkas Kukuh.
Advertisement