200 Dai dan Khatib di Surabaya Deklarasikan Lawan Radikalisme

Salah satu hal yang sangat mendasar untuk memerangi terorisme dan radikalisme adalah mengembangkan sikap toleransi dan menghilangkan eklusifisme kelompok.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Sep 2022, 23:00 WIB
Masyarakat yang tergabung dalam Silent Majority Forum melakukan aksi damai dengan menyalakan lilin di Silang Monas, Jakarta, Kamis (1/6). Mereka mengutuk dengan keras segala bentuk intoleransi, radikalisme, terorisme, dan intimidasi.(Liputan6/JohanTallo)

Liputan6.com, Surabaya - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menggelar silaturahmi bersama 200 orang dai, khatib, dan perwakilan ormas Islam di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur. Dalam pertemuan itu, mereka berkomitmen melawan intoleransi dan radikalisme.

"Silaturahmi ini untuk memperkuat Islam Wasathiyah untuk mewujudkan Indonesia damai dan cinta tanah air," kata Kanit I Kontra Ideologi Direktorat Pencegahan Densus 88 AT Polri AKBP Moh. Dofir dalam sambutannya di Surabaya, dilansir dari Antara, Kamis (15/9/2022).

Silaturahim kali ini digelar Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri bersinergi dengan Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, Pemkot Surabaya, dan instansi lainnya.

Menurut Dofir, radikalisme merupakan lahan subur untuk berkembangnya kejahatan terorisme dan salah satu indikator yang menjadi bibit radikalisme, yaitu intoleransi.

"Sikap intoleransi merupakan bentuk pengingkaran terhadap kebinekaan dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila maupun norma-norma agama yang beradab," kata dia.

Dofir menyebutkan salah satu hal yang sangat mendasar untuk memerangi terorisme dan radikalisme adalah mengembangkan sikap toleransi dan menghilangkan eklusifisme kelompok.

Ia mengemukakan strategi kontra radikalisme adalah masyarakat umum, pelajar, dan tokoh masyarakat dengan bertujuan menanamkan nilai keindonesiaan dan kedamaian.

"Strategi mencegah intoleransi bisa kampanye toleransi, pembinaan sikap toleransi yang terintegrasi dan penanaman nilai luhur ideologi Pancasila dan budaya literasi," katanya.

 


Jiwa Nasionalisme

Upaya dalam mencegah radikalisme secara mandiri dengan menanamkan jiwa nasionalisme, berpikir terbuka dan toleransi, waspada terhadap provokasi dan hasutan, berjenjang dalam komunitas perdamaian.

"Kegiatan ini sangat strategis karena memang para dai dan khatiblah yang terjun langsung di lingkungan masyarakat untuk mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat anak bangsa di mana pun berada untuk berani dengan tegas mencegah paham intoleransi dan radikalisme," ujar Dofir.

Infografis RUU Terorisme (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya