Keluh Kesah Pertanian Apel di Kota Batu yang Semakin Layu

Luas lahan pertanian dan produktivitas pohon apel di Kota Batu dari tahun ke tahun menyusut dan diperburuk penggunaan pupuk kimia berkepanjangan.

oleh Zainul Arifin diperbarui 16 Sep 2022, 07:06 WIB
Pertanian apel di Kota Batu pernah mencapai puncak keemasannya pada awal tahun 2000an. Tapi kini luas lahan pertanian dan produktivitas apel di kota ini semakin menyusut (Istimewa)

Liputan6.com, Batu - Salah satu sentra penghasil apel di Jawa Timur adalah Kota Batu . Pada masa keemasannya, buah ini segar dan manis bagi perekonomian para petani di kota ini. Tapi kini kondisi pertaniannya semakin mengkhawatirkan.

Luas lahan pertanian apel di Kota Batu semakin berkurang. Pada 2020 lalu luas lahan tercatat 1.200 hektare (ha) dan tinggal 1.092 ha pada 2022. Produktivitasnya pun jauh menurun dengan rata – rata umur pohon sudah berusia 40-50 tahun.

Fakta itu disampaikan Dul Komar, salah seorang penyuluh pertanian di Kota Batu kepada Komisi IV DPR RI saat kunjungan kerja di kebun apel di Desa Tulungrejo, Bumiaji, Kota Batu pada 15 September 2022.

“Tingkat produktivitas apel turun karena kualitas tanah memburuk dampak pemakaian pupuk kimia berkepanjangan,” kata Dul Komar.

Varietas apel pun sangat terbatas, hanya ada empat jenis saja yakni apel ana, rome beauty, manalagi dan Wanglin. Perlu ada penelitian sekaligus penerapannya yang bisa memunculkan varietas apel baru di Kota Batu.

Pertanian apel di Kota Batu yang semakin layu itu berbanding lurus dengan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu. Pada 2015, jumlah tanaman ada 2.121.929 pohon dan yang produktif 1.115.081 pohon. Nilai produktivitas satu pohon mencapai 15,05 Kg.

Namun pada 2019, jumlah tanaman apel Kota Batu turun jadi 2.119.165 pohon. Dari jumlah itu yang masih produktif hanya 857.830 pohon saja. Tingkat produktivitas per satu pohon pun turun menjadi 14.72 kg.


Janji Membangkitkan Apel Batu

Rombongan anggota Komisi IV DPR RI saat berkunjung ke perkebunan apel di Desa Tulungrejo, Kota Batu pada Kamis, 15 September 2022. (Istimewa) 

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Anggia Erma Rini, mengatakan berdasarkan paparan kondisi komoditas apel di Kota Batu, maka perlu perhatian khusus. Butuh restorasi dan perbaikan segera agar ke depan pertanian apel tidak punah.

“Jangan sampai pertanian apel ini hilang, sekarang kami tahu apel mengalami penurunan yang luar biasa,” kata Anggia.

Ia menambahkan, Komisi IV DPR RI bersama Pemerintah Kota Batu berkomitmen mengatasi masalah ini. Mulai dari aspek produksi, penyediaan pupuk organik, penelitian pengembangan varietas apel, subsidi pupuk dan restorasi tanah untuk mengembalikan unsur hara.

Sementara itu Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso, berharap kehadiran para legislator itu bisa membantu mengatasi masalah pertanian di kota ini. Agar kota ini bisa kembali bangkit sebagai salah satu sentra penghasil apel dan mensejahterakan para petaninya.

“Kami berupaya bagaimana apel ini dapat dikenal lebih banyak orang, salah satunya dengan menjadikan apel sebagai suguhan wajib untu tamu hotel di Kota Batu,” kata Punjul.

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya