Metode Menghentikan Tangis Bayi Paling Efektif Menurut Riset

Tangisan bayi adalah masalah besar, apalagi untuk orangtua yang tidak pengalaman.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 19 Sep 2022, 04:01 WIB
Ilustrasi bayi laki-laki. (Photo by Tara Raye on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Tangis bayi merupakan cara mengomunikasikan sesuatu kepada orang dewasa di sekitarnya. Selain tanda ia kehausan atau lapar, menangis juga untuk menunjukkan bahwa popoknya sudah tidak nyaman, merasa gerah, atau bahkan kedinginan. Bayi juga bisa menangis karena ia merasa gelisah atau bosan.

Banyak orangtua, terutama yang masih baru, kebingunan untuk menenangkannya. Mereka selama ini hanya tahu menenangkan bayi menangis adalah dengan memenuhi kebutuhannya, seperti menyusui ketika bayi lapar atau mengganti poopok ketika sudah penuh.

Ada pula yang memilih menggendong atau memeluk bayi yang menangis untuk mendiamkannya. Tapi, tak jarang cara itu gagal membuahkan hasil hingga membuat orangtua stres.

"Tangisan bayi di malam hari adalah masalah besar, terutama bagi orangtua yang tidak berpengalaman, dan itu dapat menyebabkan orangtua stres," kata Dr. Kumi Kuroda, seorang peneliti di Riken Center for Brain Science, Jepang, dikutip dari The Sun, Jumat, 16 September 2022.

Ia dan tim lalu meneliti cara terbaik untuk menenangkan bayi yang menangis. Disimpulkan bahwa menggendong bayi sambil berjalan-jalan akan membantunya tidak rewel. Para peneliti berpendapat, digendong sambil berjalan-jalan akan memicu 'respons transportasi' yang memperlambat detak jantung bayi dan menenangkannya.

Mereka menyebut, metode itu juga digunakan oleh monyet, anjing, dan tikut. Peneliti menemukan bahwa aktivitas berjalan membuat bayi tidur di separuh waktunya.

"Banyak dari kita mendengarkan nasihat orang lain tentang mengasuh anak tanpa menguji metodenya dengan sains. Tapi kita membutuhkan sains untuk memahami perilaku bayi, karena mereka jauh lebih kompleks dari yang kita duga," Kuroda menambahkan.

Penelitian pada hewan menemukan bayi mamalia lebih santai saat digendong oleh ibu mereka. Hasil yang sama diperoleh dari riset yang dilakukan Kuroda terhadap 21 anak yang diteliti.


Mengatasi Tantrum

Ilustrasi bayi perempuan kembar. (Photo created by freepic.diller on www.freepik.com)

Selain bayi menangis, orangtua juga sering dibuat stres oleh anak yang tantrum. Tantrum umumnya ditandai anak yang menangis sambil menjerit. Tak jarang, ia mengacak-acak atau berguling-guling di lantai. Masih mengutip The Sun, ada tiga jenis tantrum pada balita yang perlu diketahui orangtua dan cara cerdas untuk mengatasinya menurut psikolog Donna Cameron. 

1. Terlalu lelah

Tantrum pertama yang harus diwaspadai adalah 'terlalu lelah'. Pemicunya bisa karena dia melewatkan tidur siang atau kualitas tidurnya terganggu. Tantrum jenis ini bisa dikenali lewat mereka menolak disodori mainan favorit mereka. Cameron menyarankan metode untuk mengatasi hal ini adalah dengan 'pengabaian yang direncanakan', yakni Anda berpura-pura tidak memperhatikan perilaku tersebut.

"Dalam keadaan ini, anak tidak memiliki pikiran atau kekuatan untuk mendengarkan kata-kata apa pun. Apa pun yang Anda katakan atau coba, kemungkinan besar akan membuat mereka lebih frustrasi," ujar sang psikolog. Alih-alih, cobalah untuk menenangkan anak Anda dan mengalihkan perhatiannya dengan musik atau mainan, lalu berikan pelukan erat setelah mereka tenang.


2. Lapar

Ilustrasi bayi yang sedang sakit/copyright unsplash.com/Jonathan Borba

Tidak peduli berapa usia Anda, kita semua pernah mengalami kondisi gelisah ketika lapar. Bila situasi itu terjadi pada balita, mereka cenderung akan menolak untuk makan apapun bila mereka melewati ambang batas rasa lapar.

Alih-alih langsung menyodorkan makanan, tanyakan kepada anak Anda apa yang mereka lebih suka makan sehingga mereka bisa bersemangat tentang makanan. Anda juga dapat mencoba membiarkan mereka makan sendiri atau mencoba satu jam kemudian jika anak masih menolak.

Cameron menjelaskan, terkadang saat berulah, itu adalah cara bagi balita untuk berkomunikasi. Dia menambahkan, "Mereka benar-benar normal. Ini hanya tentang ketidakmampuan anak Anda untuk mengomunikasikan frustrasi dan kebutuhan mereka di usia muda."

Meski begitu, Anda tetap bisa mendidik anak yang tantrum. Caranya dengan menetapkan konsekuensi tegas jika anak tidak mendengarkan.

"Ulangi tugas sekali dan jelaskan hasilnya jika tidak tercapai," sarannya. Hal itu tidak hanya akan membantu mengatasi tantrum, tetapi juga akan membantu anak Anda belajar membuat pilihan.

 


3. Strategi Mendapatkan Keinginan

Pentingnya IMD dan pemberian ASI eksklusif pada bayi untuk cegah stunting. (pexels/sarah chai).

Tantrum merupakan perilaku yang bisa melibatkan teriakan, menginjak, menendang, atau melemparkan diri ke tanah. Biasanya, tantrum adalah reaksi yang akan hilang seiring bertumbuhnya anak. Tantrum adalah kondisi yang normal dalam proses tumbuh kembang anak, terutama ketika mereka mulai mendapatkan rasa diri dan menegaskan kemandirian mereka kepada orangtua.

Tantrum yang ditunjukkan balita Anda saat menginginkan mainan baru di supermarket atau selimut favorit saudaranya seringkali bisa menjadi yang paling agresif. Alih-alih menyerah pada anak, Cameron mengingatkan agar orangtua harus meneguhkan pendirian walau itu berarti terpaksa mendengarkan tangisannya cukup lama.

Dia berkata, "Anak-anak sangat cerdas, dan mereka akan dengan cepat mempelajari suasana hati orangtua mereka dan apa yang perlu mereka lakukan untuk mendorong mereka ke titik puncak untuk mendapatkan 'ya' itu."

Mungkin ada baiknya menindaklanjuti dengan konsekuensi seperti waktu merengek selesai sehingga mereka bisa tenang. Mengajari anak bahwa mereka tidak selalu bisa mendapatkan apa yang diinginkan akan membantunya dalam kehidupan dan hubungan di masa depan.

 

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya